Chapter 102 - Usaha part 2

3.7K 256 81
                                    

Setengah jam kemudian, sebuah mobil memasuki halaman rumah sakit dengan kecepatan yang pelan. Lima orang turun dari sana. Dirman, Nasution, Broto, Umar, dan Amel.

Satu-satunya yang terlihat mencolok adalah Amel. Karena dia adalah satu-satunya wanita dan jelas terlihat bahwa dia bukan anggota militer seperti yang lainnya. Gadis manis berjilbab itu terlihat sedih. Matanya juga terlihat sedikit bengkak karena mengeluarkan airmata. Dan semua orang tahu alasannya.

Begitu rombongan itu keluar dari dalam mobil mereka, terdengar sebuah suara celetukan dari Leman, “Katanya, militer selalu yang terbaik dalam soal disiplin. Kini aku baru tahu kalau ternyata itu benar.”

Sebuah candaan sarkasme yang disambut tawa kecil oleh Aisah dan Cynthia. Sedangkan Paulus hanya tersenyum dan tak berani tertawa.

Muka Nasution terlihat memerah dan dengan cepat dia berteriak, “Kau!! Tak ingat kau pernah kuhajar sampai minta ampun?”

“Aku hanya bercanda Kek. Apakah dengan semakin bertambahnya usia, semakin mudah terpancing emosi?” tanya Leman sambil menyalami rombongan Broto satu persatu.

“Oiya, ini adikku, Aisah dan gadis di sebelahnya itu muridnya, Cynthia,” kata Leman sambil memperkenalkan Aisah dan Cynthia.

Dirman yang pertama kali maju dan berinisiatif untuk mengenalkan dirinya kepada Aisah. Leman tersenyum tipis. Sedikit banyak dia tahu tujuan Dirman. Menakar kemampuan Aisah yang baru pertama kali ini dilihatnya.

Cynthia lalu maju dan menyalami Dirman dan Nasution. Dia sudah mengenal tiga orang yang lainnya. Apalagi Amel, hampir setiap hari Amel datang kesini menemani Nurul dan Munding. Terkadang dia juga menginap di sini. Tak mungkin Cynthia tak mengenal gadis itu.

Sebelumnya, saat Cynthia memberitahu rencana kedatangan Dirman dan Nasution, Paulus sudah mewanti-wanti dirinya. Jaga sikap dan tetap tunjukkan rasa hormatmu. Mereka berdua adalah legenda hidup dan mereka masih dipercaya sebagai orang terkuat di bumi nusantara saat ini. Dan Cynthia berusaha untuk tidak membawa masalah bagi keluarganya saat ini.

Setelah itu Paulus maju dan ikut menyalami Dirman dan Nasution.

“Jenderal,” kata Paulus yang dibalas anggukan kepala oleh mereka berdua.

“Ini Broto. Jenderal aktif. Ini Amel. Anaknya Broto. Calon istrinya Munding,” kata Nasution memperkenalkan Broto dan Amel.

Paulus hanya tersenyum sambil menyalami Broto. Dia tahu kalau Amel akan menolak bersalaman dengan dia, jadi Paulus hanya mengatupkan kedua tangannya di depan dada seperti salam orang Hindu.

“Kakek kan tahu kalau Munding itu menantu Abangku. Itu artinya dia itu keponakanku. Jangan seenaknya memperkenalkan wanita lain sebagai calon istrinya,” tegur Leman ke arah Nasution.

“Memangnya kenapa? Kita ini muslim. Boleh beristri lebih dari satu. Kalau memang mampu, kenapa harus takut?” jawab Nasution.

“Sudah-sudah, kalian ini, pasti seperti itu. Lagian, laki-lakinya pun sedang koma. Kenapa kalian meributkan soal ini. Pikirkan dulu bagaimana cara membuatnya sadar kembali,” kata Dirman menjadi penengah seperti biasanya.

“Direktur, siapkan tempat dan hidangan untuk makan siang, Cynthia yang akan mengantar kami ke kamar Munding,” perintah Paulus.

“Siap Ketua,” jawab sang Direktur sambil beranjak pergi bersama sekretarisnya.

Tak lama kemudian, rombongan itu sudah berjalan menuju ke kamar Munding.

=====

Amel melihat dari luar kamar bersama Broto, Nurul, Bu Nyai, Umar, Cynthia dan beberapa orang lainnya.

Di dalam kamar, hanya ada 6 orang saja yang berdiri mengelilingi Munding. Lima orang petarung manifestasi dan Pak Yai. Pak Yai berada di dalam karena dia berada pada level half step, jadi meskipun hanya sementara, dia bisa memanifestasikan intent-nya.

Sama seperti Dirman dan Nasution yang menjadi legenda pada masa mereka. Nama Ahmad Hambali juga menjadi legenda pada masa pergantian millenium. Dia adalah seorang serigala petarung yang namanya bahkan terdengar sampai ke beberapa negara tetangga.

Banyak orang menduga kalau Pak Yai bakal menjadi seorang serigala petarung tahap manifestasi baru dari militan. Tapi ternyata prediksi kebanyakan orang salah. Pak Yai belum mencapai ke level itu sampai saat ini.

“Ahmad, kamu tahu kenapa kamu justru kalah oleh adik-adikmu?” tanya Dirman, Sang Jenderal tua dengan konsep ‘kebijaksanaan’.

Pak Yai menganggukkan kepalanya, “Aku tahu dan aku tak pernah menyesalinya. Aku gagal melangkah ke level kalian karena aku hidup bahagia. Aku kehilangan dorongan semangat untuk bertarung untuk mempertaruhkan nyawaku lagi,” jawab Pak Yai dengan tenang.

Aisah menundukkan kepalanya dan melirik ke arah Pak Yai. Kalau memang bisa, Aisah pun bersedia menukar semua yang dia capai dan miliki sekarang demi sebuah kehidupan bahagia bersama kakak angkat tertuanya itu. Sama persis dengan apa yang sekarang dikatakan oleh Pak Yai.

“Kalian bertiga memang luar biasa. Generasi petarung muda militan yang menakutkan. Untung cuma adik-adikmu yang berhasil naik ke manifestasi. Kalau kamu juga ikut. Aku akan menyepi ke gunung dan tak akan peduli lagi pada urusan negara ini,” gurau Dirman kearah Pak Yai.

Semua orang dalam ruangan itu tertawa mendengar gurauan Dirman.

“Oke kita sekarang kembali ke masalah kita,” kata Dirman, “ada yang tahu atau punya penjelasan tentang kondisi bocah ini,” lanjutnya sambil berjalan mendekati ranjang Munding.

“Menurut dokter yang menanganinya, Munding mengalami permanen vegetatif state itu artinya ...”

Aisah menceritakan semua informasi yang dia dapatkan saat Munding diperiksa di rumah sakit ini. Kelima orang lainnya mendengarkan dengan seksama kecuali Pak Yai. Karena dia sudah terlebih dahulu mendengarkan tentang kondisi Munding dan sering berkunjung kesini menjenguk menantu dan anaknya sendiri.

“Oke, aku mengerti. Sekarang begini, mari kita coba gunakan intent kita masing-masing untuk mencoba melihat sejauh apa dan seperti apa sebenarnya kondisi Munding,” kata Dirman.

Mereka semua mencoba berkonsentrasi dan melakukan apa yang diminta oleh Dirman. Semua orang disini tahu dan paham kalau intent bisa memanipulasi dan dimanipulasi. Itu artinya saat seseorang mampu untuk mengontrol intent-nya secara terlatih, dia dapat menggunakan intent itu untuk mengontrol intent yang dimiliki orang lain. Tujuannya tentu saja untuk mengendalikan target.

Mereka semua terdiam dan berkonsentrasi untuk mencoba mengendalikan intent Munding. Setelah itu, mereka akan berusaha untuk membuat Munding sadar dengan mempengaruhi kesadaran Munding melalui intent-nya.

Sebuah rencana yang sangat logis dan masuk akal. Dan mereka pun melakukannya.

Paulus yang pertama kali menyerah. Lalu disusul oleh Nasution. Pak Yai menyusul kemudian. Leman menyusul berikutnya, kini tinggal Aisah dan Dirman yang masih berusaha mencoba untuk memanipulasi intent Munding.

Tak sampai semenit kemudian, Aisah menghembuskan nafas panjang dan juga menyerah. Dirman terus berusaha selama beberapa menit sebelum akhirnya dia juga menyerah.

“Bagaimana mungkin intent seorang petarung inisiasi bisa sesulit itu untuk dimanipulasi?” gumam Dirman yang dijawab dengan diam oleh kelima orang lainnya dalam ruangan itu.

=====

Author note:

Chapter terakhir hari ini.

Pertanyaannya, berhasilkah mereka membuat Munding sadar kembali? Wkwkwkwk.

munding:MerahPutih (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang