Chapter 84 - Kejar!! part 1

3.4K 214 15
                                    

Keempat pasang mata lalu dengan cepat menoleh ke arah Munding. Mereka ingin mendengar tanggapan Munding soal masalah ini.

“Apa yang kalian harapkan dariku?” tanya Munding datar.

“Kita sudah memperoleh informasi yang kita inginkan dari Nia. Gadis itu tak lagi ada manfaatnya bagi kita. Kalau kalian ingin menggunakan dia. Saranku cuma satu. Biarkan dia tetap berkeliaran, tapi tetap awasi. Mungkin suatu saat, dia akan membawa kita ke Yasin,” lanjut Munding.

Semua personel dalam ruangan itu terdiam, termasuk Komandan Jae. Dia juga heran, terkadang dari kepala si militan ini, sebuah ide yang tak pernah terpikirkan akan terlahir dan bisa menjadi opsi terbaik.

Alangkah bagusnya jika seandainya saja, bukan Munding tapi petarung militan lain yang sedang berada bersama mereka saat ini, begitulah kira-kira isi kepala si Jae. Karena Jae sendiri tahu siapa sebenarnya Munding dan background yang dia miliki. Dan justru karena itulah, Munding di rekomendasikan oleh AD untuk menjadi kandidat mereka.

Meeting darurat yang singkat itu lalu dibubarkan dengan mengambil usulan Munding sebagai solusi. Ketika Munding berdiri, dia berjalan ke arah Arya dan berbisik kepada laki-laki itu, “kamu benar-benar serius dengan ini? Apakah semua ini setimpal dengan apa yang Nia berikan?”

Arya sama sekali tidak terkejut saat mendengar pertanyaan Munding. Dia lalu berjalan keluar dari ruangan dan melambatkan langkahnya, isyarat agar Munding mengikutinya.

Munding dan Arya lalu berjalan berdua keluar dari markas ini.

Sesampainya di halaman belakang dan tak ada lagi orang lain di sekitar mereka, Arya menghentikan langkahnya.

“Munding, setelah kalian berdua keluar meninggalkan ruangan Nia, aku mengadakan kesepakatan dengannya,” kata Arya pelan.

“Aku sudah menduganya,” jawab Munding.

Arya hanya tersenyum, “Aku tahu itu. Kamu itu cerdas, atau licik? Apakah kalian semua para militan seperti itu?” gurau Arya.

Munding tak menanggapi gurauan Arya dan hanya tersenyum. Munding tahu kalau hal barusan bukanlah apa yang ingin disampaikan oleh rekannya ini. Pasti ada rencana yang ingin dia jalankan.

“Aku menghancurkan rekaman video malam itu tanpa menyimpan copy-nya. Informasi itu membawa dampak yang luar biasa jika tersebar ke orang ramai. Bahkan bagi aku yang sudah didoktrin sedemikian rupa, sempat mengalami krisi jatidiri, apalagi yang lain?” gumam Arya lebih menyerupai keluhan.

Lalu mereka berdua terdiam untuk beberapa saat.

“Munding, di dalam tubuh kami, selalu ada pertikaian dan perselisihan yang tak kunjung selesai sejak dulu. Aku dan banyak prajurit muda lainnya, yang mungkin suatu saat nanti akan memegang tampuk kepemimpinan ketika saatnya tiba, sudah lelah dengan semua ini,” kata Arya.

“Karena itu, sebelum melepaskan Nia, aku sudah mendiskusikan semua rencanaku kepada semuanya, terkecuali Afza. Bukan karena aku tidak percaya kepadanya, tapi karena dia tahu semuanya bersama-sama dengan kita berdua. Tapi mungkin saja keputusan yang dia ambil akan berbeda denganku.”

“Kami ingin menghentikan ini semua dan merubah militer menjadi satu kesatuan yang solid dan menghilangkan perbedaan yang terjadi sejak lahirnya negeri ini.”

Munding hanya terdiam, “Apapun keputusan kalian, kalian tetap harus ingat kalau ada kami yang akan selalu mengawasi kalian dari samping,” katanya kemudian.

“Kami tahu itu, tapi kamu akan selalu menganggap kalian saudara sebangsa dan setanah air,” kata Arya.

Munding tak tahu dan tak pernah mau tahu apa yang Arya sampaikan kepada rekan-rekannya anggota tim dari militer dan membuat mereka mau mengikuti rencana Arya. Pengakuan Nia malam itu, mungkin hanya akan diketahui oleh tiga orang saja, setelah Arya menghancurkan rekamannya.

=====

Seorang laki-laki berusia lanjut dengan pakaian yang lusuh tapi masih terlihat bersih dan rapi, duduk di sebuah halaman depan musala kecil di pinggiran sebuah kota kecil di jalur Pantura.

Dia terlihat baru saja melaksanakan sholat dzuhur di dalam musala itu seorang diri.

Tak ada yang istimewa dari penampilannya, hanya sebuah tas ransel kecil yang diletakkan di sebelahnya dan tangan kiri yang terlihat aneh dan hanya terkulai lunglai di tempatnya.

Laki-laki itu lalu berdiri setelah beristirahat sejenak dan bersiap untuk meninggalkan tempat ini ketika tiba-tiba saja sebuah suara terdengar di telinganya.

“Akhirnya, aku menemukanmu.”

=====

“Target terlihat, semua tetap di siaga di posisi masing-masing,” kata Arya melalui alat komunikasi yang terpasang di kepalanya.

“Dimengerti,” terdengar jawaban serempak dari beberapa orang setelah mendengar instruksi Arya.

Sesuai dengan usulan Munding, mereka memang menggunakan Nia untuk melacak keberadaan Yasin. Dan begitu kabar keberadaan tentang Nia diketahui, tim pemburu yang berisikan serigala petarung tahap awakening langsung ditarik ke markas dan digantikan personel inti Merah Putih yang terdiri dari 5 orang anggota, Arya, Ardian, Mia, Ridwan, dan Munding.

Mereka adalah line up terkuat dari tim Merah Putih yang berisikan semua petarung inisiasi dengan kategori D+. Setelah meeting serasa drama penuh sandiwara itu, mereka memutuskan untuk menggunakan tugas untuk tracking Nia dan Yasin menjadi prioritas utama mereka. Karena saat ini, mereka berdua telah berstatus sebagai mantan Chaos. Mereka juga yakin kalau Yasin pasti mempunyai info yang lebih mendetail tentang Chaos.

Munding sebenarnya setengah hati untuk mengikuti aksi kejar mengejar ini. Setelah mengetahui semuanya, dia bahkan tak ingin lagi bergabung dengan tim Merah Putih. Munding tidak merasa ada gunanya lagi dia disini.

Apakah Munding tidak kuatir lagi dengan apa yang dilihatnya saat insight-nya waktu itu?

Mungkin iya, tapi kini Munding sadar akan satu hal yang mungkin sempat dia lupakan. Takdir dan masa depan itu hak mutlak Yang Maha Kuasa. Tak ada satupun mahluk yang mampu mengetahui masa depan sedikit pun kecuali orang yang diberi petunjuk-Nya.

Setelah melakukan tarik ulur dengan Arya maupun Broto, Munding akhirnya membuat kesepakatan dengan mereka untuk tetap bergabung sampai Yasin tertangkap oleh mereka.

Dan disinilah Munding sekarang.

Dia berdiri di bawah pohon yang terletak di pinggir jalan raya dan melihat ke arah sebuah musala kecil di kejauhan. Jalan raya yang menjadi jalur tersibuk di seantero negeri itu, ramai dengan lalu lalang kendaraan yang melintas dengan tujuannya masing-masing.

Sebuah mobil terparkir di depan musala kecil itu dan seorang gadis cantik turun dari sana. Dialah yang baru saja berbicara kepada Yasin. Munding melihat sepasang kekasih berbeda usia itu dari kejauhan. Mereka terlihat canggung dan ragu akan apa yang mau mereka lakukan setelah pertemuan yang mungkin mereka nantikan sejak beberapa minggu terakhir ini.

Munding melirik sekilas ke arah sebuah mobil berkaca gelap yang terparkir di halaman sebuah ruko yang berada di samping musala. Di dalam mobil itu, Arya dan Mia juga sedang memperhatikan pasangan Yasin dan Nia dari balik kaca berwarna hitam itu.

=====

Author note:

Chapter ke 1 dari 2.

munding:MerahPutih (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang