[106] Suneung

1.3K 129 51
                                    


☘️☘️☘️

Tepukan pelan di bahunya membuat Hina menoleh dan mendapati mami tersenyum kecil padanya. "Ada apa mam?" tanya Hina lemah.

"Udah malem, sebaiknya kamu pulang sayang," ujar mami sambil mengusap kepala Hina.

"Aku nginep lagi," ujar Hina sambil mengalihkan tatapannya dari mami.

"Besok kamu udah mau tes, jangan jadiin Jaemin alasan buat kamu ga ikut suneung Na. Jaemin bakalan sedih kalo kamu kayak gini terus," sedih mami. Berjongkok di sebelah Hina yang sejak dari beberapa hari lalu terus saja menempati kursi di sebelah brangkar pasien Jaemin. Setelah dua hari menginap di ICU hingga Jaemin di pindah ke ruang rawat, Hina tetep ga mau pisah sama cowok itu.

"Tapi aku.."

"Jangan kecewain orangtua kamu, mami, papi, Jaemin.. kita pengen ngeliat kamu bahagia sayang," bujuk mami. Prihatin sama keadaan Hina yang tampak kacau, Jaemin sudah memprihatinkan, sekarang ditambah Hina. Mami benar-benar tidak tega membiarkan putri dari temannya itu ikut larut dalam kesedihan ini.

"Aku ga bakalan bisa bahagia kalo Jaemin masih belum sadar," wajah pucat Hina seketika memerah. Menandakan gadis itu sedang menahan emosinya yang sebentar lagi bisa meledak, nangis.

"Iya sayang.. sshh.." mami jadi ikut sedih lagi ngeliat Hina nangis. Ga ada hari tanpa nangis, itu yang orang-orang tau tentang Hina saat ini. Setiap ada yang jengukin Jaemin, baik itu teman dekat, teman sekolah, keluarga atau siapapun itu, Hina pasti bakalan nangis setelah mereka pulang. "Udah cukup nangisnya. Mami ga tega liat kamu begini terus Hina, kamu juga perlu bangkit," ujarnya lagi sambil meraih Hina ke dalam pelukannya.

"Maafin aku mam.. aku ga bisa," isak Hina. Menenggelamkan wajahnya di pundak mami dan kembali menangis tersedu. Meratapi dirinya yang benar-benar merindukan Jaemin. Merindukan suaranya, tatapan jahilnya, senyumnya, pelukan hangatnya, pokoknya semuanya. Hina benar-benar sedih dan bingung selama hampir seminggu ini. Dunianya seakan hancur mendapati Jaemin belum juga sadar pasca operasi waktu itu.

"Sshh.. jangan nangis lagi. Nanti Jaemin denger sayang. Kamu ga mau Jaemin sedih kan?" bujuk mami untuk kesekian kalinya.

Hina ngangguk kecil sambil mengusap mata basahnya.

"Jaemin baik-baik aja, ga lama lagi pasti siuman" kata mami yakin. "Kamu harus tetap tegar Na. Masa depan kamu itu cerah, jangan hanya karena Jaemin koma kamu malah mengabaikan apa yang ingin kamu raih,"

Mata Hina mengerjap beberapa kali, mengalihkan tatapannya pada Jaemin lalu meraih tangan cowok itu. Menggenggamnya dengan kedua tangan dan mengecupnya lama. "Kita udah janji bakal bareng-bareng terus," lirihnya.

Mami mendesah pelan. Entah apa yang Jaemin lakukan pada Hina sampai gadis itu terlalu nurut padanya, yang jelas mami jadi sedikit kesal karena dia merasa bersalah pada orangtua Hina. Anak mereka jadi terpuruk gini, mana Hina jadi sering bolos sekolah, ga pernah mau makan dan perubahannya benar-benar drastis, Hina tampak kacau, badannya terlalu kurus dengan cekungan di pipinya ditambah area mata yang menghitam membuat mami miris. Hina terlihat seperti zombie.

"Keadaan Jaemin sekarang ini ga memungkinkan buat bisa bareng sama kamu Hina. Tolonglah sadar!" pinta mami dengan suara meninggi serta air mata yang menggenangi pelupuk matanya. "Besok suneung. Kamu harus ikut dan ga boleh bantah! Kamu ga akan ngecewain Jaemin kan?"

"Tapi mam.."

"Jaemin bakal nyalahin dirinya kalo dia tau kamu nyiksa diri kayak gini Hina. Apalagi kalo kamu sampai ngorbanin masa depan hanya karena nemenin dia,"

Hina terdiam. "Aku ikut suneung kok.." ujarnya pelan.

"Kalo gitu tunggu apa lagi? Sekarang kamu harus pulang. Kamu harus istirahat yang cukup biar besok bisa ikut ujian," suara mami yang tadi sempat meninggi kini melembut lagi.

(✔️) Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang