Chapter 99 - Berjumpa

3.6K 243 10
                                    

Dua buah mobil terlihat memasuki halaman sebuah rumah sakit. Ketika mobil-mobil itu berhenti di depan pintu masuk, beberapa orang keluar dengan raut muka panik. Seorang wanita berjilbab dan terlihat sedang mengandung menunjukkan raut muka cemas dan panik.

Pak Yai, Bu Nyai, Nurul, Asma, Amel, Broto, Umar dan Afza memasuki rumah sakit bersama-sama. Rombongan mereka membuat para pengunjung dan karyawan rumah sakit ini terlihat sedikit mencibir.

Maklum, ini adalah sebuah rumah sakit swasta pribadi milik keluarga Hong. Rumah sakit ini tidak diperuntukkan bagi warga umum kebanyakan. Hanya digunakan untuk merawat relasi terdekat keluarga besar Hong saja.

Jadi, mayoritas pengunjung dan pekerja disini tidak terbiasa melihat wajah-wajah pribumi yang barusan memasuki rumah sakit ini.

“Dimana pasien yang bernama Munding di rawat?” tanya Broto ke arah bagian resepsionis yang sedang bertugas di tempatnya.

Si Mbak agak kaget mendengar nada Broto. Tapi melihat postur tubuh dan nada suaranya, si Mbak tahu kalau Broto pastilah bukan orang sipil. Dengan cepat dia melihat ke arah buku pasien dan mencari pasien dengan nama Munding.

Harusnya mudah, karena itu adalah nama biasa. Pasti terlihat mencolok diantara sederetan nama yang ditulis dengan huruf mandarin. Tapi anehnya, si Mbak tidak bisa menemukannya.

“Maaf Pak, kami tidak menemukan pasien yang bernama Munding di buku pasien rawat inap kami. Mungkin Bapak salah rumah sakit,” jawab si Mbak dengan sopan dan ada sedikit nada ketakutan disana.

Tak lama kemudian, beberapa orang laki-laki berbadan tegap dan menggunakan setelan baju safari hitam-hitam berjalan mendekati mereka. Mereka terlihat memasang wajah garang dan arogan saat berjalan ke meja resepsionis itu.

Dua orang yang kelihatannya pimpinan tim Security ini mendekat ke arah Broto dan menyalaminya.

“Maaf Pak, ini adalah fasilitas rumah sakit pribadi keluarga Hong. Kami tidak tahu Bapak dari kesatuan mana, tapi tolong hormati kami dan tidak membuat keributan di tempat ini. Ini rumah sakit Pak, bukan tempat hura-hura,” kata salah satu dari mereka.

“Aku tahu maksudmu. Tapi aku mendapat kabar bahwa keluargaku dirawat di sini. Makanya kami semua datang mencari ke sini. Pak Yai, minta tolong hubungi lagi adek angkat Pak Yai,” kata Broto.

Pak Yai menganggukkan kepalanya lalu mencoba menelpon Aisah. Tak butuh waktu lama, panggilan itu diangkat dan Pak Yai mengatakan kalau mereka sudah tiba di RS tapi menurut resepsionis tak ada pasien bernama Munding di tempat ini.

Terdengar suara sebuah benda dipukul dari seberang telepon dan suara seorang gadis yang mengaduh kesakitan, tak lama kemudian Aisah menjawab bahwa muridnya akan menjemput mereka ke resepsionis.

Pak Yai mematikan teleponnya dan memberitahu kepada rombongannya bahwa sebentar lagi murid adek angkatnya akan menjemput kesini. Dua orang yang menjadi pimpinan tim security itu saling berpandangan mata dan hanya tersenyum simpul.

“Siapa sih memangnya orang yang bakalan datang? Dengan pengaruh keluarga Hong, tak akan ada yang berani macam-macam disini!” seperti itulah kurang lebih isi kepala mereka berdua.

Tak sampai dua menit kemudian, seorang wanita cantik berdarah Chinese keluar dari lift yang ada di sebelah meja resepsionis dan setengah berlari menuju ke arah rombongan Pak Yai. Dia sampai ke depan rombongan itu dengan napas terengah-engah.

“Ahmad Hambali?” tanya Cynthia ke arah rombongan Pak Yai.

Pak Yai dengan ragu-ragu menunjuk ke mukanya sendiri karena dia merasa tak mengenal gadis itu.

Tiba-tiba saja, si gadis cantik itu langsung mendekat dan memegang tangan kanan Pak Yai lalu dia menciumnya, “Paman Guru, aku Cynthia, Cynthia disuruh Guru untuk menjemput kalian kesini. Maafkan Cynthia, Cynthia lupa memasukkan nama Munding ke dalam daftar pasien rumah sakit ini.”

Ha?

Semua orang terbengong.

Gadis Chinese? Paman Guru? Lupa memasukkan nama Munding ke daftar pasien? Di Rumah Sakit seperti ini?

Gadis ini pasti bukan orang sembarangan jika bisa memasukkan Munding menjadi pasien di rumah sakit ini, bahkan tanpa melewati prosedur pendaftaran pasien secara normal. Beberapa orang dari rombongan Pak Yai berpikir seperti itu.

Sedangkan tim sekuriti dan karyawan rumah sakit yang sedari tadi menyaksikan drama di depan mereka merasakan keringat dingin mulai mengalir di punggung mereka. Mereka tentu mengenal siapa gadis cantik yang barusan datang.

Dia adalah Cynthia Hong. Kandidat terkuat yang akan menjadi penerus pucuk pimpinan keluarga Hong.

Dalam keluarga Hong, kemampuan dihargai lebih dibandingkan sebatas jenis kelamin atau kekayaan. Dan mereka sangat paham sehebat apa gadis cantik bernama Cynthia Hong ini. Dia adalah salah satu personel elite keluarga Hong yang bahkan direktur rumah sakit ini sekalipun harus menundukkan kepalanya dengan hormat.

“Kalian berdua ngapain disitu? Bantu bawa barang-barang mereka. Kita ke ruang rawat Private,” perintah Cynthia ke arah dua orang kepala Security yang masih mematung di tempatnya.

Pak Yai dan yang lainnya mungkin tidak tahu menahu tentang rumah sakit ini. Tapi tim sekuriti dan semua karyawan rumah sakit yang mendengar perintah Cynthia langsung bergidik ngeri.

Untuk relasi dan kolega keluarga Hong, mereka menggunakan ruang rawat VIP dan VVIP, hanya ada dua kelas itu. Sedangkan ruang rawat Private yang tadi disebutkan Cynthia, hanya diperuntukkan bagi anggota internal keluarga Hong. Meskipun tidak setiap anggota keluarga Hong berhak menggunakan ruangan itu.

Itulah kenapa mereka sangat terkejut saat mendengar Cynthia menyuruh mereka ke ruangan itu.

=====

Nurul menangis sejadi-jadinya sambil memeluk tubuh Munding.

Semua orang yang ada di ruangan ini terlihat sedih. Mereka mengira bahwa Munding terluka parah tapi sama sekali tidak pernah menyangka kalau Munding akan berada dalam kondisi seperti sekarang ini.

Mereka tahu kalau Munding adalah seorang petarung. Terluka dalam sebuah pertarungan adalah sesuatu yang wajar. Tewas dalam medan pertempuran juga menjadi salah satu resiko yang umum dan masih merupakan suatu kewajaran.

Tapi ini?

Munding berada dalam kondisi antara hidup dan mati.

Amel memeluk Papa-nya dan menangis tanpa henti. Asma memeluk Bu Nyai dan menangis tanpa henti juga.

Kalau sudah seperti ini, adakah kesempatan bagi perasaan mereka untuk mendapatkan balasan dari Munding? Sedangkan Munding sendiri terbaring tak sadarkan diri di atas ranjangnya dan entah kapan akan sadar kembali.

Tapi dari semuanya, tentu saja Nurul yang paling bersedih. Di dalam perutnya sekarang ada calon bayi mereka berdua. Buah hati yang mereka nantikan bersama-sama. Dan kini, Nurul tidak tahu apakah Munding akan bisa melihat buah hatinya lahir ke dunia dan tumbuh menjadi dewasa.

“Masssss...” rintih Nurul di sela-sela isak tangisnya.

Hanya suara nafas halus yang keluar dari hidung Munding yang menjadi jawaban dari rintihan penuh kesedihan Nurul.

=====

Author Note:

Chapter ke 1 dari 2.

munding:MerahPutih (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang