BAB 13 (Derin)

931 110 5
                                    

Senin, hari dimana semua orang terpaksa kembali pada rutinitas setelah akhir pekan. Sebagian orang ada yang senang, sebagian lagi ada yang mengutuk hari Senin, sebab merasa akhir pekan begitu singkat. Derin salah satunya yang mengutuk hari ini.

Cewek itu bangun kesiangan sehingga ia terpaksa buru-buru jika tidak ingin terlambat. Mau sarapan selembar roti pun tak sempat. Jika bukan karena insomnia yang ia alami—semenjak kematian ibunya—mungkin ia tidak perlu menancap gas secepat ini.

Derin mengurangi kecepatan motornya ketika sepasang matanya tidak sengaja menangkap sosok cowok di pinggir jalan yang baru saja menendang ban motornya. Kemudian ia menghentikan motornya untuk memastikan bahwa penglihatannya tidak salah.

"Arka?"

Cowok itu menoleh ke sumber suara. "Ngapain lo di sini?"

Derin turun dari motornya. Menghampiri Arka yang terlihat kesal setengah mati. Menghiraukan pertanyaan Arka sebelumnya. "Motor lo kenapa?"

"Mogok," jawab Arka acuh. Kemudian ia menekan beberapa nomor di ponselnya.

Diam-diam Derin mencuri dengar percakapan Arka di telepon. Cowok itu meminta seseorang untuk membawa motornya ke bengkel. Ia juga mengatakan akan naik taksi setelah ini daripada harus terlambat. Kemudian sambungan terputus.

"Lo nggak mau bareng gue aja?" tawar Derin seraya memasang senyum paling ramah.

Arka membisu sejenak. Jika ia menuruti gengsinya, sudah pasti ia akan terlambat.

"Itu sih kalo lo mau, kalo nggak—"

"Ya udah ayo," sela Arka sambil mengenakan helm-nya. Lalu menaiki motor Derin di saat pemiliknya masih tercengang dengan balasannya.

Untuk pertama kalinya Arka menerima ajakan Derin. Biasanya cowok itu akan menolak sekeras apapun ia membujuk. Apa ini yang dinamakan the power of kepepet?

Hingga semenit berlalu Arka bingung mengapa Derin tidak kunjung naik ke motor. Kemudian ia menoleh ke belakang. Mendapati cewek itu yang masih melamun.

"Woi, Biang Sial! Gue nggak mau ya telat gara-gara lo!" teriak Arka menyadarkan Derin dari lamunannya.

Buru-buru Derin menaiki motor sebelum cowok itu marah. Membiarkan jantungnya berdegup dengan tidak beraturan—entah karena berlari kecil tadi atau karena sosok di depannya ini.

 Membiarkan jantungnya berdegup dengan tidak beraturan—entah karena berlari kecil tadi atau karena sosok di depannya ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ar, muka lo kusut amat deh hari ini?" celetuk Arya seraya memasukkan buku pelajaran terakhir ke dalam tasnya. Memang bel pulang baru saja berbunyi.

"Biasa aja tuh," balas Arka datar seperti biasa.

Arya menatap Derin seolah meminta penjelasan karena mereka berangkat bersama tadi. Derin pun hanya mengangkat bahu tanda tidak tahu juga. Bukan berarti ia tidak menyadari bahwa Arka memang lebih diam dari biasanya. Seolah disentuh ujung kukunya pun akan seperti memancing singa yang sedang tidur.

TWISTY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang