35. Sakit

2.6K 150 0
                                    

Cla Pov

Alvaro mengenderai mobilnya dengan cepat.

Sedangkan aku, kini memeluk mama Nadin yang meringkuk ketakutan dan aku merasakan tubuhnya bergetar.

Kami sampai dikediaman mereka.

Ini pertama kali aku kemari.

Alvaro segera menggendong mama Nadin.

Aku langsung sadar dari keterpesonaanku akan pemandangan rumah mereka.

Segera aku menyusul mereka.

Al menurunkan mama Nadin di atas tempat tidur.

Dia mengambil obat dari atas meja dan memberikan pada mama Nadin.

"ma... Mama harus tenang." ucap Al.

Aku tak tau harus berbuat apa.

Mama Nadin masih seperti tadi kondisinya.

Dia meringkuk diatas tempat tidur.

Perlahan aku mendekatinya.

Meski aku tak mengerti kondisi apa yang terjadi, aku memberanikan diri kugenggam kedua tangan mama Nadin.

Aku memandangnya sedang menatap kosong.

Perlahan tangannya terasa mulai tenang.

Entah itu karna efek obat yang ia makan atau karna genggamanku.

Aku mengitari tempat tidur ke seberangnya lalu naik keatas tempat tidur.

Aku berbaring disampingnya lalu kupeluk mama Nadin.

Perlahan tubuh mama Nadin terasa lebih tenang.

Kuusap pipinya dengan lembut.

Sebutir air mata lolos dari pelupuk matanya.

Kuusap bekas air mata itu, lalu kupeluk kembali.

Entah sudah berapa lama akhirnya mama Nadin tertidur.

Al melangkah ke luar.

Perlahan aku turun dari tempat tidur dan menyusul Alvaro.

Kulihat dia sudah duduk disofa sambil menunduk dan kedua tangannya diatas tengkuknya.

Aku duduk disebelahnya.

Aku mengelus punggungnya berharap memberikannya ketenangan.

"Al, semua akan baik-baik saja." ucapku.

Dia mengangkat wajahnya lalu menatapku.

Sendu. Itu yang kurasakan dari tatapannya.

"maaf sudah membuatmu melihat semua ini." ucapnya.

Aku menggeleng.

"tak ada yang perlu minta maaf Al, ini bukan sebuah kesalahan. Aku tak pernah keberatan membatu meringankan bebanmu." jelasku.

"sebaiknya kamu aku antar pulang sekarang Cla." ucap Alvaro berdiri

Kutahan lengannya.

"bolehkan malam ini aku menemani mama Nadin?" tanyaku ragu Al akan mengizinkan.

"kamu yakin ??" tanya Alvaro.

Aku mengangguk.

"baiklah, aku akan menyuruh bibi mengambilkan sepasang piyama Lala." jawabnya.

"Al... Bolehkah aku tau mama Nadin kenapa?" tanyaku dengan ragu.

Dia kembali duduk.

Aku mengikutinya dan bersiap mendengarkan.

Dia menceritakan kejadian hari itu.

Ketika kecelakaan yang merenggut nyawa papanya.

"mama terus menyalah dirinya atas kejadian itu. Mama selalu berandai-andai jika waktu itu mama gk bersikeras membahas permasalahan itu mungkin papa masih ada sampai sekarang." jelas Alvaro.

"sudah dibawa berobat kemana-mana mama tetap seperti itu. Mama ketergantungan akan obat penenangnya." lanjut Alvaro.

"Aku bingung, aku bingung harus gimana lagi Cla." ucap Alvaro frustasi.

Dibalik wibawanya kini aku melihat Alvaro yang rapuh.

"Al, aku memang belum pernah menghadapi kondisi seperti ini, tapi aku bakal belajar. Kita hadapi bersama ya." ucapku sambil menggenggam tangannya yakin.

Dia menatapku seakan mencari kepastian akan ucapanku.

Aku tersenyum padanya lalu memeluknya. Dia membalas pelukanku.

Nyaman, aku merasa nyaman saat ini.

-----

Aku memasuki kamar mama Nadin.

Kupandang dia sedang tertidur.

Aku mendekat lalu ikut berbaring.

Kupeluk mama Nadin hingga akhirnya aku masuk ke alam mimpiku.

----------------------------------------

Please Now !!! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang