[114] Rencana Pernikahan

1K 113 32
                                    


☘️☘️☘️

"Mama?" Hina mengernyit melihat mama sedang duduk sendiri di ruang tengah saat ia baru saja pulang dari main sama temen-temennya.

Mama noleh lalu tersenyum, "Loh kamu pulang? Mama kira nginep di rumah Jaemin,"

"Pengennya tadi ke rumah Jaemin, tapi dia bilang lagi ada kerjaan. Jadi aku pulang aja," cengir Hina sambil menghampiri mama di ruang tengah.

"Mama ngapain sih?" tanya Hina penasaran, karena lampu rumah udah pada mati semua. Cuma lampu kecil aja yang nerangin mama di ruang tengah.

"Ini.. mama cuma pengen ngeliat album lama," ujar mama sambil menatap Hina yang menghampirinya.

"Album?" Hina mengernyit. Menaruh tasnya di atas meja lalu duduk di sebelah mama. Bersandar pada mamanya itu agar ia bisa ikut melihat album foto yang ada di pangkuan mama.

"Pulang sama siapa?" tanya mama. Khawatir juga ngeliat anaknya pulang di saat jam udah nunjukin pukul 11 malem, apalagi kalo Hina pulang sendiri.

"Sama Jaemin," sahutnya dengan helaan napas lelah.

"Trus Jaeminnya mana? Kok ga mampir?" tanya mama sambil menggosok kepalanya pada Hina.

"Hm.. katanya ada yang mau di urusin di rumah, tadi aja keliatan buru-buru banget" sahut Hina.

"Emang Jaemin lagi sibuk apa?"

"Ga tau, dia ga mau bilang,"

Mama terkekeh pelan. "Jangan-jangan kejutan buat kamu," tebaknya sambil mencubit pelan hidung Hina.

"Ga mungkin. Jaemin udah terlalu banyak ngasi kejutan buat aku," geleng Hina.

"Liat deh Na, inget ga sama foto ini?" tanya mama sambil menunjuk sebuah foto yang menanpilkan tiga orang balita sedang melompat di tempat tidur. Ketiga anak itu Hina-Renjun-Chenle yang masih gemesin banget.

"Inget dong. Mama kan sering nyanyiin lagu three little monkey," kekeh Hina. Padahal seharusnya ada lima monyet, tapi karena Winwin sama Ciao absen harus sekolah. Jadinya sisa cuma mereka bertiga.

"Iya, ga taunya monyet-monyet lucunya mama udah pada gede," ujar mama dengan senyum haru.

Hina melirik mama setelah mendengar suaranya bergetar. "Mama nangis?" tanya Hina kaget.

"Nggak," geleng mama pelan sambil menyeka matanya.

"Ma.." Hina merenggut sedih. Memeluk mama dari samping lalu menjatuhkan kepalanya di leher mamanya itu.

"Bentar lagi kamu bakalan jadi istrinya Jaemin," ujar mama pelan. "Mama bakalan kehilangan anak perempuan mama satu-satunya,"

"Ma, aku masih anak mama," ujar Hina ikutan sedih.

"Iya. Kamu masih anaknya mama," bisik mama sambil merangkulkan lengannya di pundak Hina. Merengkuh anaknya itu erat lalu mengecup pelipisnya.

"Sampai kapanpun aku adalah anaknya mama," ujar Hina dengan isakan. Entah kenapa matanya jadi perih melihat mamanya sedih.

(✔️) Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang