10. Juna si Mesum

3.5K 166 0
                                    

Cla pov

Semenjak hari itu dimana pak Alvaro merendahkanku.
Aku tak mendengar kabar apa-apa lagi tentangnya.
Bahkan tentang proposal kami dia memanggil Dimas secara langsung.
Dengan begitu aku sedikit lega tak perlu bertemu dengannya lagi.

Saat ini aku bersiap-siap akan pergi ke pertunjukan musik jazz.

Aku sedikit malas.
Mengingat Braga akan bersama kekasihnya dan aku bersama temannya yang dijodohkannya.

"Cla." panggil mama.

"Cla. Nak Braga udah di sini nih." seru mama.

Aku turun.
Kulihat Braga menungguku.

Ya kmarin Braga mengatakan menjemputku untuk mengurangi kecurigaan mama-mama kami.

"sudah siap?" tanya Braga.

Aku mengangguk.

Kami pamit.

Kami sampai di tempat pertunjukan.

"Ga. Kau tidak menjemput kekasihmu?" tanyaku penasaran.

"itu dia." jawab Braga menunjukkan aeorang wanita cantik berjalan mendekati kami.

"hai sayang." sapa Braga lalu mencium pipi kekasihnya.

"kenalin. Ini Claretta yang tempo hari aku ceritain sayang. Dan Cla ini Tania kekasihku." ucap Braga mengenalkan kami.

"hai Tania." ucapnya sambil mengulurkan tangan.

"Claretta. Panggil saja Cla." ucapku sambil tersenyum.

Pantas saja Braga tampak santai ternyata dia sudah menceritakan semuanya pada kekasihnya.
Huh Braga sangat mencintai kekasihnya. Pikirku.

"oh ya Cla. Ini Juna yang kmarin kukatakan padamu. Jun ini Cla " lanjut Braga mengenalkanku pada lelaki yang datang bersama Tania tadi.

"Juna."

"Cla."

Lumayan sih.
Kita lihat aja nanti kalau kita cocok bagus lah. Aku tak perlu pusing lagi memikirkan pasangan.

"yaudah yuk masuk." ajak Tania.

"ehh. Bentar-bentar fotoin kita dulu dong. Buat bukti sama mama." seru Braga.

Kami berfoto.
Setelah itu kami masuk.

Lantunan musik jazz mulai terdengar.
Ah begitu menenangkan jiwa.

Kami memilih duduk barisan nomor 2.

Setiap lagu membuatku terkagum.

Tiba-tiba Juna menggenggam tanganku.
Karna terkejut, refleks aku menarik tanganku.

Kutatap dia.

"Maaf. Maaf Cla. Kau tak suka ya?" tanyanya.

Kualihkan pandanganku ke depan.

Yang benar saja. Dia kira aku gampangan apa.
Kita baru kenal sehari dia udah berani pegang tangan.
Gimana kalau udah kenal lama aduh... Amit-amit aku mau dijodohin sama dia. Pikirku.

Akhirnya pertunjukkannya selesai.
Kami keluar dari ruangan ini.

Juna melingkarkan tangannya di pinggangku.
Karna kondisi padat semua ingin keluar aku hanya menggerakkan risih tubuhku.

Kurang ajar laki-laki ini.

Lihat saja aku tak mau bertemu dengannya lagi.

"Cla. Kamu biar Juna ya yang anterin." ucap Braga.

What the ..... Umpatku dalam hati.

"Ga. Mama bisa curiga nanti." cegahku.
Aku tak mau bersama si mesum ini.

"aku sudah mengaturnya Cla. Biar gk curiga Juna pakai mobilku dan aku pakai mobil Juna." jelas Braga.

Ah.. Tak ada gunanya aku menolak.

Aku hanya perlu menyiapkan pertahanan kalau-kalau dia mencoba agresif lagi.

Akhirnya disinilah aku dan Juna.

Aku memandang keluar tak menghiraukannya.

"apa pemandangan diluar lebih menarik dari pada pemandangan di sebelah kamu Cla?" tanya Juna.

Cih.... Dia mulai menggombal.

Aku tak menjawab.

"kau marah Cla?" tanya Juna.

Aku mengalihkan pandanganku menatapnya.

"marah kenapa?" tanyaku balik.

"ya, aku berfikir kau marah hingga tak menjawab ucapanku." lanjutnya.

"oh. Tidak. Aku hanya sedang ingin diam saja. Makasih ya udah anterin. Aku turun dulu." ucapku. Beruntung kami sudah sampai.

Kurasakan mobilnya masih berhenti.

Mau apa lagi sih dia. Udah deh buruan pergi sebelum mama lihat. Pikirku lalu mempercepat langkahku masuk.

Seperti biasa mama sudah menunggu di ruang tamu.

"gimana Cla?" tanya mama.

"mama apaan sih. Cla capek mau istirahat dulu." ketusku lalu pergi meninggalkan mama.

---------------------------------------

Please Now !!! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang