Chapter 121 - Strong!!

3.7K 209 83
                                    

Vidyut tersenyum tipis, “Kenapa? Kau ingin tahu apa konsepku?” kata Vidyut dalam bahasa Inggris yang tentu tidak dimengerti oleh Pak Yai yang berada di depannya.

“Oke, oke. Melawan seorang petarung inisiasi seperti kalian, sebenarnya sudah bullying tingkat dewa bagiku, aku akan sedikit berbaik hati, aku akan menunjukkan apa konsep milikku,” kata Vidyut.

Tiba-tiba Vidyut mengangkat kaki kanannya keatas lurus ke arah kepala. Lalu kaki itu mulai ditekan terus ke arah kiri sehingga posisi kedua kaki benar-benar lurus dari kaki kiri yang menjejak lantai lurus dengan kaki kanan yang mengarah ke atas. Mirip ballerina di televisi.

Vidyut melihat ke arah Pak Yai dan berharap musuhnya itu sudah mengetahui apa konsep yang dimilikinya setelah atraksi barusan, tapi wajah tua musuhnya yang dipenuhi sedikit keriput di sana sini itu masih juga terlihat kebingungan.

Kali ini Vidyut benar-benar marah.

Dumb-ass!!” teriak Vidyut dengan napas tersengal-sengal menahan emosi.

Sejak kedatangannya tadi, emosi si Keling memang berasa diaduk-aduk oleh orang-orang di depannya ini. Vidyut lalu menarik napas dalam dan berusaha tenang.

“Oke, memang susah berkomunikasi secara cerdas dengan manusia tak cerdas. Lebih baik aku katakan langsung saja. Konsepku adalah flexibility,” kata Vidyut sambil melemaskan otot tangannya dan memutar-mutarnya. Memang terlihat kalau seluruh persendian tubuh si Keling sangat lemas dan sama sekali tidak kaku.

“Flexibility?” gumam Munding dan Pak Yai bersamaan, mereka lalu saling bertatapan.

“Dhalsim?” lanjut Pak Yai sedangkan Munding berkata, “Monkey D Luffy?”

=====

Leman memasang kuda-kudanya seperti biasa. Dia juga sudah memanifestasikan intent-nya ke seluruh permukaan tubuhnya. Kini seluruh seluruh tubuh Leman ditutupi oleh lapisan tipis tembus pandang yang terlihat sedikit memantulkan cahaya di bawah sinar matahari.

Identitas dan konsepnya sudah ditangan musuh, tidak ada lagi yang perlu dia sembunyikan dengan cara bertarungnya. Hanya ada dua niat saja dalam kepala Leman sekarang, memastikan keselamatan orang-orang yang dilindunginya dan mengulur waktu selama mungkin.

Denise tersenyum melihat Leman beraksi tanpa sebuah rencana dan langsung mengeluarkan jurus terkuatnya. Berbeda dengan Leman, Denise berjalan berputar mengelilingi Leman dan melihat ke arah Leman seperti pemangsa yang mengincar buruannya.

“Sulaiman, konsepmu memang sesuai dengan tubuhmu yang berotot. Tapi, aku jadi bertanya-tanya, dengan konsep ‘hardness’-mu itu, bisakah kau membuat anu-mu saja yang mengeras saat berhubungan seks?” tanya Denise sambil tertawa mesum.

Muka Leman memerah karena amarah. Ini kali pertama konsep-nya dihina seperti ini. Seolah-olah, kemampuan manifestasi yang dia miliki adalah sebuah alat pemuas nafsu saja. Tak ubahnya vibrator yang dijual bebas dimana-mana.

“Haaaaaaahhhhhhh,”

Leman mengayunkan pukulannya ke arah Denise. Jangan anggap remeh konsep Leman, sekalipun inti dari hardness adalah memperkuat pertahanan si pengguna tapi ketika digunakan untuk menyerang, itu sama saja dengan seseorang yang memakai baju besi dan mengayunkan pukulannya. Tentu saja akan menyakitkan dan jauh lebih mempunyai daya serang dibandingkan pukulan biasa.

“Hmmm,” Denise tersenyum kecil.

“Tekanan adalah besarnya gaya yang terbagi dalam satu luasan tertentu. Untuk meningkatkan tekanan, cara pertama adalah dengan memperbesar gaya, dan cara inilah yang paling banyak dilakukan oleh orang-orang awam. Tapi, ada cara kedua yang jauh lebih efektif, yaitu dengan memperkecil luas area yang terkena gaya. Jadi sekalipun besarnya gaya tetap sama, semakin kecil luasan, semakin besar tekanan yang akan ditimbulkan,” gumam Denise sambil bergerak maju dan menggunakan ujung jari telunjuknya untuk menghadapi kepalan tangan Leman.

Focus,” teriak Denise menyebutkan konsep yang dimilikinya.

Sebuah titik kecil terlihat muncul di ujung jari telunjuk Denise. Sesuai konsep yang dimiliki oleh Denise, dia bertarung dengan cara memusatkan semua intent yang dia miliki menjadi sebuah titik kecil yang sama sekali tidak terlihat signifikan di ujung jari telunjuknya itu.

Dan sesuai kata-katanya tadi, semakin kecil luasan penampang, semakin besar pressure atau tekanan yang akan dihasilkan. Sebgai contoh, ketika kita mengangkat benda seberat 1kg dan meletakkannya ke atas telapak tangan dibandingkan dengan kita meletakkan benda dengan berat yang sama itu diatas ujung jari, manakah yang akan terasa lebih berat?

Dengan prinsip yang sama, Denise memusatkan semua tenaga dan intent yang dia miliki ke dalam satu titik dan mengompressinya hingga menjadi sekecil mungkin. Dan titik itulah yang sekarang berada di ujung jari telunjuknya dan siap untuk beradu dengan kepalan Leman yang terlindungi oleh intent-nya yang kuat seperti tempurung kura-kura.

Mereka berdua bergerak bersamaan dengan serangan dan konsepnya masing-masing dan bersiap untuk mengalami clash pertama mereka.

=====

Bae berjalan pelan ke arah kamar yang berada di belakang Munding dan Pak Yai, langkahnya terlihat pelan saja tapi entah bagaimana caranya, kurang dari satu detik, kakek tua itu sudah berdiri di depan pintu kaca yang sekarang tertutup dan melindungi keluarga Munding dari para penyerangnya yang berada di luar ruangan.

Pungsin.

Itulah nama julukan yang dimiliki oleh Bae Jun Seo di negerinya. Sebuah nama julukan yang sebenarnya berasal dari nama Dewa Angin. Dari julukan yang dia miliki, semua orang pasti dapat dengan mudah menebak konsep yang dia miliki. Pungsin aka Bae Jun Seo memiliki konsep yang normal dan banyak dimiliki oleh petarung manifestasi lain yaitu speed atau kecepatan.

Gaya bertarung Bae mirip dengan Hikari yang mengandalkan kecepatan serangan diatas segalanya. Karena itu, Geoffrey tahu kalau Bae bukanlah lawan Leman, tapi si kakek tua sudah lebih dari cukup untuk menjadi eksekutor misi ini.

Di dalam ruangan tempat Nurul dirawat yang berdinding kaca, Amel, Nurul, Ibu, dan dua orang perawat melihat semuanya dengan tatapan mata cemas.

Amel pernah melihat pertarungan seperti ini sebelumnya, jadi sedikit banyak dia masih dapat menguasai emosinya dan bahkan sempat memberitahu Papanya ketika dia pertama kali melihat musuhnya datang. Sedangkan Ibu dan Nurul sama sekali belum pernah melihat pertarungan seperti ini, mereka melihat dengan cemas ke arah taman yang berada diluar.

Hingga tiba-tiba saja, mereka semua dikagetkan oleh sesosok kakek tua yang tiba-tiba saja sudah berdiri sejauh 10cm dari dinding kaca yang memisahkan ruangan ini dengan taman di belakang tempat sekarang terjadi pertempuran.

“Aaahhhhhhhhhhhh,” jerit para wanita yang berada dalam ruangan itu karena kaget dan ketakutan.

Wajah Bae memang terlihat menakutkan dan tanpa senyum, seperti inilah tampilan si Dewa Angin ketika sedang serius menjalan misinya. Si kakek tua itu lalu menempelkan telapak tangannya ke kaca pembatas ruangan itu.

“Tenang saja Bu, kaca itu anti peluru, keluarga Hong sengaja mendesignnya...”

Belum selesai kata-kata dari si Perawat menenangkan keluarga Munding, terdengar bunyi yang sangat keras dan memekakkan telinga.

Prangggggggg...

Pecahan kaca berhamburan kemana-mana.

“Aaaaahhhhhhhhhhhhhhhhh,” jeritan kembali terdengar memenuhi ruangan.

Alit yang berada dalam gendongan neneknya terbangun karena jeritan yang kedua ini, dia menangis keras dan suaranya memenuhi ruangan.

Amel dengan cepat berdiri di depan Nurul dan Ibu. Dia mencoba menghadang si kakek mengerikan itu dan melindungi mereka sebisanya. Meskipun dengan kemampuan beladirinya yang tak seberapa, Amel tahu dia tak akan mampu menyarangkan satu serangan pun ke tubuh kakek tua menakutkan di depannya itu.

=====

Author note:

Chapter ke 1 dari 2.

Next chapter segera meluncur.

munding:MerahPutih (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang