Chapter 26 - Dua Garis

4.3K 251 24
                                    

Nurul terlihat gembira sekali pagi ini. Di tangannya terdapat sebuah benda kecil panjang berwarna putih yang dipegangnya dengan erat.

Senyuman sumringah dan raut muka bahagia tak bisa lepas dari wajahnya. Dengan cepat Nurul berlari mencari suaminya yang masih membersihkan musala setelah sholat subuh tadi.

"Mas!!!" teriak Nurul dari pintu depan rumah.

Munding kaget. Nggak biasanya Nurul berteriak-teriak seperti barusan. Munding meletakkan sapu yang dipegangnya dan berjalan keluar dari musala. Nurul berlari ke arah suaminya dan langsung memeluk Munding saat mereka berdua berjumpa.

"Napa sih kok seneng banget?" tanya Munding keheranan.

"Lihat ni Mas," kata Nurul sambil memperlihatkan benda yang dipegangnya erat.

Munding dengan penasaran melihat ke arah benda kecil itu.

"Test pack?" tanya Munding.

"Hu um," jawab Nurul sambil menganggukkan kepalanya dengan cepat seperti ayam mematok beras di tanah.

"Terus?" tanya Munding lagi dengan raut muka bingung.

"Lihat garisnya," jawab Nurul dengan muka ceria.

Munding melihat ke arah test pack yang dipegang Nurul dan melihat dua garis merah yang jelas sekali disana.

"Garisnya dua?" tanya Munding.

"Hu um," jawab Nurul sambil kembali menganggukkan kepalanya berulang-ulang sama seperti tadi.

"Dan?" tanya Munding.

Nurul memasang wajah cemberut saat Munding menanyakan itu. Munding terlihat berpikir sebentar lalu sebuah informasi masuk ke otaknya yang telmi untuk urusan ginian.

"Dek Nurul hamil?" tanya Munding dengan suara sedikit bergetar.

"Nurul hamil Mas," jawab Nurul sambil tersenyum bahagia.

Munding terdiam dan terlihat kaget selama beberapa saat. Setelah itu, Munding langsung mengangkat tubuh Nurul dengan kedua tangannya.

"Sebentar lagi aku jadi Bapak," teriak Munding sambil tertawa bahagia.

Akhirnya, penantian mereka berdua berakhir sudah untuk mendapatkan buah hati mereka. Munding akan menjadi Bapak beberapa bulan lagi saat dia berumur 22 tahun.

Munding dan Nurul saling berpelukan di halaman depan musala pagi itu setelah mendapatkan berita kebahagian mereka.

=====

"Sini biar Mas aja," kata Munding sambil mengambil cucian yang barusan diangkat Nurul.

Sebulan setelah Nurul ketahuan positif hamil, Munding jadi ekstra perhatian ke istrinya. Dia tak membiarkan Nurul melakukan pekerjaan yang terlalu berat sedikitpun. Bukan apa-apa, Munding sadar kalau Nurul masih sangat muda. Umurnya masih 20 tahun. Terlalu rentan membiarkan istrinya bekerja terlalu berat saat sedang menjalani kehamilan pertamanya.

Bu Nyai dan Pak Yai jadi lebih sering berkunjung dan menginap di Sukorejo sejak sebulan lalu. Bu Nyai juga sudah meminta untuk diijinkan tinggal di rumah Munding tapi Pak Yai belum memberikan ijinnya dengan alasan menunggu kandungan Nurul berusia lanjut terlebih dahulu.

Munding juga meminta Nurul rutin melakukan check up dan mengganti menu keseharian mereka untuk menyesuaikan asupan gizi bagi calon bayinya.

Perut Nurul mulai sedikit menunjukkan perubahan fisik juga. yang sebelumnya ramping dan rata, kini berubah sedikit menggembung tapi tidak begitu kentara. Maklum, kan memang masih kisaran 3-4 bulan.

Saat usia kehamilan Nurul sudah lebih nanti, Munding juga tak mau kandungan Nurul di-USG untuk mengetahui jenis kelamin bayinya. Biar aja jadi surprise, alasan Munding kala itu.

=====

"Ini tak bisa dibiarkan lagi. Sudah beberapa bulan berjalan dan korban makin berjatuhan. Memang iya tak semua korban mereka adalah orang baik-baik. Tapi kita tak bisa biarkan mereka melakukan itu. Ini bukan negara tanpa hukum dimana seseorang bisa menjadi hakim bagi diri mereka sendiri," kata seseorang pria berseragam Polisi dengan pangkat tinggi dipundaknya.

Beberapa orang yang duduk di meja tempat mereka meeting sekarang menganggukkan kepalanya tanda setuju.

"Kandidat dari kesatuan kami sudah siap. Mereka bisa mulai bergabung dalam tim kapan saja," kata salah seorang Jenderal dengan baju seragam biru muda.

"Kandidat kami juga sudah siap dan bisa segera aktif," sahut beberapa orang lainnya yang dengan nada serupa.

"Saat ini, hanya satu kandidat yang sudah siap dari kesatuan kami. Kandidat yang lain masih tentative," kata Broto yang langsung memancing tanda tanya di kepala petinggi yang lain.

"Broto, kamu serius? Angkatan Darat adalah salah satu yang terbaik. Selama ini, kalian lah yang bertempur kesana kemari memberantas daerah konflik di seluruh wilayah NKRI. Tak mungkin kalian kekurangan kandidat kan?" tanya petinggi militer dari Angkatan Laut.

Semua orang menunggu jawaban Broto dan melihat ke arah laki-laki yang menjadi perwakilan dari Angkatan Darat itu. Mereka menunggu penjelasan dari sang Jenderal.

"Kandidatku unik. Dia eksternal, bukan dari internal Angkatan," jawab Broto.

"Ha?"

Semua orang yang ada di ruangan itu menunjukkan ekspresi kaget justru setelah mendengarkan penjelasan Broto. Seharusnya, kalau menurut kuantitas, AD adalah Angkatan yang memiliki serigala petarung terbanyak dibandingkan yang lainnya. Tapi justru mereka berencana mengirimkan kandidat eksternal? Apa rencana Broto dan Angkatan Darat.

Suara gumaman juga terdengar di ruangan itu. Mereka mempertanyakan keputusan yang diambil AD untuk misi kali ini. Ini bukan misi biasa. Semakin hari, target yang dibantai Chaos makin mengarah ke sosok-sosok politisi penting dan beberapa perwira menengah dari kepolisian dan militer. Karena itulah mereka mengadakan meeting lanjutan ini.

"Rekan-rekan, penentuan kandidat adalah hak prerogatif masing-masing Angkatan. Tolong hormati keputusan kami," kata Broto.

"Jenderal Broto benar. Tolong hormati keputusan masing-masing Angkatan dan kesatuan mengenai masalah kandidat ini. Kita serahkan sepenuhnya soal penunjukkan kandidat ke masing-masing," timpal petinggi kepolisian yang memimpin jalannya meeting.

Suara gumaman menghilang setelah itu.

"Selanjutnya, kita akan bahas teknis dan logistik untuk tim gabungan ini. Budget untuk operasional secara umum akan ditanggung oleh Kepolisian, tapi diharapkan masing-masing Angkatan membantu untuk logistik saat diperlukan," kata si Petinggi polisi.

"Sebelum itu, sebaiknya kita pilih nama untuk misi dan tim gabungan ini," usul petinggi Angkatan Udara yang dijawab dengan anggukkan kepala oleh sebagian besar peserta meeting.

"Karena ini tim gabungan lintas institusi, aku usul namanya 'Garuda' sesuai dengan lambang negara kita," kata petinggi dari Brimob.

"Ini bukan tim nasional kesebelasan sepakbola. Aku tidak setuju," bantah Petinggi dari Densus 88.

Sebenarnya beberapa petinggi militer agak keberatan dengan kehadiran Densus 88 dan Brimob dalam tim gabungan ini. Mereka hanya kesatuan dan detasemen. Kenapa mereka seolah-olah dianggap satu tingkat dengan masing-masing Angkatan?

Tapi pihak Kepolisian sebagai penggagas dan penanggung jawab misi ini beralasan kalau serigala petarung mereka sangat terbatas. Jika Kepolisian dianggap sebagai satu lembaga, mereka hanya akan bisa mengirimkan 2 orang kandidat. Sehingga mereka meminta agar Densus 88 dan Brimob dianggap dua institusi terpisah. Bersama dengan AD, AL, dan AU, mereka akan membentuk tim gabungan yang terdiri dari 10 orang serigala petarung terinisiasi dengan komposisi 4 dari kepolisian dan 6 dari militer.

Militer akhirnya setuju setelah mendengarkan permintaan dan penjelasan dari kepolisian. Toh, semua ini seharusnya adalah tugas dan wewenang dari kepolisian. Militer hanya membantu mereka karena mereka angkat tangan dan tak sanggup untuk menjalankan tugasnya.

=====

Author Note:

Chapter ke embuh.

munding:MerahPutih (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang