49. Menahan Perasaan

2.5K 128 0
                                    

Alvaro Pov

Akhirnya selesai juga permasalahan di Bali.

Aku berangkat pulang.

"kita langsung ke rumah pak?" tanya supirku.

Aku teringat pesan terakhir Cla, kulirik jam tanganku masih pukul 3 sore. Mungkin dia masih di kantor pikirku.

"kita ke kantor pak." ucapku. Lalu ia mengangguk.

Sesampainya dikantor aku langsung menuju ruangan divisi Cla.

Kulihat bangkunya kosong.

"cari Cla pak?" tanya Dimas menghampiriku.

Aku mengangguk.

"bapak belum tau, Cla sudah mengundurkan diri." jelas Dimas.

Aku menatap Dimas tak percaya.

"kamu gk lagi bercanda kan?" tanyaku memastikan.

"buat apa saya bercanda pak." ucap Dimas.

Kuambil ponselku, segera ku telpon Cla.

Tak ada jawaban.

Kutelpon lagi, tetap sama tak ada jawaban.

"Dimas.." panggilku.

"iya pak." jawab Dimas

"boleh saya minta tolong hubungi Cla?" tanyaku.

"oh.. Sebentar pak." ucap Dimas mengambil ponselnya lalu menelpon Cla dan memberikan ponselnya padaku.

"hallo Dim. Ada apa?" jawab suara Cla.

"Saya ingin bertemu sama kamu." ucapku.

Setelah itu tak ada jawaban. Hening.

"kamu denger kan Cla." ucapku lagi.

Masih tak ada jawaban.

"ya." jawabnya singkat. kemudian telponnya terputus.

"makasih ya Dim." ucapku sambil mengembalikan ponsel Dimas.

"sama-sama pak." ucap Dimas, lalu beranjak.

Disinilah aku menunggu, mama Cla memanggil Cla.

Kulihat Cla menghampiriku.

Wajahnya sangat datar.

Dia duduk bersebrangan denganku.

Kami masih saling terdiam. Jujur aku begitu gugup saat ini. Perasaanku tak terdefinisikan.

"kamu apa kabar Cla?" tanyaku berbasa-basi.

"baik." jawabnya singkat.

" syukurlah." ucapku.

"boleh aku bertanya?" tanyaku hati-hati.

"silahkan." jawabnya sambil menatapku datar.

Aku semakin gugup dengan respon Cla.

Aku terus bertanya dalam hati kenapa dia meresponku dengan begitu datar.

"aku ingin bertanya tentang pesan kamu terkahir kali yang kamu kirim." ucapku mulai memantapkan perasaanku

"oh.. Tentang itu." ucap Cla mencoba mengontrol responnya masih terlihat datar.

"oh...??? Gimana mungkin kamu bisa sesantai ini ?" ucapku dengan nada mulai tak sabar.

"jadi aku harus gimana Al?" tanya Cla balik.

"ah...." teriakku lalu berdiri mencoba pergi. Aku takut emosiku tak terkontrol.

Seketika kurasakan Cla memelukku.

Tubuhku menegang.

"maaf karna aku gk akan minta kamu buat maafin aku lagi." ucap Cla, terdengar suaranya bergetar.

"aku gk mau egois lagi Al. Aku gk mau kamu mengikuti semua kemauanku hingga hal buruk lain terjadi sama kamu." lanjut Cla.

Aku mengerutkan dahiku.

Kulepaskan pelukan Cla, lalu kutatap wajahnya.

Air matanya kini mulai mengalir.

"kamu serius ?" pertanyaan yang lolos dari bibirku.

Cla mengangguk.

"kamu pikir itu yang terbaik?" bentakku.

Dia semakin tertunduk mendengar nada bicaraku.

"maaf." cicit Cla.

"berulang kali kamu ucapkan kata maaf, tapi kau tak ingin aku memaafkanmu. Mau kamu apa Cla?" ucapku dengan emosi.

Kulihat air matanya semakin deras.

Kini emosiku semakin besar untuk menerima semuanya.

"kamu terlalu egois Cla. Kalau memang itu yang kamu mau. Silahkan. Pergilah.... Pergi sesukamu." ucapku lalu beranjak meninggalkan Cla.

-------

Cla Pov

Setelah hari itu aku pergi dari rumah Al, tak ada kabar darinya.

Berulang kali terbersit rasa ingin menemuinya namun aku berusaha menahan diri.

Akhirnya aku memutuskan untuk mengundurkan diri. Aku merasa tak sanggup jika harus melihat Alvaro terus menerus.

Hari ini tiba-tiba dia menghubungiku.

Aku tak mengangkat telponnya.

Kemudian setelahnya, Dimas menelpon. segera kuangkat karna mengira Dimas ingin menyampaikan sesuatu yang terjadi di kantor.

Namun aku terkejut ketika mendengar suara Alvaro.

Alvaro meminta bertemu denganku. Sejenak aku terdiam.

Alvaro mengulangi ucapannya. Aku hanya menjawab iya lalu memutuskan telponnya.

Tak berapa lama kemudian mama memanggilku karna Alvaro sudah menunggu.

Aku berusaha mengontrol diriku ketika menemuinya.

Sejenak kami saling terdiam. Kemudian dia mencoba mengajakku bicara.

Aku menjawab dengan seadanya dan berusaha untuk mnyembunyikan perasaanku.

Dia kesal melihat responku. Akhirnya dia marah dan beranjak pergi.

Entah kenapa tubuhku berkhianat bergerak memeluk Alvaro.

Aku meminta maaf lagi.

"kamu terlalu egois Cla. Kalau memang itu yang kamu mau. Silahkan. Pergilah.... Pergi sesukamu." ucap Alvaro lalu beranjak meninggalkanku.

Aku tersungkur melihat Alvaro pergi.

Aku ingin menumpahkan perasaanku padanya namun aku sudah bertekad untuk menjauh.

Akhirnya kini aku terluka terlalu dalam.

----------------------------------------

Please Now !!! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang