Chapter 34 - Pointless

4.3K 255 54
                                    

Wuuuuussshhhhhh.

Bayangan Munding langsung melesat cepat kearah dua orang yang berdiri di depannya tanpa mengeluarkan intent ataupun masuk ke mode tarung. Munding murni mengandalkan kemampuan fisiknya. Kemampuan yang kembali dia latih dan tingkatkan bersama teknik silatnya setelah malam memalukan itu di Sukorejo.

Sunarya dan Anggie yang sedari tadi siaga mengambil kuda-kuda untuk bersiap menerima serangan Munding.

Bletakkkkkk.

Sebuah tendangan melayang dan ditangkis oleh Sunarya. Laki-laki itu tetap tegak berdiri setelah menerima tendangan dari Munding. Anggie yang melihat sasaran mereka sekarang berada dalam jarak serangnya melayangkan pukulan ke arah Munding dengan cepat.

Munding melompat kesamping untuk menghindari serangan Anggie.

Sunarya yang memegangi lengannya karena terkena tendangan Munding dan terasa sakit tadi, juga merangsek maju dan melompat ke arah Munding.

Tak lama kemudian, tiga buah bayangan manusia yang saling bertukar serangan terlihat di antara pepohonan dalam gelapnya malam.

Setelah lima menit mereka bertukar serangan tanpa hasil, Sunarya meloncat mundur diikuti oleh Anggie.

"Ini tak ada habisnya," kata Sunarya pelan sambil menatap tajam ke arah Munding.

Anggie terdiam. Dia tahu maksud perkataan Sunarya.

"Jangan main-main. Tadi siang aku sudah jelas mengatakan kalau aku akan serius melawan kalian," kata Munding, "aku tidak tahu apa tujuan kalian, tapi satu yang pasti, kalian berdua berbeda dengan anggota tim yang lain," lanjutnya.

Sunarya dan Anggie menunjukkan ekspresi terkejut saat mendengarkan kata-kata Munding.

Untuk sesaat, suasana menjadi hening di tempat itu.

"Munding, kami tak tahu sejarahmu dengan AD. Tujuan kami cuma satu, memastikan bahwa kamu bukan mata-mata yang dikirim pihak lain untuk menggagalkan misi kami," kata Sunarya pelan.

"Kami, para tentara, sedari awal dididik dan digembleng oleh kesatuan kami. Untuk sampai ke tahap ini, entah berapa kali test internal yang sudah kami lewati. Intinya, tidak ada pengkhianat diantara kami. Kamu satu-satunya anggota yang tak bisa ditebak dan masih diragukan kesetiaannya," timpal Anggie.

"Aku militan. Berbohong dan menggunakan tipuan bukan sesuatu yang diajarkan oleh guruku. Aku bukan mata-mata," jawab Munding.

"Kami tak bisa semudah itu mempercayai kata-katamu, ka ... "

Kata-kata Sunarya terhenti karena dipotong oleh Munding dengan cepat, "aku tidak tahu dengan anggota tim yang lain. Tapi kalian berdua seharusnya yang paling tahu. Kalian dididik menjadi serigala petarung dengan metode militan kan?"

"Apakah mentor kalian tak pernah mengajarkan untuk mempercayai naluri kalian?"

"Tanyakan pada diri kalian sendiri, apakah aku ini musuh kalian atau bukan?"

"Apakah aku ini ancaman atau kawan?"

"Kalian seharusnya sudah punya jawabannya saat kita pertama kali bertemu tadi siang. Karena kita bertiga dilatih dengan metode yang sama," kata Munding.

Sunarya dan Anggie saling berpandangan mata lalu menundukkan kepalanya masing-masing. Mereka berdua tahu kalau Munding bukan musuh mereka, tapi ada intruksi dari komandan operasi yang menyuruh mereka untuk mengetes Munding dan kalau bisa membuatnya keluar dari tim Merah Putih.

"Biarlah! Toh dia bukan atasan langsung kita," kata Sunarya ke arah Anggie dengan pelan.

Anggie menganggukkan kepalanya sambil tersenyum kecil.

munding:MerahPutih (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang