Ps. Sebelum baca ku mau bilang kalo chapter ini absurd banget, pokoknya ga sesuai sama ekspektasi kalian huhu mianhae 😭
☘️☘️☘️
Dahi Hina mengernyit saat mendengar suara tangisan anak kecil di sekitarnya. Tangisan yang lumayan membuatnya terganggu dan ingin melihat siapa yang telah menganggu tidur nyenyaknya. Perlahan mata Hina terbuka dan melirik sekitaran kamar yang hanya di terangi oleh lampu tidur, lalu melihat jam di atas nakas yang menunjukkan pukul 2 dini hari.
"Siapa sih," gumam Hina dengan suara parau, merasakan badannya pegal begitu mencoba bangun dari posisi tidurnya.
Dengkuran halus Jaemin membuat Hina menoleh dan mendapati pacarnya itu sedang tertidur pulas tanpa menggunakan pakaian dan hanya tertutupi selimut, sama seperti dirinya saat ini. Hina mendesah pelan lalu menutup wajahnya dengan kedua tangan, malu. Malu mengingat bagimana kemarin Jaemin mencumbunya dengan lembut dan sangat hati-hati. Hina merasa senang, tentu. Hanya saja ada kekhawatiran di dalam dirinya yang membuat Hina sedikit menyesal karena sudah menyerahkan dirinya pada Jaemin sebelum mereka sah menyandang status sebagai suami-istri.
Tangisan yang semakin keras terdengar membuyarkan lamunan Hina dari wajah Jaemin yang terlelap. Entah kenapa Hina mendadak jadi pemberani dan ingin mencari tau dari mana tangisan itu berasal.
"Tunggu," Hina mengernyit setelah mengambil kimono tidurnya yang terlempar jauh ke atas komputer. "Kenapa di sini bisa ada komputer?" gumamnya. Pasalnya mereka lagi nginep di hotel, tapi kenapa barang-barang Jaemin bisa berada di dalam hotel? Hina bingung.
Setelah menatap sekitar ruangan dengan seksama, Hina semakin dibuat tidak mengerti karena saat ini ia berada di dalam kamar Jaemin. "Apa-apaan ini? Kenapa bisa di rumah sih? Kapan pulangnya coba?" gumamnya.
Sekali lagi suara tangisan yang semakin kencang dari luar kamar membut Hina tersadar dan memilih mencari tau asal suara karena dia tidak tahan dengan keributan. Apalagi ini jam 2 pagi.
Dada Hina berdebar kencang, suara tangisan anak kecil berasal dari kamar sebelah. Kamar yang merupakan kamar tidurnya di rumah Jaemin tiba-tiba terdengar suara tangisan anak kecil. Hina tiba-tiba merasa takut.
"Hantu? Di rumah ga mungkin ada hantunya kan!?" gumamnya panik. Pengen balik ke kamar buat bangunin Jaemin tapi kakinya terasa berat. Badannya berdiri kaku di depan pintu kamar sebelah, rasa takutnya benar-benar sudah tidak tertolong lagi. Hina pengen pingsan. Hanya saja isakan kecil memanggil mama membuat Hina merasa terpanggil.
Tangan Hina bergetar saat membuka knop pintu dan mengintip apa sebenarnya yang berada di kamar sebelah. Tatapan Hina terpaku pada dua bocah yang terduduk di dalam sebuah tempat tidur yang memiliki pagar pembatas di sekelilingnya. Mereka menangis sambil memegang pinggiran tempat tidur dengan wajah frustasi.
"Cup cup cup.. jangan nangis.." reflek Hina melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar. Menghampiri tempat tidur bayi di tengah-tengah ruangan dan meraih salah satu dari mereka yang ingin memanjat pembatas tempat tidur.
"Ma-ma! Mama.. mama~" ujar mereka semakin histeris setelah melihat Hina. Mereka sangat antusias ingin di peluk sama Hina, bahkan anak satunya yang masih berada di tempat tidur juga ingin memanjat agar di gendong oleh Hina.
"Aduh! Tunggu, tunggu, nanti jatuh," Hina meletakkan anak di gendongannya ke atas matras yang ada di lantai lalu meraih anak satunya lagi.
"Mama~" tangis anak yang berada di bawah sambil memeluk kaki Hina erat-erat.
"Cup, cup iya.. sini, sini aku peluk," Hina merengkuh bayi yang berusia kisaran 2 tahun itu ke dalam pelukannya. Walaupun kewalahan karena tangan ramping Hina tidak cukup kuat untuk menahan mereka berdua yang memperebutkan dirinya, Hina tetap berusaha menjaga keseimbangannya agat tidak jatuh karena keberatan beban.
KAMU SEDANG MEMBACA
(✔️) Love Story
Fanfiction☘️ Cerita keseharian Hina yang memiliki tunangan super nyebelin macem Na Jaemin. ☘️ Start: 2018/02/14 Finish: - ☘️☘️☘️ Ps. Banyak typo dan pastinya banyak kekurangan.. Jangan lupa vote+komentar ya Terimakasih