Clav pov
Pagi ini aku sampai di kantor seperti biasa menuju ruangan pak Alvaro.
Aku terkejut ketika masuk kulihat dia didalam.
"kenapa ? Kamu kayak lihat hantu saja." serunya karna melihat ekspresiku.
"bapak, pagi sekali datangnya. Tumben." ucapku jujur.
"gk boleh ? Ada yang ngelarang ??" tanyanya dingin.
Aku menggelengkan kepala.
"bu..bu..bukan gitu pak. Maaf kalau saya lancang." seruku takut-takut dia marah.
Dia tak menjawabku.
Segera aku bergegas membuat kopinya.
Kulirik sesekali pak Alvaro yang terlihat serius dengan pekerjaannya.
"bukannya itu pakaiannya kemarin ya. Apa dia gk pulang, tapi kan tadi malam aku ketemu sama dia di restoran." pikirku
Setelah kopinya selesai lalu kuletakkan dihadapannya.
"hari ini kamu bantu saya disini." ucapnya saat aku hendak beranjak pergi.
Aku menatapnya seakan tak percaya.
"kenapa ?? Mau nolak ???" tanyanya menatapku tajam.
Dengan cepat pula kugelengkan kepala.
"bagus. Sekarang kamu duduk." perintahnya.
Aku masih menatapnya bingung.
Aku tak tahu dia menyuruhku duduk di kursi dihadapannya atau di sofa.
"kamu gk dengar apa yang tadi saya suruh !" sentak pak Alvaro.
"eee... Duduk dimana pak ?" tanyaku polos.
"kamu ini bodoh atau gimana sih ?" bentaknya membuatku terkejut.
"ya disitu." tunjuknya pada kursi dihadapannya.
Kemudian aku duduk dengan kesal.
Beberapa saat kemudian dia memberikan setumpuk berkas.
"kamu chek dulu bagian ini. Kamu cocokkan dengan file yang ini." perintahnya.
Aku melakukan yang diperintahkannya.
Namun belum sempat aku membaca berkas itu dia memerintah lagi.
"oh iya.. Saya belum sarapan. Kamu bisakan belikan kue di depan kantor ini. Kamu bilang saja pesanan saya seperti biasa." perintahnya.
Aku mendengus mendengar perintahnya dan menatapnya tak suka.
"gk mau...??" tanyanya dengan nada mengancam.
Huhhh. Segera aku beranjak.
Setengah jam kemudian aku kembali.
Kuberikan kue pesanannya.
"oh iya, kopi saya sudah habis. Kamu bisakan buatkan lagi." ucapnya saat aku hendak membaca berkas dihadapanku.
Aku menatapnya sekilas.
Aku segera membuat kopi untuknya karna sia-sia rasanya jika melawan, pikirku.
Kuletakkan kopinya.
Kulihat dia melahap kue sambil fokus ke pekerjaannya.
Cih... Workaholic.
Setelah itu kami berdua larut dengan pekerjaan masing-masing.
Tak terasa sudah jam siang.
Kuregangkan badanku yang mulai terasa pegal.
Kutatap pak Alvaro masih fokus.
"kalau kami berfikir akan makan siang di luar segera urungkan niatmu karna saya sudah memesan makan siang kita." ucapnya sambil tetap menatap pekerjaannya.
Aku membesarkan bola mataku tak percaya dengan apa yang pak Alvaro katakan.
"kamu dengarkan." ucapnya mengalihkan pandangannya menatapku.
Aku terkejut akan pandangannya segera kualihkan padanganku pada berkas dihadapanku.
"iya pak." jawabku.
"Good." ucapnya lalu kembali pada pekerjaannya.
Tak berapa lama kemudian terdengar ketukan pintu.
Pak Alvaro menyuruh masuk.
Terlihat sekertarisnya masuk membawa makan siang kami. Dia meletakkan diatas meja dan memandangku sekilas, lalu keluar.
Kukirik jam tanganku, ah... Waktu makan siang hampir habis dan cacing diperutku sudah berdemo minta diberi makanan, namun aku ragu karna sedari tadi pak Alvaro juga tak makan.
Aku mulai gelisah.
Tanpa sadar dia memperhatikanku.
"makanlah, tidak usah menungguku." serunya lalu aku menatapnya.
Setelah itu aku segera beranjak ke sofa dan membuka bungkusannya.
Segera kulahap makanannya.
Aku sangat lapar sehingga tak sadar pak Alvaro sudah duduk di depanku dan memandang heran.
"kau sangat bodoh." ejeknya.
Aku tersadar akan keberadaannya.
Kulihat dia tersenyum mengejekku.
Kuabaikan dia kembali menikmati makanku.
Semua makananku habis aku menyenderkan tubuhku mengistirahatkan sejenak.
Kulihat pak Alvaro masih memandangku, aku terkejut.
"bapak, kenapa tak makan ??" tanyaku gugup sambil membenarkan posisi dudukku.
"aku udah terlanjur kenyang melihat caramu makan." ucapnya
Aku tak mengerti itu sebuah pujian atau sindiran.
"kalau udah sakit, nanti baru tau rasa." gumanku namun ternyata masih bisa didengar pak Alvaro.
"kamu doain saya sakit!" ucapnya dengan nada lumayan keras membuatku terkejut.
"bapak dengar ?" tanyaku spontan.
"kamu kira saya tuli." ucapnya
"maaf pak." ucapku merasa takut hingga menundukkan kepala.
"kalau nanti suatu saya sakit, itu berarti gara-gara kamu. Kamu harus tanggung jawab." ucapnya sambil menatapku tajam.
Otomatis aku menatapnya tak percaya.
"loh... Gk bisa gitu dong pak." protesku
"saya gk trima penolakan , ingat itu !!! Sekarang kamu balik kerja." ucapnya sambil beranjak kembali ketempat duduknya.
Aku semakin kesal dibuatnya.
Argggg.... Gerutuku.
----------------------------------------------
![](https://img.wattpad.com/cover/190277414-288-k137838.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Now !!! (COMPLETED)
RomansaSegala cara sudah kulakukan namun tak kunjung juga aku mendapatkan jodoh. Apalagi cara yang akan kulakukan ? Dapatkah aku menemukan laki-laki impianku ? Aku ingin berteriak "Tolong tunjukkan jodohku saat ini Tuhan !!!" Menyimpan rasa ? Heh... Sudah...