[71] Sibuk

1.6K 174 69
                                    


☘️☘️☘️

Pulang sekolah Hina langsung jalan cepat menuju tempat kursus yang baru ia ikuti seminggu lalu. Langkahnya semakin cepat begitu menemukan gedung berlantai tiga di antara pusat perbelanjaan. Menerobos keramaian orang yang berlalu lalang lalu masuk ke dalam gedung.

Hina memberi salam kepada orang-orang yang menyapanya di sana. Tidak sedikit dari peserta kursus yang berstatus pelajar sepertinya. Setelah berganti pakaian, ia langsung memasuki salah satu ruangan di lantai dua untuk memulai hobi barunya.

Senyum Hina mengembang selama mengikuti pelatihan menjahit yang selama ini ingin ia tekuni. Setelah berjanji sama mama kalo dia pasti bisa lulus dengan nilai memuaskan, mama langsung ngijinin Hina mengikuti kursus menjahit selama anaknya itu memang bersungguh-sungguh. Cuma mama sama Hina yang tau, kalo papa sampai tau dijamin Hina bakal di tanyain macem-macem tentang minatnya. Padahal Hina udah sering bilang kalo dia pengen terjun ke dunia seni. Papa pasti ngijinin sih cuman ya gitu, Hina males di tanya-tanyain. Papa ribet.

"Bagus! Kamu cepat menguasai tehnik ya," puji pengajar yang akrab di panggil Ibu Kim oleh orang-orang di sana. Menatap hasil jaritan Hina yang rapi untuk ukuran pemula. Hina baru mendaftar hari Jumat lalu dan langsung memulai hari pertamanya, dilanjutkan pertemuan kedua di hari minggu siang sebelum main ke rumah Koeun, saat Jaemin pergi main bersama adiknya itu loh. Entah kenapa Hina ingin merahasiakannya dari Jaemin dan nanti akan memberikan kejutan untuk pacarnya itu.

"Terimakasih bu," senyum Hina, senang.

"Sudah berapa kali pertemuan?" tanya cewek di sebelah Hina.

Hina melirik sebentar lalu kembali fokus pada jaritannya, "Ini yang ketiga,"

"Hari ini adalah hari terakhir, tapi ibu Kim tidak pernah memujiku," dengusnya kecewa.

Hina diam, perasaannya jadi ga enak ngeliat orang lain sedang berusaha keras untuk mendapat perhatian sementara dia belom seberapa sudah di puji-puji. Hina jadi takut kalo orang-orang membencinya karena dianggap sebagai pesaing.

"Pertemuan kemarin aku ga ngeliat kamu disini," ujar Hina pelan.

Cewek itu tiba-tiba nyengir kayak lagi kepergok setelah berbuat sesuatu yang salah. "Keseringan bolos," ujarnya.

Hina hanya tersenyum kecil. Pantesan cewek itu ngakunya hari terakhir tapi masih ngikutin kelas pemula, gimana mau bisa kalo anaknya sering bolos pertemuan. Kan sayang banget ikut kursus mahal-mahal tapi ga diikutin, mana setiap pertemuan ga dateng itu kehitung. Menurut Hina 10 kali pertemuan itu sudah cukup untuk belajar menjahit.

"Mau aku bantuin?" tawar Hina setelah menelan ludahnya beberapa kali. Tapi Hina langsung menyesal setelah ngomong gitu, rasanya dia sombong banget sampe pengen ngajarin senior yang udah duluan kursus di sana.

"Nggak usah. Ibu Kim sampai capek ngajarin, tapi aku tetap aja kayak ini. Aku memang ga berbakat" ujarnya sedih.

Hina kembali diam, mengangguk segan dan melanjutkan menjahitnya sesuai perintah ibu Kim yang kini melanjutkan mengajar ke tahap berikutnya.

☘️

Jaemin mendesah lesu setelah menghempaskan badannya di sofa ruang tengah. Hari ini Hina seperti hilang di telan bumi. Yang biasanya pasti dapet aja papasan di sekitaran sekolah, hari ini Jaemin malah ga nemuin Hina dimana-mana, padahal tadi pagi mereka berangkat sekolahnya bareng. Cuman pulangnya aja mereka ga bareng, Hina udah pasti ikut bimbel sampe malem, trus pulangnya mau lanjutin les. Jaemin yang anti belajar malem-malem tentu aja milih bolos sama Haechan dan main di warnet sampai lupa waktu.

(✔️) Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang