Chapter 127 - I am the Strongest part 1

4.7K 236 52
                                    

“Makasih Mas,” kata Nurul sambil mencium kening suaminya yang baru saja mengambilkan dia sarapan, “Alit mana?” tanya Nurul kemudian.

“Sama Eyangnya,” jawab Munding, “Dek Nurul mau jalan-jalan?”

Nurul menganggukkan kepalanya, “Dah lama nggak jalan sama Mas Munding,” bisik Nurul pelan.

Munding tersenyum lalu dia mendorong kursi roda istrinya, menyusuri jalan pedesaan yang sepi di pematang sawah desa Sukorejo.

Padi terlihat menguning di samping kiri dan kanan jalan kecil tapi beraspal halus ini. Segerombolan burung Gereja juga terlihat kesana kemari berniat untuk meminta jatah makan mereka dari padi yang mulai menguning itu.

Petani-petani yang rajin dengan giat akan menarik tali yang disambungkan dengan orang-orangan sawah di tengah pematang. Orang-orangan sawah yang akan bergerak mengangguk-angguk dan membuat rombongan burung Gereja itu takut mendekat.

Bunyi riuh juga terdengar dari kaleng-kaleng berisi batu yang digantungkan di sepanjang tali itu, yang akan berbunyi nyaring saat talinya ditarik oleh si Petani Rajin. Sesekali, suara teriakan mengimbangi suara dentang kaleng berisi batu terdengar di kejauhan. Suaranya yang selalu akan disusul oleh bunyi riuh burung Gereja yang terbang ke awan karena kaget akan teriakan sang Petani.

Sebuah simfoni alam pedesaan yang tak akan pernah membuat Munding dan Nurul bosan sampai kapanpun.

Munding dan Nurul sesekali melambaikan tangan kepada petani-petani yang memang saling mengenal itu. Sekali dua, mereka akan menawari Munding untuk ikut sarapan bersama mereka di pagi yang cerah ini. Meskipun mentari masih setengah hati menunjukkan dirinya.

“Kata Mbak Amel, Mas mau pergi ke luar kota lagi?” bisik Nurul perlahan.

“Nggak lama kok Dek, paling dua atau tiga hari,” jawab Munding.

Nurul terlihat sedih, sedari dulu, dia tak pernah ingin suaminya menjadi seseorang yang selalu mempertaruhkan keselamatannya demi orang lain. Nurul ingin suaminya menjadi seorang petani sederhana dan selalu menemaninya di rumah dan sawah mereka.

Cita-cita sederhana yang bahkan sangat sulit untuk terwujudkan.

=====

Seorang laki-laki yang mengenakan kaos berwarna hitam polos dan celana berwarna senada terlihat berjalan memasuki sebuah gedung yang terlihat bersih dan rapi. Di dalam gedung terdapat banyak pria dan wanita yang berbadan tegap dengan menggunakan pakaian yang rapi dan sopan. Mereka terlihat teratur dan tertib. Ciri khas dari didikan militer.

Dimanapun laki-laki berkaos hitam ini berjalan, semua prajurit yang dilewatinya akan segera menghentikan aktifitasnya dan memberikan hormat kepadanya.

Karena mereka semua tahu betapa mengerikannya laki-laki berkaos hitam ini, sekalipun dia tak terlihat menakutkan atau berwajah sangar, sekalipun dia hanya memakai kaos murahan dan terkesan seperti orang pinggiran.

Dia adalah seorang petarung yang diakui sebagai salah satu serigala petarung terkuat di Asia. Dulu, dia sanggup merobohkan empat orang petarung manifestasi saat masih belum sempurna menyelesaikan proses asimilasinya.

Setelah beberapa tahun berjalan, tak ada yang tahu lagi seberapa kuatnya laki-laki berkaos hitam ini.

Sekalipun dia adalah petarung militan tapi dia juga dikenal dekat dengan militer. Dia juga diketahui mempunyai lebih dari satu orang anggota keluarga yang merupakan petarung manifestasi. Dengan semua background yang dimilikinya, tak ada satu orang waras pun yang akan berani menyentuh keluarganya.

Laki-laki berkaos hitam itu bernama Munding.

=====

“Kapan datang?” tegur seorang wanita ketika melihat Munding memasuki ruangan.

munding:MerahPutih (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang