17. Kopi

2.8K 161 1
                                    

Cla pov

Pagi ini aku menjalankan tugas tambahanku membuatkan kopi untuk pak Alvaro.

Kulihat sekretarisnya duduk di meja depan ruang si bos.

Dia menyadari kedatanganku.

Dia mempersilahkanku masuk.

Aku memasuki ruangan pak Alvaro.

Kutatap ke sekeliling, semuanya tertata rapi dan bernuansa gelap.

Selama ini aku masuk ke dalam ruangan ini tak pernah memperhatikannya.

Beruntung pagi ini pak Alvaro belum datang sehingga aku bisa mengamati setiap sudut ruangan ini.

Namun aku tersadar, tak ingin nantinya bertemu pak Alvaro dengan segera kubuatkan kopinya.

Setelah meletakkan gelasnya di atas mejanya lalu aku bergegas keluar.

Sialnya, pintu sudah lebih dulu terbuka sebelum aku meraih gagangnya.

Muncul pak Alvaro bersama seorang lelaki paruh baya.

Aku memberi salam dengan menundukkan kepala sejenak.

"kebetulan kau masih di sini, tolong buatkan kopi satu lagi." Ucapnya lalu berlalu melewatiku, sedangkan lelaki paruh baya yang bersama pak Alvaro tadi berhenti sejenak menatapku dan tersenyum ramah.

"apa kau sedang mempekerjakan office girl pribadi cantik. " ujar lelaki yang datang bersama pak Alvaro tadi.

"papa dia itu bukan office girl, dia cuma karyawan biasa yang sedang kenak hukum." Jawab pak Alvaro.

Aku tidak bermaksud mendengar pembicaraan mereka, tapi karna suaranya terdengar sampai ke tempat dimana aku berdiri jadi aku bisa mendengar pembicaraan antara anak dan ayah tersebut.

"papa baru tau menghukum karyawan begini caranya." Ucap lelaki yang dipanggil papa oleh pak Alvaro.

Tampaknya dia tak berhenti menggoda anaknya.

Segera aku meletakan segelas kopi yang baru kubuat, dan pamit keluar.

"trimakasih cantik, saya berharap bisa bertemu kamu lagi." Goda lelaki paruh baya itu ketika aku hendak pergi.

Aku menghiraukan ucapnya.

"berhenti menggodanya pa." Ucap pak Alvaro sebelum aku menutup pintunya.

aku berjalan menuju ruanganku.

Setelah masuk kulihat Dimas sudah ada di kursinya.

Aku berjalan menghampirinya dengan cepat.
"udah sehat Dim." Ucapku

"udah lumayan. Makanya hari ini aku masuk kerja." Serunya

"aku seneng banget lihat kamu udah balik kerja. Hehehe" ucapku

"eh.. gimana ? udah buat kopi untuk pak boss ?" tanya Dimas

"sudah." Ucapku singkat.

Aku teringat kejadian di rumah sakit kemarin.

"Dim. Kemarin aku ketemu Putra." Ucapku pelan.

"Apa Cla ? kamu ngomongnya yang kuat dong." Tanya Dimas karna suaraku terlalu pelan.

"kemarin aku ketemu Putra." Ucapku mengulangi kata-kata tadi.

"hah ? kapan ? dimana ?" tanya Dimas.

"di rumah sakit, pulang jengukin kamu kemarin." Jelasku.

"trus apa yang terjadi ?" tanya Dimas lagi penasaran.

Aku terdiam sejenak.

"dia gk ngelakuin sesuatu hal nekatkan Cla ?" tanya Dimas kemudian karna melihatku masih terdiam.

Aku menggelengkan kepalaku.

"enggak Dim, kemarin dia ngajak aku ngorbrol terus bilang suatu saat dia akan jelasin semuanya dan untuk saat ini dia belum siap. Aku penasaran deh Dim." Jelasku.

"udah deah Cla, kamu gk usah berurusan lagi sama dia." Cegah Dimas akan penasaranku.

"Dim, perasaan aku sama Putra itu belum selesai. Aku masih punya banyak pertanyaan untuk dia. Aku gk mau selamanya dihantui rasa sakit hati dan kecewa." Jelasku.

"aku takut kamu terluka lagi Cla." Ucap Dimas.
Ya aku tahu, Dimas salah satu sahabat yang sangat peduli dari dulu padaku.

Aku terdiam sejenak setelah mendengar perkataan Dimas.

"tapi hati aku maksain supaya aku selesain masalah ini sama Putra Dim." Ucapku.

"yaudah Cla, tapi aku gk mau lihat kamu terluka lagi karena Putra Oke !!" ucap Dimas.
Aku menganggukkan kepala

---------------------------------------

Please Now !!! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang