Chapter 111 - Niat

3.9K 253 109
                                    

This chapter dedicated to Miatacky17 yang berulang tahun hari ini.

Semoga selalu diberi kelancaran rezeki, keluarga yang samawa, anak yang sholeh dan sholehah, dan menua bersama sang terkasih. Amin.

=====

Aisah hanya menganggukkan kepalanya, “Aku tak tahu apa yang dia pikirkan dengan melakukan ini. Tapi aku bisa dengan mudah mengenali serum buatannya,” gumam Aisah.

“Dia unik. Dia menjadi seorang petarung karena kemampuannya mengembangkan obat-obatan kimia. Dia lalu mengujicobakan serum temuannya kepada dirinya sendiri. Dan berhasil menjadi serigala petarung,” lanjut Aisah.

“Tapi jalannya adalah jalan yang semu. Seorang petarung tak akan pernah benar-benar menjadi kuat ketika dia menggantungkan kemampuannya kepada faktor luar,” kata Leman.

“Banyak orang rela melakukan segalanya untuk mendapatkan apa yang dia inginkan Bang,” kata Aisah.

Si Perawat hanya menunduk kebingungan dan tak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan.

“Menurutmu apa niat si Clown melakukan ini?” tanya Leman.

“Aku tidak tahu Bang, tapi dia mencampurkan serum yang dia kembangkan untuk meningkatkan kemampuan seorang petarung awakening menjadi petarung inisiasi sementara waktu. Secara fisik tentunya. Karena itu tubuh Nurul yang hanya manusia normal tanpa latihan secara otomatis dipaksa untuk menerima energi yang luar biasa besar dari serum itu dan mengalami kegagalan. Aku yakin Nurul pasti sekarang merasa kesakitan dan kelelahan yang luar biasa,” jawab Aisah panjang.

“Atau justru Nurul tiba-tiba bangun dan menjadi serigala petarung?” gurau Leman sambil tertawa kecil.

“Abang ni jangan bercanda, dia baru saja jadi Ibu lho Bang,” protes Aisah.

Cynthia hanya tersenyum saja. Mereka sudah mulai bisa bercanda. Itu artinya masa kritis sudah berhasil terlewati dan dia mengucap syukur karena berhasil menangani masalah ini dengan cepat dan tepat.

“Guru, apa yang kita lakukan ke dia?” tanya Cynthia sambil melihat ke arah si Perawat.

Si Perawat dengan cepat memasang telinganya untuk mendengarkan vonis yang akan dijatuhkan kepadanya.

“Apapun ceritanya, dia sudah berusaha membunuh keluargaku. Aku berhak atas nyawanya. Tapi kita lepaskan saja dia. Dia tak akan hidup untuk melihat mentari esok pagi,” kata Aisah.

Si Perawat jelas terkejut ketika mendengar kata-kata wanita itu.

“Maafkan aku. Aku akan melakukan apa pun. Tolong ampuni aku,” kata si Perawat sambil memohon kepada Aisah.

“Bukan. Aku akan melepaskanmu. Setelah ini, kamu bebas untuk pulang. Tapi aku tak menjamin kalau orang yang menyuruhmu untuk melakukan tugas ini akan begitu saja melepaskanmu,” kata Aisah pelan.

“Nona Cynthia, tolong aku. Selamatkan aku. Biarkan aku tetap di sini,” rengek si Perawat kepada Cynthia.

“Kamu sudah melanggar aturan perusahaan dan bahkan hampir membuat keluargaku terkena masalah besar. Kamu dipecat dan kami tak punya lagi urusan denganmu. Silahkan tinggalkan tempat ini dengan suka rela atau aku akan meminta sekuriti untuk mengusirmu,” kata Cythia datar.

“Nona, Nonaaaaaa... Aku mohon..” tapi belum sempat kata-katanya keluar, Cynthia memberi isyarat kepada sekuriti yang berada diluar ruangan untuk membawa wanita itu pergi.

Kini hanya tinggal mereka bertiga dalam ruangan ini.

“Kita harus tahu motif Clown melakukan ini. Tak mungkin dia bergerak sendirian,” gumam Leman.

“Aku tahu. Tapi yang terpenting saat ini bukanlah menyerang tapi bertahan. Bertahan dengan sebaik mungkin. Ini hanyalah sebuah serangan ujicoba dari mereka. Kita tak tahu apa yang akan mereka lakukan selanjutnya,” kata Aisah, “dan aku sangat membutuhkan istirahat,” lanjutnya sambil tersenyum pahit.

“Guru, ayo Cynthia antar,” ajak Cynthia sambil kembali memapah Aisah yang masih terlihat kelelahan.

“Bang, tolong waspada. Kita belum tahu rencana mereka. Setidaknya harus ada yang berjaga di dekat keluarga Mas Ahmad,” bisik Aisah pelan dengan nada kuatir.

“Hmmm,” Leman hanya bergumam sambil menganggukkan kepalanya.

=====

“Tunggu!! Itu bukan salahku!!” teriak seorang wanita yang tubuhnya terlihat terluka disana sini dan baju yang sudah tak berbentuk lagi.

Dia merangkak dan merintih kesakitan di sebuah ruangan karaoke dengan bunyi lagu yang berdentum keras dan memekakkan telinga. Di depannya duduk seorang pria yang mengenakan kostum seorang badut dengan wajah yang tidak lucu tapi justru mengerikan. Pria itulah yang barusan menyiksa si wanita tersebut.

“Sebuah tugas sederhana. Kau cuma harus menambahkan obat yang kuberikan ke dalam bius yang harus kau suntikkan. Dan kau gagal!” kata si Clown dengan suara yang terpatah-patah dan bahasa Indonesia yang tidak lancar.

“Kumohon. Sudah kubilang bukan salahku. Ada seorang wanita yang datang setelah operasi. Wanita itulah yang berhasil menyadarkan kembali korban setelah aku suntikkan obat yang kamu berikan,” kata si Perawat dengan cepat.

“Wanita?” tanya Clown bingung.

“Ceritakan padaku!” perintah Clown setelah terdiam dan berpikir.

Si Perawat menarik napas panjang lalu mulai menceritakan kejadian yang tidak masuk akal yang telah dilihatnya di ruang operasi. Ketika tiba-tiba saja ada jarum yang melayang tanpa dipegang. Ketika jarum itu tiba-tiba terbang dan kemudian berubah menjadi serbuk warna-warni dan menyelimuti seluruh tubuh pasien. Semuanya. Meskipun dia sendiri sempat merasa kalau apa yang dilihatnya adalah halusinasi.

“Hmmmmm, satu lagi,” gumam Clown.

Dari sudut gelap ruangan ini yang tak terjangkau oleh cahaya lampu, sebuah suara terdengar berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris ke arah Clown.

“Kita sudah punya informasi tentang 5 orang. Leman - hardness, Dirman - wisdom, Nasution - believe, Paulus - persistence, dan Titis - agility. Tapi siapakah wanita ini? Apa konsepnya?”

“Manifestasi intent menjadi jarum? Lalu jarum hancur menjadi debu? Dan debu menyelimuti tubuh pasien? Defense atau offense? Konsep apa yang dia miliki. Clown, kau harus cari tahu soal wanita ini. Kita harus kumpulkan semua informasi yang akurat tentang kekuatan tempur yang ada disini sebelum menyerang mereka dengan keras dan tiba-tiba lalu membuat pondasi negeri ini rubuh dari akar-akarnya.”

“Siap,” jawab Clown tanpa membantah sama sekali.

“Kegunaanmu sudah berakhir. Itu artinya, kau hanya menjadi beban. Dan aku tak suka beban,” gumam Clown sambil berjalan mendekati si perawat dan menghembuskan nafasnya ke arah wanita itu.

Si Perawat hanya mencium sebuah bau yang sedikit harum sebelum akhirnya semuanya menjadi gelap. Dia tewas mengenaskan, meskipun tak merasakan sakit saat meregang nyawa.

“Petarung di negara ini selalu bertarung melawan satu sama lain. Mereka hanya bagaikan segerombolan anjing kurus yang saling berebut tulang. Tulang yang sama sejak puluhan tahun lalu. Tak pernah mencoba untuk beranjak dewasa,” gumam suara yang berada dalam kegelapan itu.

“Itulah tugas kita untuk membangunkan mereka,” jawab sebuah suara lain sambil terkekeh.

“Aku ingin wanita dengan jarum itu. Kalau kita bertemu dengannya, dia milikku. Kalian tahu kan betapa sedikitnya populasi petarung wanita yang mencapai tahapan manifestasi? Aku ingin mencobanya,” teriak salah satu suara dengan nada yang mesum dan menjijikkan.

Suara tertawa terkekeh terdengar dari berbagai sudut ruangan yang sebagian besar gelap ini.

Clown hanya bisa menundukkan kepala dan tak berkata apa-apa. Di hadapan segerombolan petarung manifestasi seperti mereka, Clown mungkin akan terbang ke luar angkasa jika salah satu diantara mereka kebetulan sedang kentut dan Clown berada di belakangnya.

munding:MerahPutih (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang