Chapter 85 - Kejar!! part 2

3.3K 226 27
                                    

Dua orang laki-laki yang mengenakan jaket ojol berwarna hijau bergaris hitam terlihat sedang menunggu penumpang dan asyik mengutak-atik hpnya di sebelah kiri musala. Sesekali mereka berdua akan mengobrolkan sesuatu dan tertawa kecil.

Mereka mengenakan masker wajah dan helm yang senantiasa terpasang di kepalanya, sebuah penampilan yang normal bagi ojol yang menghabiskan hidupnya di jalanan seperti mereka.

Mereka berdua adalah Ardian dan Ridwan.

Sedangkan Munding sendiri? Dia berpura-pura menjadi seorang penjaja makanan asongan yang sering terlihat menawarkan tahu goreng khas Sumedang dan juga buah-buahan yang diletakkan dalam kantong plastik dan dia tenteng dengan satu tangannya. Bergerak lincah untuk menawarkan dagangan dari satu mobil ke mobil lain dan berteduh di bawah pohon saat kelelahan.

Munding mengenakan masker wajah dan topi penutup kepala, dandanan khas penjual asongan itu untuk melindungi mereka dari asap kendaraan dan panas mentari yang menyengat, mungkin satu-satunya yang kurang adalah Munding tak memakai kacamata hitam murahan seharga dua puluh lima ribu perak untuk mengurangi silaunya matahari.

Ketika semuanya melihat Yasin dan Nia kini berjalan menuju ke mobil Nia bersama-sama, Arya menarik napas dan memutuskan untuk memberikan instruksinya.

“Tim, siaga untuk bergerak sesuai aba-abaku,” kata Arya melalui alat komunikasi mereka.

Yasin dan Nia tinggal beberapa meter lagi dari mobil Nia yang pintunya masih terbuka dan mereka berdua terlihat berbahagia. Ardian dan Ridwan yang ditugaskan untuk menjadi penyerang meletakkan handphone mereka ke dalam saku jaket mereka dan bersiap-siap untuk bergerak cepat meringkus pasangan itu.

Mia dan Arya membuka pintu mobil mereka perlahan tetapi pandangan mata mereka tak beralih dari pasangan yang baru saja bertemu dan terlihat sedang berbahagia itu.

“Bersiap!” kata Arya pelan.

Ardian dan Ridwan bersiap memasuki mode tarung dan melesat ke arah Yasin dan Nia. Yasin adalah seorang serigala petarung tahap inisiasi, sedangkan Nia masih seorang petarung tahap awakening, mereka memperkirakan kalau membekuk Yasin dan Nia dengan menggunakan Ardian dan Ridwan sudah lebih dari cukup.

Mia dan Arya bertugas untuk back up seandainya salah satu dari pasangan itu melarikan diri atau ada faktor x yang tak terduga. Sedangkan Munding? Dia hanya menjadi konfirmator saja, yang bertugas untuk memastikan apakah pria yang sekarang bersama Nia, benar-benar Yasin. Karena hanya Mundinglah yang pernah bertemu bahkan bertarung langsung dengan buronan mereka ini.

“Tahan,” kata Munding pelan dan membuat keempat rekannya kebingungan.

Apalagi Ardian dan Ridwan yang sudah benar-benar siaga untuk beraksi setiap saat.

“Munding, kenapa?” tanya Arya cepat, dia takut kehilangan buronan mereka yang ini.

“Ada sesuatu yang salah dengan badut yang sedari tadi mengamen di perempatan bersamaku. Dia berjalan mendekat ke arah target kita,” jawab Munding.

“Munding, dia hanya badut biasa, mungkin berniat meminta receh ke target kita,” balas Ardian cepat.

“Seorang serigala petarung tak akan mungkin jadi badut pengamen di perempatan lampu merah kan?” kata Munding yang membuat semua rekannya langsung terdiam.

“Kamu yakin?” tanya Arya dengan cepat.

“Aku tahu dia serigala petarung, tapi entah tahapan apa, karena intent yang dimilikinya berfluktuasi dan bahkan hilang sama sekali. Seolah-olah dia hanya manusia biasa,” jawab Munding.

Mereka semua mencerna perkataan Munding dan menjadi sedikit ragu untuk melanjutkan misi mereka.

“Manifestasi?” tanya Mia, sebuah pertanyaan yang sebenarnya ada di kepala semua orang dan membuat mereka menjadi ragu.

“Bukan. Kalau dia manifestasi dan sengaja menutupi kemampuannya, aku tak akan mungkin bisa tahu dia serigala petarung atau bukan,” jawab Munding dengan yakin.

Jangankan untuk serigala petarung tahap manifestasi, bahkan sampai detik ini, Munding masih tak mampu untuk menangkap intent Bapak Mertuanya. Apalagi saat dulu pertama kali dia bertemu dengan Leman. Bagi Munding, dia seolah-olah hanya seorang laki-laki paruh baya biasa.

Terdengar hembusan nafas lega dari mulut rekan-rekan Munding.

“Oke, Tim, pantau dengan seksama semua perkembangan yang terjadi. Selalu bersiap untuk beraksi dengan segera,” kata Arya.

Di lain pihak, Yasin yang bergandengan tangan dengan Nia dan menuju mobil mereka tertegun ketika dia melihat sosok badut yang berjalan mendekati mereka berdua. Hanya satu nama yang muncul di kepalanya, Clown.

Nia melihat ke arah Yasin yang tiba-tiba saja berhenti melangkahkan kaki dan dia mengikuti arah pandangan mata kekasihnya. Ketika Nia menemukan sosok badut dengan topeng muka menakutkan itu, tak urung, lututnya sedikit bergetar.

Nia tahu siapa sosok itu. Clown, sang Algojo dari Chaos. Dia adalah personel inti Chaos yang bertugas untuk melaksanakan hukuman kepada anggota Chaos yang dianggap telah melanggar peraturan organisasi atau desersi.

“Hahahahahahaha,” terdengar suara Clown tertawa.

“Ini yang menurut peribahasa kalian, sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui, ya kan?” kata Clown sambil menatap tajam ke arah Yasin dan Nia di balik topengnya.

“Clown, kami tak ada urusan lagi dengan Chaos. Jangan ganggu kami!” kata Yasin tegas.

“Hohohohoho,” balas Clown dengan sebuah tawa bernada ejekan.

“Karena ada gadismu di samping, kau sekarang pemberani ya? Lupa kalau selama ini kau menjadi tikus got dan bersembunyi dari kejaranku?” lanjut Clown.

Yasin dengan cepat berdiri di depan Nia dan memasang sikap waspada.

“Hehehehehehehe,” Clown tertawa lagi dengan nada sinis.

“Yasin, aku akan menyeret tubuh rentamu ke headquarter dan aku akan menggunakan Nia sebagai budak seks-ku sampai aku bosan menikmati tubuhnya. Terdengar ending yang bahagia bukan?” tanya Clown.

“Dan lagi, asal kau tahu. Sejak pertama aku melihat kekasihmu, aku selalu menggunakan dia sebagai bahan khayalanku,” bisik Clown ke telinga Yasin, “dan sebentar lagi, khayalan itu akan menjadi kenyataan. Hehehehehehehe.”

“Bedebah biadab!!” teriak Yasin sambil melayangkan pukulannya kearah Clown sekuat tenaga dengan penuh emosi.

Clown meloncat kebelakang dan tangannya yang sedari tadi berada di saku celananya melemparkan sesuatu ke arah Yasin. Yasin tak mempedulikannya dan membiarkan benda kecil itu mengenai kepalan tangannya.

Buzzzzzzzzzz.

Bunyi berdesis terdengar diiringi dengan sebuah asap berwarna biru yang keluar dari benda kecil yang barusan dipukul Yasin. Tak sampai semenit kemudian, Yasin sudah tersungkur di tanah dengan napas tersengal-sengal.

Yasin merasakan kalau seluruh tubuhnya lemas dan tak bertenaga. Hanya suara tawa Clown terdengar keras sekali di telinganya.

Yasin ingin mengatakan sumpah serapah kepada Badut sialan itu, tapi mulutnya seolah terkunci dan tenaganya seolah-olah pergi meninggalkan tubuh tuanya.

“Mungkin si Badut adalah pengejar dari Chaos. Yasin tumbang, kalian tetap harus waspada dan siap untuk beraksi. Kita akan gulung mereka bertiga malam ini,” kata Arya.

"Hati-hati dengan benda yang dilempar si Badut. Yasin terlihat kehilangan tenaga setelah terkena asap dari benda itu," kata Mia.

=====

Author note:

Chapter ke 2 dari 2.

munding:MerahPutih (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang