18. Blind Date

2.8K 172 2
                                    

Cla Pov

Berulang kali  Rissa mengingatkanku dengan  mengirimkan pesan.

“Arrggg , iya aku ingat.” Teriakku kesal setiap membaca pesannya.

“ada  apa sih Cla?” tanya Dimas tiba-tiba sudah ada dihadapanku.

“Rissa nih, ngebet banget buat masukin aku ke acara blind date . “ kesalku.

Dimas tertawa keras.

“Dimas.” Panggilku sambil melihat sekeliling kami menatap kami dengan heran.

“sorry, sorry Cla.”  Ucapnya.

“tuh kan kamu aja ngetawain aku gitu.” Ucapku bertambah kesal.

“bukan gitu Cla. Maaf, maaf kalau kamu tersinggung.” Serunya.

“apa aku batalin aja ya dim.” Ucapku.

“jangan-jangan Cla .” cegah Dimas.

“tuh, tadi kamu ngetawain aku.” Gerutuku.

“yeahh. Kamu cepet banget sih tersinggungnya Cla.” ucap Dimas.

“aku bakal ikut seneng kalau kamu akhirnya ketemu jodoh kamu.” Ucap Dimas lalu beranjak meninggalkanku.

Jam pulang kantor datang juga.

“Cla, dandan yang cantik ya.” Seru Dimas menggodaku.

Aku mendengus mendengar ucapan Dimas.

Sebelum aku beranjak kulihat ponselku, ah tak ada telpon berarti aku tak perlu repot membuatkannya kopi pikirku.

Aku sudah sampai di parkiran, saat membuka pintu mobilku ponselku berdering.

“aduh, Rissa gk sabaran amat sih.” Kesalku sambil mengambil ponselku.

Kutatap layar ponselku.

“Pak Alvaro.” Ucapku membaca siapa yang menghubungiku.

Segera ku angkat.

Setelah selesai dan mematikan telponnya. Aku mendengus kesal.

“kenapa tidak dari tadi sih nyuruhnya” kesalku.

Mau tak mau aku beranjak masuk ke dalam kantor dengan malas.

Terburu-buru aku menyiapkan kopinya, dan tak lupa aku menunjukkan wajah kesalku.

Aku meletakkan gelas dihadapannya.

Tanpa permisi aku berbalik dan beranjak pergi.

“apa kau tak punya mulut untuk berpamitan.” Serunya dingin.

Aku berbalik sejenak menatapnya kesal.

“permisi pak.” Ucapku ketus lalu melanjutkan langkahku.

Aku  melajukan mobilku dengan lebih cepat, ahk.. pertemuan pertama yang buruk pikirku.

Aku sampai di restoran yang dikirimkan Rissa alamatnya.

Kulirik jam tanganku, ahk.. aku terlambat hampir 30 menit pikirku.

Segera aku masuk dan menanyakan meja yang sudah di reservasi.

Pelayan itu menunjukkan sebuah meja yang terdapat seorang lelaki sedang duduk membelakangiku.

Aku berdiri dihadapan pria itu.

“maaf. Maaf.” Ucapku

Dia berdiri “kamu udah sampai. Gk pa-pa kok. Silahkan duduk.” Ucapnya dengan ramah.

Sepanjang waktu aku terkesima dengan caranya memperlakukanku.

Ditengah-tengah makan malam kami.

“ohh, kau ingin berkencan ternyata tadi. Pantas saja wajahmu kesal saat membuatkan kopi tadi.” Seru laki-laki yang akhir-akhir ini membuat aku kesal .

“Pak Alvaro . sedang apa bapak di sini.” Ucapku terkejut dan menahan malu.

Entahlah aku juga tak mengerti kenapa aku malu ketahuan sedang berkencan.

“bukan urusanmu.” Ucapnya lalu pergi meninggalkanku.

Pada saat itu juga aku merasa dipermalukan dihadapan Brian teman kencanku.

Kualihkan padanganku pada Brian.

Kulihat dia menatap pak Alvaro dengan kagum.

“maaf ya Brian.” Ucapku menyadarkannya dan menatapku dan tersenyum.

Awalnya aku merasa malu kini penasaran.

“dia siapa Cla ?” tanya Brian.

“atasanku.” Jawabku singkat lalu meminum minumanku.

“ganteng ya.” Ucapnya sambil menatap pak Alvaro dari kejauhan.

Ucapan Brian membuatku tersedak.

“kamu bilang apa yan ?” tanyaku memastikan.

“atasan kamu ganteng.” Ulangnya lagi.

“kamu ...??” tanyaku ragu.

“maaf Cla, sebenarnya aku Gay. Mama aku ngedesak buat ikut acara beginian. Makanya gini.” Jelasnya.

Oh My God. Pikirku .

Kulirik sekilas kearah pandang Brian, dia masih menatap pak Alvaro.

Kenapa nasib percintaanku selalu gagal, gerutuku.
Tak ingin berlama-lama berhadapan dengan lelaki Gay ini, aku pamit pulang.

----------------------------------------

Please Now !!! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang