BAB 51 (Derin)

581 52 13
                                    

Hari ini Arya, Nino dan Arka sepakat akan mengerjakan laporan praktikum Kimia minggu lalu di rumah Derin. Keadaan di antara mereka jauh lebih baik setelah semua yang terjadi. Arka akhirnya mau berdamai baik dengan Arya, Nino dan Derin. Meskipun sikap cowok itu bisa dikatakan lebih membatasi diri dari sebelumnya. Mereka bertiga paham betul, Arka sedang menata hatinya setelah dihujam ribuan duri yang melukainya. Melihat cowok itu masih mau berteman dengan mereka saja sudah lebih dari cukup.

"Der, pokoknya lo harus beli camilan yang banyak. Gue nggak mau tau," Suara Nino di seberang membuat Derin langsung mendengus.

"Iya, iya, bawel amat sih. Gue matiin nih," ancam Derin bersiap mematikan sambungan telepon secara sepihak. "Lo telepon gue cuma mau bilang itu?"

Bukannya menjawab, Nino justru terbahak.

"Sakit jiwa lo?"

"Waras lah,"

"Lo pasti lagi gabut. Ya udah gue matiin aja kalo nggak penting,"

"Arka nggak ikut ke rumah lo," Derin mengurungkan niatnya untuk memutus sambungan dan memilih mendengar ucapan Nino selanjutnya. "Bagian dia udah selesai,"

Derin menghentikan langkahnya di parkiran mini market begitu mengenali salah satu motor yang terparkir di sana. Kemudian ia mendengus seakan kalimat yang diucapkan Nino tidak sinkron dengan apa yang ia lihat kini.

"Der, lo masih di sana?"

"Ya udah sih kalo dia nggak ikut," balas Derin akhirnya. "Tapi awas aja kalo lo sama Arya nggak dateng. Besok gue timpuk lo berdua," ancamnya.

"Iye, Bos. Jangan ngegas dong,"

"Jam tiga, jangan telat," ujar Derin memperingatkan. Ini sudah jam dua siang, awas saja jika satu jam kemudian mereka belum datang.

"Siap,"

Sambungan pun terputus. Derin memasukkan ponselnya ke dalam saku jaket seraya masuk ke dalam mini market. Mengambil keranjang lalu memasukkan beberapa camilan untuk amunisi mereka nanti. Setelah dirasa cukup ia melangkah menuju lemari pendingin. Di mana ia menemukan objek yang dibicarakan Nino di telepon beberapa menit yang lalu sedang mengambil minuman berkafein.

"Kalo nggak biasa ngopi, nggak usah sok beli kopi," ujar Derin sedikit menyindir. Lalu membuka lemari pendingin berisi minuman berkarbonasi lalu mengambil beberapa.

Sosok di samping Derin mematung untuk sejenak, tampak terkejut. Lalu menutup lemari pendingin itu dengan perlahan. Tidak lama setelah itu Derin membukanya kembali untuk mengambil minuman berkafein.

"Kata Nino, bagian lo udah selesai, jadi nggak perlu dateng. Trus ngapain lo di sekitar sini?" tanya Derin dengan tatapan menyelidik. Benar, yang ia temui saat ini adalah Arka Fredian Ratmaja yang katanya tidak akan datang ke rumahnya nanti.

"Kalo lo mau ketemu Nara, dia lagi keluar, nggak tau ke mana," ujar Derin tanpa memberi Arka kesempatan untuk menjawab. Kini ia melangkah menuju kasir.

Sementara Arka hanya diam dan membuntuti Derin dari belakang. Derin pun berusaha untuk tidak menggubris Arka.

Sejak hari di mana Derin melihat Arka bersama Nara, ia sudah memutuskan untuk menjaga jarak dengan cowok itu. Sebisa mungkin ia menghindari interaksi tidak penting dengan Arka. Derin pun tidak tahu mengapa ia harus melakukan ini. Kemungkinan besar yang sedang ia jaga ialah hatinya sendiri alih-alih jarak yang semakin nyata antara ia dan Arka.

Arka sendiri juga sepertinya tidak berniat untuk membahas pernyataan Derin waktu itu. Mungkin perasaan Derin hanya angin lalu bagi Arka atau bisa dikatakan sama sekali tidak ada artinya. Itu adalah hal yang tidak ingin ia ketahui kebenarannya.

TWISTY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang