[104] Kabur

1K 128 44
                                    


☘️☘️☘️

Untuk kesekian kalinya Jaemin menggeram karena Hina tidak membalas pesannya. Pacarnya itu hanya membaca dan setelahnya mengabaikannya. Jaemin kesal. Pasalnya dia ga tau Hina ngindarin dia karena apa. Kemarin mereka masih baik-baik aja, tapi pagi ini Hina berubah. Pacarnya itu mendiamkannya dan mengabaikannya tanpa sebab yang jelas.

Ga tau aja kalo Hina ngambek setelah tau Jaemin kabur dari rumah dan ga ada bilang apa-apa sama doi. Jelaslah Hina ngambek, bahkan doi marah karena merasa Jaemin tidak menganggap posisinya sebagai pacar. Hina merasa kecewa karena tidak tahu menahu perihal kaburnya Jaemin dari rumah. Kalau saja Hina ga nguping obrolan mama sama papa mungkin dia ga bakalan tau pacarnya udah minggat dari rumah selama 3 hari. Selama 3 hari itu Jaemin keliatan baik-baik aja, tiap hari nemenin Hina ke perpustakaan, pulangnya juga di anterin, abis itu doi pamit pulang. Hina ga curiga sih pas Jaemin nolak buat nginep, ga taunya doi nutupin masalahnya dari Hina.

"Ga pulang Jaem?" tanya Haechan yang hendak bersiap akan pulang dari warnet.

"Entaran aja," geleng Jaemin.

"Ga nemenin Hina?"

Jaemin kembali menggeleng.

"Yaudah, gue cabut duluan ya," ujar Haechan sebelum meninggalkan Jaemin pulang. Ga mau kepoin temennya itu kalo Jaemin udah masang tampang judes. Yang ada di senggol dikit, Haechan bisa kena bacok(?)

"Hm,"

Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam dan Jaemin dengan segera meraih ranselnya sebelum pergi dari bilik warnet yang ia tempati. Berjalan cepat menuju halte dan menaiki bus yang akan membawanya ke suatu tempat. Tempat yang menjadi tempat kerja Jaemin seminggu ini, Bar.

Jaemin nekat melamar kerja part time di sebuah bar karena tergiur dengan gaji tinggi yang di tawarkan. Doi ga bisa nunggu sampai suneung selesai atau ia tidak akan mendapatkan kesempatan ini dua kali. Di tempat mana lagi dia bisa dapet kerja part time dengan gaji tinggi? Jaemin rasa ga ada selain di bar itu.

"Hyung," Jaemin keluar dari ruang belakang dengan pakaian khas pelayan lengkap make dasi kupu-kupu. Padahal doi kerjanya di bar, cuma nganter minuman atau sekedar bersihin meja, tapi karyawan di sana wajib menggunakan seragam rapi yang sudah di sediakan mengingat ini adalah bar yang cukup terkenal.

"Oh, udah dateng," ujar seorang yang bertugas di bagian kasir. Melirik Jaemin sekilas lalu melemparkan serbet pada cowok itu.

"Maaf gue telat hyung," ujarnya merasa bersalah.

"E-eum," angguk orang yang di panggilnya hyung itu dengan senyuman kecil. "Cepet bersihin ya,"

"Iya," angguk Jaemin, meninggalkan orang bernametag Johnny itu dengan senyuman simpul.

Bermodalkan kepercayaan diri tinggi dan hanya menunjukkan kartu tanda penduduk, Jaemin keterima di bar dengan sangat mudah. Johnny selaku orang kepercayaan dari pemilik bar tidak terlalu neko-neko dalam memilih pekerja, asalkan rajin dan kerjaan beres, dia pasti senang.

"Bawakan 2 botol beer lagi ya!" seru seorang pelanggan dengan pakaian kerja kantoran membuat Jaemin menoleh.

"Iya tunggu sebentar," Jaemin menghentikan kegiatannya lalu menghampiri meja bartender untuk meminta pesanan. Mengantarkannya pada pelanggan dan kembali menekuni pekerjaannya yang lain.

Sementara di lain tempat dan waktu yang sama, Hina tengah gelisah. Menatap ponselnya yang kini kembali sepi dari spam pesan Jaemin. Padahal tiap menit pacarnya itu pasti ngechat cuman Hina kacangin. Tapi sekarang Jaemin ga ada ngechat dia lagi, mungkinkah pacarnya itu nyerah bujukin dia atau Jaemin ikutan ngambek karena Hina keterlaluan ngabaiin doi dari pagi? Entahlah.

(✔️) Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang