Chapter 106 - Pertemuan

3.3K 238 28
                                    

Munding masih mencoba memahami tentang kegelapan, dan semua hal yang selama ini menganggu pikirannya, ketika sebuah cahaya kembali terlihat di kejauhan.

Penglihatan lagi? tanya Munding lagi.

Apakah sama seperti waktu itu, ketika dia melihat proses evolusi bintang yang berkembang lalu mati?

Ataukah kali ini berbeda?

Ketika Munding masih menunggu apa yang akan dilihatnya kali ini, cahaya itu semakin mendekat dan dia berubah menjadi sesosok manusia.

Manusia?

Kali ini manusia? Apakah aku akan melihat proses hidup manusia? Atau?

Tapi cahaya itu tidak berubah atau memperlihatkan sesuatu, dia berdiri di depannya dan berkata pelan, kata-kata yang membuat seluruh kesadaran diri Munding bagaikan dibangunkan kembali dengan sengatan listrik yang luar biasa.

“Mas Munding...”

Suara yang sangat dia kenal dan selalu dia simpan dalam ingatannya yang paling berharga. Karena dia tak ingin kehilangan memorinya tentang sosok itu.

Suara istrinya sendiri, Nurul.

Sempat terbersit dalam pikirannya kalau itu hanyalah khayalan dan ilusi karena rasa rindunya kepada istrinya. Tapi Munding lalu menepisnya. Dia tahu, kalau itu adalah benar-benar istrinya. Meskipun Munding tak tahu bagaimana caranya dia bisa datang kesini.

Nurul mengulurkan tangannya.

Dan tanpa berpikir panjang Munding langsung menyambutnya.

Gumpalan awan hitam yang dilihat Nurul terlihat membentuk sebuah tonjolan dan menuju ke arah Nurul. Lalu ketika awan itu menyentuh jemari Nurul, pelan-pelan dia berubah kembali menjadi sosok manusia biasa, sama seperti Nurul, dimulai dari ujung jari tangan, lengan, pangkal lengan, bahu, leher dan akhirnya seluruh badan.

Kini sosok utuh Munding sebagai manusia sudah berdiri dan memegang tangan Nurul.

Mereka saling berpegangan tangan tanpa kata-kata dan saling tersenyum ke arah satu sama lain. Mereka seakan tak peduli dengan kegelapan yang berada di sekitar mereka sekalipun tak ada satu titik cahaya pun yang menyinari kegelapan itu. Karena sekarang mereka sudah bersama.

“Kok Dek Nurul bisa kesini?” tanya Munding keheranan.

“Humph,” Nurul menghempaskan napas sambil membusungkan dadanya.

Seolah-olah Nurul ingin mengatakan kalau bagi dia tak ada yang tak mungkin. Munding pun hanya memeluk gemas dan mencium kening istrinya.

“Mas selama ini terjebak disini ya?” tanya Nurul.

Munding menganggukkan kepalanya.

“Berapa lama?” tanya Nurul penasaran, karena dia merasa kalau waktu di tempat ini sangatlah aneh.

“Lama sekali, aku sampai lupa,” jawab Munding.

“Mas nggak ingin pulang?” tanya Nurul.

“Ingin sekali, tapi aku tidak tahu gimana caranya,” jawab Munding.

Lalu Nurul mulai menceritakan tentang semua yang dia alami sejak Munding koma. Dan Munding hanya mendengarkan dengan seksama. Dia sangat bersyukur ketika dia tahu kalau waktu di tempat ini jauh berbeda daripada waktu di dunia sebenarnya.

Kata Nurul, hanya beberapa bulan saja telah berlalu di dunia nyata.

Munding sangat takut sekali saat memikirkan kalau suatu saat dia berhasil kembali ke kenyataan tapi ternyata semua orang yang dia kenal dan kasihi sudah meninggal dunia dan tak ada lagi siapapun yang dia tahu disana.

munding:MerahPutih (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang