Perasaan Derin entah mengapa tidak enak. Sejak pertandingan selesai sampai ia naik mobilnya Arya pun rasanya seperti ada yang mengganjal. Tetapi ia tidak tahu apa. Ia pun mencoba mengenyahkan segala pikiran buruk yang mungkin terjadi.
Mobil Arya mulai melaju membelah jalanan. Di belakang, Arka dan Nara berbincang dengan serunya. Derin yang melihat lewat spion di dalam mobil tanpa sadar mendengus. Untuk pertama kalinya ia melihat perlakuan Arka ke Nara yang berbanding terbalik dengannya.
"Kaki kamu beneran nggak apa-apa kan?" tanya Nara entah untuk keberapa kalinya. Hingga Derin yang mendengar pun ingin menyumpal mulut Nara agar diam.
Arka mengusap puncak kepala Nara gemas. Berkali-kali ia meyakinkan Nara bahwa cederanya tidak separah yang dibayangkan cewek itu. "Nggak apa-apa, Ra. Kan tadi juga udah dikasih pertolongan pertama sama saudara kamu,"
Mendengar itu membuat Derin berdecak. "Ck. Gitu ya, sama pacar ngomongnya halus banget. Giliran sama gue, dibentak-bentak mulu," sindir Derin sarkas. Di sampingnya, Arya terkekeh mendengar sindiran Derin yang ditujukan ke Arka.
"Ar, jangan galak-galak sama Derin. Nggak direstui sama dia, baru tau rasa lo," imbuh Arya ikut memojokkan Arka. "Iya nggak, Der?"
Derin dengan setengah hati mengiyakan ucapan Arya. Meskipun dalam benaknya ia sendiri menolak Arka menjadi iparnya. Toh, selama ini ia memang tidak menganggap Nara sebagai saudaranya.
"Iya deh iya," kata Arka mengalah. "Gue nggak bakal galak lagi sama lo,"
"Nah gitu dong," Derin dan Arya tersenyum penuh kemenangan diakhiri dengan bertos ria. "Akhirnya Arka jinak juga," gurau Derin.
"Lo pikir gue hewan apa?!"
"Eits, katanya nggak galak lagi," ucap Arya mengingatkan. Membuat Derin terkekeh kemudian.
Arka mendengus kesal. Sementara Nara ikut menertawakannya. "Lucu?" tanyanya kepada Nara.
Nara mengangguk. Lalu mencubit kedua pipi Arka gemas tanpa peduli cowok itu sudah mengaduh kesakitan. "Kalo dia masih galak sama lo, bilang sama gue aja, Der," timpal Nara tanpa diminta.
"Apaan sih, Ra?" protes Arka tidak terima.
Derin mendadak termenung. Ada yang salah dengan perasaannya. Ada ketidaksukaan dalam dirinya ketika Arka jelas-jelas memperlakukan Nara berbeda dengan lainnya. Tunggu, ia tidak sedang cemburu kan?
Buru-buru Derin mengenyahkan pikiran itu. Kini ia mulai bosan setengah mati. Ia tidak bisa mengusili Arka seperti biasanya. Arya pun juga sepertinya tidak bisa diajak bercanda karena fokus menyetir. Cowok itu tiba-tiba juga tidak banyak bicara seperti biasanya. Ia pun berniat menyalakan musik tetapi tangannya justru tidak sengaja bertubrukan dengan tangan Arya yang juga hendak melakukan hal yang sama. Derin menarik tangannya kembali sementara Arya menyalakan musik. Arya hanya tersenyum geli karena ketidaksengajaan tadi. Sebelum seruan Derin membuat Arya tersentak.
"ARYA!! AWAS!!"
Sebuah truk dari arah berlawanan baru saja menyalip mobil di depannya. Membuat Arya panik seketika karena posisi mobilnya sudah dekat dengan truk itu. "Sial, rem gue blong!"
"Kok bisa sih? Tadi kan nggak kenapa-kenapa, Ya?" Derin ikut panik. Semakin membuat Arya kalut. Bayangan truk yang menabrak ibunya seketika terlintas di ingatan Derin. Yang Derin lakukan hanyalah memejamkan mata sambil mencengkeram seat belt erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWISTY ✓
Teen FictionMemilih atau dipilih? Dengan cepat Derin mengarahkan jari telunjuknya pada opsi pertama. Dalam hidup ini dialah yang harus menentukan. Tidak perlu saran, tidak peduli komentar. Karena prinsip Derin; garis hidupnya terletak pada garis telapak tangan...