Chapter 77 - Clash

3.7K 219 35
                                    

Bola berwarana putih yang berukuran satu centimeter itu lama kelamaan berputar dan seperti dipilin membentuk sebuah benda kecil panjang dan runcing menyerupai jarum tapi dengan ukuran yang jauh lebih besar dan berjumlah sebanyak 3 buah.

Jarum-jarum berwarana putih itu terlihat mengambang di atas telapak tangan Phantom. Phantom terlihat menyunggingkan senyuman dari bibirnya yang memang tidak tertutup topengnya itu. Lalu dia menurunkan tangan kanannya dan ketiga jarum itu kemudian bergerak dengan cepat dan terbang mengelilingi tubuh Phantom.

Hanya kilatan-kilatan warna putih saja yang terlihat mengelilingi Phantom dalam lintasan orbit yang acak. Tapi siapapun yang melihat prosesnya tadi, akan tahu untuk tidak gegabah saat mendekati ke arah kilatan cahaya putih yang sekarang berputar dengan cepat dan melindungi tubuh Phantom.

Senyuman Paulus berangsur-angsur menghilang dan dia terlihat mulai serius. Sebelumnya, Cynthia memang sudah memberi tahu dirinya kalau lawannya kali ini adalah seorang serigala petarung tahap manifestasi juga. Tapi Paulus masih sedikit menyimpan harapan kalau-kalau apa yang dilihat oleh cucunya adalah salah.

Tapi kini, Paulus juga yakin kalau musuh di hadapannya sekarang adalah petarung yang selevel dengan dirinya.

“Kamu benar. Tak akan bisa sebuah gunung dihuni oleh dua ekor harimau,” jawab Paulus sambil kembali memberikan salam khasnya dengan kedua tangan di depan dada.

Lalu, Paulus memasang kuda-kudanya. Tak seperti Phantom yang manifestasi intentnya berbentuk jarum panjang yang bergerak mengelilingi tubuhnya. Manifestasi intent Paulus berwujud dua buah sarung tangan berwarna kuning keemasan yang terlihat membungkus kedua kepalan tangannya sampai ke batas pergelangan tangan.

“Namaku, Paulus Hong, julukanku si Tinju Emas. Sekarang kurasa kamu tahu kan darimana julukanku berasal?” kata Paulus pelan sambil tersenyum bangga ke arah Phantom.

Phantom sama sekali tak menanggapi kata-kata Paulus, tangannya yang tadi berada di samping badan, diangkatnya lalu menunjuk ke arah Paulus. Dua buah cahaya putih berkilau terlihat bergerak dengan cepat dan melesat ke arah Paulus sesuai dengan arah yang dituju oleh telunjuk Phantom.

Paulus menundukkan kepalanya dan sebuah senyuman sinis merendahkan tersungging di bibirnya, “Akan kutunjukkan kepadamu, seperti apa cara menggunakan manifestasi intent yang benar,” gumam Paulus dengan suara pelan tapi tetap terdengar di telinga Phantom.

“Haaaaaa,” teriak Paulus sambil melayangkan kepalan tangan kanannya membentuk sebuah tinju yang lurus ke arah Phantom.

Kepalan tangan yang dibungkus oleh manifestasi intent berwarna kuning keemasan itu tepat mengarah ke dua buah kilatan cahaya putih yang terbang menyerang ke arahnya.

Boooooommmmmm.

Dua buah jarum terbang Phantom terlihat hancur dan pudar terkena hantaman tinju kanan Paulus.

“Kecepatan adalah kekuatan. Itu benar. Tapi secepat apapun angin, tetap harus hancur saat menghantam gunung yang kokoh. Manifestasi intent-mu mengejar kecepatan sebagai daya serang utamanya. Punyaku menggunakan kekuatan sebagai pondasinya. Kau masih harus banyak belajar Phantom!!” kata Paulus setelah berhasil menghancurkan jarum berwarna putih milik Phantom.

Phantom hanya tersenyum tipis melihat senyum sombong Paulus, “Jahe yang lebih tua memang rasanya lebih pedas. Tapi, benarkah angin benar-benar dihancurkan? Angin tak berwujud, dia ada namun tak berbentuk,” Phantom lalu menggenggam tangan kanannya yang sedari tadi masih menunjuk lurus ke arah Paulus saat mengeluarkan serangan pertamanya.

Seiring dengan genggaman tangan Phantom, ribuan bahkan jutaan benda berwarna putih kecil berkilauan terlihat perlahan-lahan muncul dan mengambang dari tempat di sekitar mereka. Paulus sadar kalau cahaya putih berkilauan itu adalah pecahan jarum yang tadi dia hancurkan dengan pukulannya.

Laki-laki tua itu hanya bisa menarik napas panjang dan kembali ke posisi kuda-kudanya. Dia tahu sedari awal kalau semuda apapun musuhnya, asalkan dia sudah berhasil memasuki tahap manifestasi, dia tak akan semudah itu dikalahkan.

Phantom lalu kembali membuka telapak tangannya yang tadi tergenggam, lalu dia mengibaskan telapak tangannya seolah-olah sedang mengusir lalat yang ada di depannya. Seiring dengan gerakan tangan Phantom, cahaya putih yang bertaburan itu menghambur ke arah Paulus dengan cepat tanpa membentuk suatu pola, justru mirip tetesan air hujan tetapi dengan arah menyamping.

Paulus kemudian melangkah maju satu langkah dan memasang kuda-kuda dasar dengan kedua tangan terbuka lebar lurus kesamping. Tangannya tak lagi menggenggam tapi membuka dan membentuk pisau tangan. Dadanya seolah terbuka untuk menerima serangan Phantom.

Ketika tetesan cahaya putih yang berasal dari Phantom hampir mengenainya, dengan cepat Paulus menepukkan kedua tangannya di depan dada. Dua buah manifestasi intent yang ada di kepalan tangannya membentuk dua garis lengkung lurus yang berwarna kuning keemasan yang seolah-olah membentuk sebuh setengah lingkaran, dan bertemu tepat di depan dada Paulus.

Ketika kedua tangan itu mengatup di depan dada Paulus, sebuah suara keras terdengar seperti sebuah letupan yang memekakkan telinga ketiga orang yang ada di dalam restoran itu.

Duarrrrrrrrr.

Serangan Phantom kembali tercerai berai ke segala arah karena teknik yang digunakan oleh Paulus tadi. Phantom melihat semuanya dengan tatapan dingin. Kali ini, dua buah jarum hasil manifestasi intentnya benar-benar hancur karena pertahanan Paulus barusan. Tetapi dia masih punya satu lagi yang masih dengan setia bergerak mengelilinginya.

Paulus merasakan seluruh tubuhnya bergetar dan perutnya mual karena apa yang dia lakukan tadi. Terlihat sederhana, tapi sebenarnya, Paulus sudah menggunakan segalanya untuk menahan serangan kedua dari Phantom.

Intent, Aura, Chi, Ki, Qi, Nen, Reiki, Tenaga Dalam, Prana, apapun namanya dan istilahnya, bukanlah sesuatu yang tersedia dan jumlahnya tak terbatas dalam tubuh seorang petarung. Setelah berhasil mematahkan serangan kedua Phantom tadi, Paulus kehabisan tenaga dan napasnya sedikit tersengal-sengal.

“Paulus, kamu akan mati hari ini,” kata Phantom pelan.

Paulus dengan cepat mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Phantom dengan tatapan waspada. Muka Paulus terlihat sedikit pucat pasi saat melihat Phantom dengan santainya memainkan jarum intent-nya yang tersisa dan mengubah bentuknya menjadi berbagai macam benda sambil melangkah mendekati Paulus.

Dengan cepat, Paulus bergerak ke arah meja milik Cynthia dan menggunakan tubuhnya sendiri untuk menutupi gadis itu, seolah-olah menunjukkan kalau dia ingin melindungi cucunya dari sang penjahat keji yang ada di depannya.

Phantom sempat tertegun ketika melihat apa yang dilakukan oleh Paulus Hong. Pemandangan di depannya mengingatkan dia kepada sesosok laki-laki satu-satunya yang tak pernah hilang dari kepalanya. Satu-satunya sosok yang selalu menggunakan tubuhnya sendiri untuk melindungi Phantom di saat genting.

Phantom sedikit bimbang. Dia kesini dengan tujuan mengeksekusi Henry Cooper, karena pria itu sudah berkali-kali menggunakan kewenangannya untuk kepentingan pribadi. Selama ini, Phantom tak peduli karena dia sendiri sebenarnya setengah hati dan tak terlalu peduli dengan Chaos.

Hingga insiden Yasin terjadi. Saat Yasin mengajukan misi personal dan menjadikan Munding dan Izrail sebagai target dan mendapatkan approval dari Henry tanpa sepengetahuan dia atau Leman. Saat itulah, timbul niat Phantom untuk menghabisi laki-laki itu.

Paulus dan Cynthia Hong, hanyalah kambing hitam yang digunakan oleh Aisah sebagai alasan saja. Tak lebih.

=====

Author note:

Tetep dua chapter. Tapi semalam habis isya, istri ngajak cari keringat.

Bukan ehm ehm, tapi main badminton di depan rumah. Habis itu badan capek banget, dibawa mandi badan seger, terus langsung tepar di kasur. Wkwkwkwk.

munding:MerahPutih (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang