44. Hancur Hati

2.4K 124 1
                                    

Cla Pov

Hari ini adalah hari pemakaman mama Nadin.

Meski kemarin Alvaro melarangku datang, aku tak peduli.

Aku masuk.

Tiba-tiba Lala menghampiriku.

"kak, maaf. Tolong jangan hadir dihadapan kak Alvaro." pinta Lala.

Aku terkejut mendengarnya.

"tolong kak, aku tak mau amarahnya tak terkendali." ucap Lala.

Dengan berat hati aku mundur.

Kulihat Alvaro melihat kearahku dengan tatapan tajam.

Aku pergi.

Kenapa semua terjadi ketika aku mulai menerimanya dihidupku.

Aku tak terlalu jauh.

Aku masih berada dikediaman Alvaro.

Aku menyaksikan semua prosesi namun dari kejauhan.

Ingin rasanya aku mendekat dan memeluk mama Nadin untuk yang terakhir kali, tapi aku tak ingin menyulut kemarahan Alvaro.

Semua prosesi berjalan lancar. Mama Nadin sudah dimakamkan.

Kulihat Alvaro masih tinggal dimakam mama Nadin sedangkan yang lain sudah pulang karena hujan mulai turun.

Ingin aku mendekat dan menghibur Alvaro namun amarahnya begitu besar.

Hujan semakin lebat.

Kuberanikan diri mendekat.

"Al." panggilku.

Dia mengangkat wajahnya menatapku.

"kamu puas?" tanyanya kemudian.

Aku menatapnya bingung.

"pergilah Cla. Sebelum amarahku terlampiaskan." ucap alvaro.

"tapi kenapa Al?" tanyaku penasaran.

"kenapa?? Kamu masih bisa bertanya kenapa?" ucap Alvaro dengan nada meninggi.

"aku tak mengerti Al." ucapku.

"sudahlah... Pergi. Gk ada yang perlu dijelasin. Cukup satu hal yang perlu tahu. Aku menyesal memiliki perasaan padamu." ucap Alvaro.

Bagaikan tersambar petir, kini perasaanku hancur berkeping-keping.

Aku melangkah mundur.

Terlalu sakit rasanya mendengar ucapan Alvaro.

"aku akan memberimu waktu hingga kau mau memaafkanku Al." ucapku lalu meninggalkannya.

Aku berjalan sambil menangis mengeluarkan air mata yang sejak tadi kutahan.

Pikiranku kalang kabut.

Tanpa melihat kekanan dan kekiri aku langsung menyebrang menuju mobilku, ternyata sebuah sepeda motor melintas.

Aku terserempet.

Aku tersungkur. Beruntungnya tidak ada luka serius hanya lecet pada lenganku.

Aku merintih kesakitan.

Pengendara sepeda motor tersebut membantuku berdiri.

Aku masuk kedalam mobil kembali menangis sejadi-jadinya.

Aku tak berani pulang dengan kondisi seperti ini.

Aku mengarahkan perjalananku ke rumah Rissa.

Rissa terkejut melihat penampilanku yang acak-acak.

Rissa mengobati lukaku, kemudian membiarkanku istirahat tanpa memaksaku menceritakan segalanya.

Terlalu lelah tubuhku mengahadapi semuanya akhirnya aku terlelap.

Tengah malam aku tersentak bangun.

Aku teringat perkataan Alvaro lagi.

Kucoba menghubungi Alvaro untuk memastikan semua itu gk benar, namun ponsel Alvaro tak bisa dihubungi.

"Maaf." (Me)

Setelah mengirim pesan pada Alvaro aku kembali menangis hingga terisak.

Ternyata isakanku mengganggu tidur Rissa.

"ada apa Cla?" tanya Rissa sambil bangun dari tidurnya.

Aku tak bisa menjawabnya, aku hanya menangis terus.

"hei... Ayo cerita dong. Kamu jangan nangis terus." ucap Rissa.

Aku menatap Rissa, kemudian aku menceritakan semuanya.

"sudah Cla, mungkin Al masih belum bisa berfikir jernih karna dia sedang berduka." hibur Rissa.

"tapi ini sangat menyakitkan Ris rasanya." ucapku.

"iya aku paham. Tapi kamu juga harus coba ngerti perasaan Alvaro Cla." ucap Rissa.

"aku harus gimana Ris ?, aku sudah jatuh hati padanya" tanyaku kemudian.

"kalau memang kamu punya perasaan padanya silahkan perjuangkan Cla." Saran Rissa.

Kemudian aku mengangguk mendengar sarannya.

"yaudah yuk tidur lagi, masih jam 2 nih." ucap Rissa.

Kami merebahkan tubuh kami kembali.

Kupejamkan mataku berharap esok hari semua kenyataan pahit ini hilang.

-----------------------------------------

Please Now !!! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang