15. Malapetaka

2.9K 169 4
                                    

Cla pov

Hari tepat hari ke 3 dimana proposal yang pak Alvaro minta harus kuserahkan.

Tadi pagi aku berangkat lebih awal. Aku ingin memastikan lagi dikantor proposalnya, sekalian aku ingin meminta pendapat Dimas.

Lama sekali Dimas datang.
Ah.... Aku tak sabar lagi.

Aku mondar-mandir sambil menunggu kedatangannya.

Dia tak kunjung datang juga.

Aku masih menunggu.

Ini sudah jam 9.

Kenapa Dimas belum datang juga, pikirku.

Ah nanti saja kuhubungi dia, sekarang aku harus ke ruangan pak Alvaro.

Tiba-tiba nyaliku yang tadi besar menciut.

Kenapa setiap kali didepan pintu ini aku takut ya, tanyaku dalam hati.

Kumantapkan kembali diriku, segera kuangkat tanganku ingin mengetuk pintunya.

Namun sebelum ketukanku berhasil pintu sudah terbuka.

Aku terkejut menatap pak Alvaro dihadapanku.

"lama sekali. Apa setiap kau datang kemari berdiam didepan pintu ini menjadi hobbymu." ucapnya membuat aku semakin terkejut.

Tunggu dia tahu.

"masuk." lanjutnya lalu berjalan mendahuluiku.

Kuikuti dia segera sebelum dia marah melihatku masih terdiam.

Dia mengulurkan tangannya menengadah tanpa isyarat apapun.

Aku menatapnya bingung.

"proposalnya." ucapnya singkat.

"oh iya. Maaf pak." sahutku memberikan map yang kupegang sedari tadi.

Dia membaca.

Sepertinya dia membaca sangat teliti hingga memerlukan waktu yang lama.

Aku menunggu dengan sedikit bosan.

Kualihkan melihat ruangan pak Alvaro membunuh kebosananku.

Sampai aku bosan melihat ruangannya, dia juga belum selesai.

Aku menggerutu dalam hati sambil memandangnya.

Kupandang dia yang sangat serius membaca proposalnya.

"sudah kuduga pasti salah lagi." ucap pak Alvaro memalingkan pandangannya padaku.

Aku terkejut tertangkap sedang memandangnya.

"eh.. Ya pak." ucapku gelagapan.

"asik ya. Apa itu yang kau lakukan ketika mengerjakan ini." ucapnya dingin dengan tatapan tajam.

Gawat dia marah lagi.

"maaf pak." cicitku.

"perbaiki !!!" bentaknya sambil melempar map ke meja di hadapanku dan beranjak menuju mejanya.

Aku terkejut.

Segera kuambil map itu.

Aku berjalan ke arahnya.

"apa lagi ??" tanya pak Alvaro ketika melihatku berdiri dihadapannya.

Kuletakkan map itu diatas meja.

"tolong bapak tunjukkan bagian mana yang harus saya perbaiki." ucapku kemudian.

Kudengar dia mendengus lalu mengambil map tadi.

Dia mulai mengorat-oret kertas itu.

Aku menunggu seperti berhadapan dengan dosen pembimbing sedang merevisi skripsiku.

Aku mengumpat dalam hati.
Karna kulihat terlalu banyak yang di perbaiki.

Kenapa tak dia saja yang buat sendiri kalau begitu.

Akhirnya dia selesai.

Ah.. Aku lega.

Dia menyerahkan mapnya.

Aku meraihnya.

"sebelum keluar seperti biasa kau buatkan saya kopi." jelasnya.

Aku menarik nafas panjang.

Mau tak mau aku mengikuti perintahnya.

Kali ini kutambah takaran kopinya,
Aku jamin ini sangat pahit.

Aku tersenyum membayangkan ekapresinya nanti.

Kuketakkan gelasnya dihadapannya.

Kemudian aku permisi pamit keluar.

Sampai di luar didepan pintu aku tersenyum karna telah mengerjai pak Alvaro.

Seketika aku teringat kenapa tadi dia bisa tau aku didepan, pikirku.

Aku melihat sekeliling.
Ya itu dia....
cctv.

Ahh. Aku terlalu bodoh sekarang baru menyadarinya.

Tunggu barusan aku tersenyum-senyum keluar dari ruangannya.

Segera aku bergegas pergi.

Siangnya pada saat jam makan siang.

Ah... Leherku terasa pegal sedari tadi memperbaiki proposal ini.

Kurilekskan sebentar dan akan keluar makan siang.

"nona. Anda dipanggil tuan Alvaro ke ruangannya sekarang. Mari." ucap sekretaris pak Alvaro .

Belum sempat aku bertanya dia sudah mulai berjalan meninggalkanku.

Segera kususul dia.

"masuklah." ucapnya sambil membukakan pintu.

Kulihat Alvaro terdiam memandangku masuk.

Tatapannya seakan ingin memakanku.

Nyaliku seperti biasa menciut.

Aku semakin mendekat dengan langkah ragu.

"ada apa bapak memanggilku kemari ?" tanyaku memberanikan diri.

"kau berusaha mengerjaiku ???" ucapnya dengan nada tinggi.

Aku masih tertunduk merasa bersalah.

"kau kesal karna di suruh membuatkan kopi?" tanyanya lagi.

"saya bukan office girl pak. Kalau bapak ingin dibuatkan kopi panggil saja mereka." kesalku kemudian.

Dia tampak terkejut mendengar jawabanku.

"baiklah. Kalau begitu keinginanmu mulai besok bekerjalah sebagai office girl." jelasnya.

What ???? Apa-apaan ini.

Aku menggelengkan kepalaku.

"kenapa tak suka ?" tanyanya.

"maafkan saya pak." ucapku menyesal.

"baiklah. Untuk kali ini saya maafkan. Tapi ingat setiap kesalahan pasti ada hukuman." ucapnya.

"hukuman ?" tanyaku kemudian.

"iya. Setiap hari kau harus menyediakan kopiku. Pagi jam 8 . Siang setelah makan siang. Dan kalau malam saya lembur sebelum pulang kau harus membuatnya. Paham ?" jelasnya.

Astaga .

Berarti setiap hari aku harus bertemu dengannya.

Oh Tuhan.... Penderitaan baru.

"baik pak. Saya mengerti." ucapku kalah.

Dia tersenyum penuh kemenangan.

---------------------------------------

Please Now !!! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang