Matahari mulai meredup, menyembunyikan sinarnya. Hari ini tidak terlalu panas, tapi sungguh menyebalkan bagi Arka. Jika mendapati pulang sore karena latihan basket, ia suka-suka saja. Tapi ini? ia justru menyapu halaman sekolahnya yang sumpah demi apapun terasa luas sekali.
Arka berdecak, lalu menatap dongkol Arya dan Nino yang nampak antusias melakukan kegiatan ini. Jika Arka tidak mengiyakan ajakan bolos mereka kemarin. Mungkin ia tidak akan pernah berakhir di sini.
"Lo udah pada tau belom kalau Pak Marko sama Bu Emy pacaran?" celetuk Arya tiba-tiba.
Nino mengerutkan dahi. "Terus?"
"Ya gapapa---sih."
Nino berdehem kecut.
"Kalau Pak Adi lo tau nggak katanya dia diem-diem suka nonton drakor loh. Gilak apa! Kumis udah tebel kaya rumput juga. Apalagi katanya dia suka pas adegan itu, adegan muuuahh," ucap Arya sembari memonyongkan bibirnya.
"Ngendus?" tanya Nino asal yang langsung mendapat toyoran dari Arya.
"Cium, goblok!"
"Oooooo," respon Nino membulatkan bibirnya. "Lo---pernah gituan gak?"
Arya cengo, pertanyaan macam apa itu?
"Lo tanya tuh sama yang punya pacar," jawab Arya, matanya melirik Arka yang tengah menyenderkan tubuhnya di tiang bendera.
"Ar, gimana rasa---"
"Gue cabut," potong Arka, langsung meninggalkan tempat itu. Ia benar-benar tidak betah bila harus mendengar ocehan yang sumpah demi apapun tidak berguna di telinganya.
"Kebiasaan banget sih, untung lo sering traktir kita!" gerutu Nino keras, Arya ngakak seketika.
Setelah keluar dari parkiran sekolah, Arka tidak langsung pulang ke rumah. Biasanya ia akan menjemput Nara---pacarnya. Namun, karena hari ini Arka pulang sore, maka ia meminta Nara untuk pulang terlebih dahulu. Arka memutuskan untuk pergi ke rumah Nara karena cewek itu tidak kunjung membalas pesannya. Ia hanya ingin memastikan cewek itu pulang dengan selamat.
Arka mengendarai ninja hitamnya dengan kecepatan sedang. Hingga beberapa meter sebelum sampai di rumah Nara, ia menghentikan motornya di sebuah minimarket ketika tenggorokannya terasa kering. Kemudian ia mengantri di belakang kasir setelah berhasil mendapatkan barang belanjaannya. Di depannya berdiri seorang cewek berambut hitam legam yang terlihat kebingungan mencari dompet.
Karena tidak ingin berlama-lama, Arka pun berinisiatif membayar dua botol minuman cewek itu. Setelah keluar dari minimarket, cewek itu berlari kencang mengejarnya. Arka pikir ia akan mendapat ucapan terima kasih atau semacamnya. Namun, yang ia dapat justru tatapan protes dari cewek itu.
"Gue bukan cewek yang suka punya utang ya. Jadi, lo tunggu sini. Gue mau ganti uang lo," ucap cewek itu, lalu berjalan mundur sambil memperingatkan Arka, "Awas lo, jangan kemana-mana!"
KAMU SEDANG MEMBACA
TWISTY ✓
Teen FictionMemilih atau dipilih? Dengan cepat Derin mengarahkan jari telunjuknya pada opsi pertama. Dalam hidup ini dialah yang harus menentukan. Tidak perlu saran, tidak peduli komentar. Karena prinsip Derin; garis hidupnya terletak pada garis telapak tangan...