27. Balas Dendam

2.7K 157 2
                                    

Cla Pov

Aku terus berjalan meninggalkan mereka, kesabaranku mulai habis.

Kudengar dari kejauhan sekretaris Al memanggilku dan menyusulku.

"nona, anda gk perlu melakukan itu." ucapnya menahanku.

"Maaf pak, mungkin ini ganjaran buat saya agar kejadian saat ini terasa impas." ucapku melepas genggamannya di lenganku.

"Tapi nona....." ucap Sekretaris Al namun terputus ketika Al menarik tanganku.

"Lepasin..." ucapku kemudian.

"sekarang giliran kamu yang bertingkah seperti anak-anak." ucapnya terus menarikku.

Sejenak dia terhenti lalu memegang kepalanya aku berhenti meronta ketika melihatnya hampir mau jatuh.

"Al, kamu gk pa-pa???" tanyaku khawatir kembali.

Sekretaris Al membantuku memapah Al kembali ke IGD.

Kemudian para suster memasang kembali infus tadi yang dilepas Alvaro.

"kita langsung pindahkan keruangan aja sus." ucapku kemudian.

Setelah itu kami sudah berada diruangan inap.

"kami permisi bu, pak." ucap suster itu.

"makasih sus." ucapku.

Al memanggil sekretarisnya.

Dia memesankan untuk seseorang melanjutkan pekerjaannya dikantor.

Setelah percakapan itu dia pamit.

"Nona, saya minta tolong tetap disini menemani Pak Alvaro karna saya harus membereskan masalah dikantor." ucapnya.

"pak, biar saya saja yang membereskannya." ucapku mencoba menghindar menemani Alvaro.

"maaf nona, tapi pekerjaan ini sudah Pak Alvaro perintahkan pada Pak Gerald jadi Nona tetap disini saja." ucapnya lalu pergi.

Kami saling terdiam.

Aku bingung.

Aku tak tau harus melakukan apa.

Seorang suster mengantarkan makanan dan obat Al.

"apa kau tak lapar?" tanyaku setelah suster itu keluar.

"Hmm." ucapnya lalu aku menghidangkan makanannya.

"kau harus menghabiskannya agar kau cepat keluar dari sini." ucapku.

"Kau tak perlu mengaturku." ketusnya.

"maaf." ucapku kemudian merasa bersalah.

"kau harus bertanggung jawab akan semua ini." ucapnya kemudian.

"tanggung jawab??? Bukannya kerjaan dikantor udah ada yang ngurus?" tanyaku binggung.

"bukan tentang itu. Tapi tentang kau harus merawatku hingga sembuh." ucapnya.

Aku terkejut mendengar ucapannya.

"apa ??? Kamu gk salah ngomongkan." tanyaku tak percaya .

"gk. Aku serius. Dan satu lagi jangan salahin aku kalau orang-orang kantor bakal tau kamu itu kekasihku, karna kamu yang bilang sendiri didepan sekretarisku tadi." jelasnya membuatku semakin terkejut.

Aku menghembuskan nafasku lemas.

Kulihat dia tersenyum kemenangan.

"kamu sekarang gk bisa nelpon sekretaris kamu buat ngelarang cerita sama orang lain ?" tanyaku sambil memohon.

"maaf , itu diluar wewenang saya." ucapnya semakin membuatku kesal.

"kamu ngeselin banget sih." ucapku.

Dia tersenyum acuh lalu melahap makanannya kembali.

"oke... Kalau kamu ingin bermain-main denganku, aku bakal ikutin semua permainan ini dengan baik." ucapku mulai tak gentar.

Aku berfikir. Sudah basah ya apa salahnya ikut nyemplung sekalian.

"oke." jawabnya kemudian.

Aku memberikannya obat.

Tak berselang kemudian ponselku berbunyi. Kulihat Dimas menelpon

"maaf, aku permisi angkat telpon sebentar." ucapku lalu beranjak keluar.

Lama aku bercerita pada Dimas semua kejadian hari ini.

Setelah selesai kami berbincang telpon kami terputus.

Aku masuk kembali keruanga Alvaro dirawat.

Kulihat dia sudah tertidur, mungkin pengaruh obat yang tadi dia makan.

Aku duduk disofa sambil memainkan ponselku sesekali.

Aku mulai merasa ngantuk. Kesadaranku lama kelaman mulai hilang.

Entah sudah berapa lama aku tertidur. Sayup-sayup kudengar suara didalam ruangan ini ramai.

Aku membuka bola mataku.

"eh... Calon mantu mama udah bangun." ucap wanita paruh baya yang sedang menatapku.

Aku buru-buru merapikan posisiku, aku terkejut.

"ma.." ucap Al dari tempat tidurnya.

"Hallo sayang. Tante senang sekali bertemu dengan kamu." ucap wanita itu lagi.

"kakak, kenapa mau sama Mas Al ?" tanya wanita cantik yang masih tergolong sangat muda dan terlihat jauh perbedaan usianya dengan Al.

"hah ??? " tanyaku bingung.

" kakak pacarnya mas Al kan?" tanyanya wanita itu lagi

"pacar??" aku balik bertanya.

"waduhh... Kasihan banget kamu mas gk diakuin sama pacar sendiri. Atau memang kamu yang ngaku-ngaku jadi pacarnya kakak ini." ucap wanita cantik itu setelah mendengar pertanyaanku.

"siapa yang ngaku-ngaku, dia aja yang malu ketemu kalian pertama kali." bela Alvaro pada dirinya.

"sudah-sudah, mama percaya kok dia kekasih Al." ucap wanita paruh baya yang sedari tadi menatap kami bergantian.

"saya mamanya Al, panggil aja Tante Nadin."  ucap mama Alvaro sambil mengulurkan tangan.

"saya Claretta tante." ucapku menjabat tangannya.

"nama yang cantik seperti orangnya." ucap mama Al membuatku tersipu.

"jangan dipuji terus ma, ntar dia makin besar kepala lagi." ucap Al.

"sewot amat sih Mas, aku Lala calon adik ipar kakak." ucapnya membuatku sedikit risih mendengar ucapan Lala masalah calon adik ipar.

Tante Nadin dan Lala asyik bercerita denganku hingga waktu tak terasa sudah mulai malam.

"jadi mama aja yang jaga kamu Al?" tanya tante Nadin.

"gk usah ma, aku gk mau mama ikutan sakit. Mama harus jaga kesehatan mama juga. Udah biar Cla aja yang nemenin aku disini. Lagian besok aku juga udah bisa pulang kok." ucap Alvaro sontak membuatku membesarkan bola mataku menatapnya.

"apa gk pa-pa Cla, kamu yang jagain Al disini.?" tanya tante Nadin padaku.

"mama gk usah khawatir, kak Cla pasti jagain mas Al dengan baik kok, yaudah yuk kita pulang." ajak Lala.

"gk pa-pa tante." ucapku kemudian pura-pura menerima.

"oke, kalau gitu mama sama lala pulang dulu ya. Kamu cepat sembuh Al. Kalau ada apa-apa cepat kabarin mama." ucap tante Nadin lalu pergi bersama Lala.

----------------------------------------

Please Now !!! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang