BAB 48 (Arka)

532 48 10
                                    

Arka bangkit dari duduknya, diikuti Arya yang berada di sampingnya. Arka menghela napas sesaat. Ada kelegaan menatap Nino keluar dari balik jeruji sel. Bibir Nino tertarik ke atas, menyabut senyum hangat dari kedua sahabatnya.

"Gue kangen lo berdua!" seru Nino semangat, seraya memeluk Arka dan Arya bersamaan.

Arka tersenyum tipis membalasnya. Hingga
pelukan itu semakin mengerat. Seperti tidak ingin lagi terlepas.

"Woi, lepa-shin, gue nggak bi-sha nap-phas!" Arya berseru disela hembusan napasnya yang terasa tercekik. Cowok itu menepuk bahu Nino berkali-kali.

Nino pun dengan spontan melepas pelukannya. "Level alay lo tambah tinggi ya, Ri?"

"Babi lu!" dengus Arya.

"Nah, gitu dong ngegas," Nino terkikik sendiri. "Oh, ya, Derin mana?" tanya Nino, setelah menyadari jika mereka kurang satu personil.

Arka beserta Arya langsung terdiam. Keduanya saling memutar bola mata canggung. Arya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, kemudian berdecak kecil.

"Mending kita keluar dulu aja, yuk," Arya meringis kecil. Lantas mendorong tubuh Nino, menuntunnya menuju pintu keluar kantor polisi.

Dahi Nino berkerut bingung. Namun, tak ayal mengikuti langkah Arya yang menuntunnya. Hingga ketika berhasil keluar dari pintu masuk, tubuh ketiganya berhasil dibuat mematung untuk sepersekian detik.

Tak terasa sosok yang di pandang sudah sampai di depan mereka. Sepertinya cewek itu juga sama terkejutnya dengan mereka. "K-kalian?"

"Lo--- lo ngapain ke sini, Met?" tanya Arya, masih mencoba mengatur kadar kesadarannya.

"Eumm, gue..." Meta menggaruk tengkuknya, matanya menatap canggung Nino.

"Lo mau ketemu Nino?" potong Arka penuh selidik.

Meta mengigit bibir bawahnya. Kemudian mengangguk samar. Sangat samar, hampir tidak terlihat jika cewek itu mengiyakan pertanyaan Arka.

"Huekh-hem," Arya seperti tersedak, namun jelas itu dibuat-buat. Bahkan kini Arka ikut terbatuk kecil melirik Nino penuh tanya.

"Ini emmm," Nino bergumam canggung. Ia meneguk ludahnya susah payah. Matanya melirik Arka dan Arya yang tengah menatap tajam ke arahnya saat ini.

Merasa semakin terintimidasi, Nino menarik lengan Meta. Mengajaknya menjauh dari tempat mereka berdiri tadi. Bisa gila jika ia terus mendengar pertanyaan mereka. Rasanya seperti kembali masuk dalam ruang interogasi.

Sesampainya di depan mobil, Meta dengan sekuat tenaga mencoba melepaskan cengkraman Nino. "Sakit!"

"Eh, eh, serius sakit?" tanya Nino Khawatir. Ia memegang pergelangan tangan Meta, memijitnya pelan.

Baru beberapa detik, Meta menarik tangannya kasar. "Lo modus, ya?!"

Nino nyengir, sementara Meta bersiap melayangkan pukulnya ke arah cowok itu.

"Eit, eit..." Nino menahan pergelangan tangan Meta. "Berani nyentuh gue, gue laporin lo ke komnas perlindungan bayi."

Meta tak peduli. Ia tetap melanjutkan aksinya mencubit lengan Nino. "Laporin, dan kita nggak usah ketemu lagi."

Nino mengehela napas jengah. Matanya menatap langit yang tertutupi dedaunan. Serius deh, kenapa mengancamnya harus seperti itu Kan, Nino jadi kalah!

Nino memutar leher, kemudian meringis kecil menatap cewek itu. "Jadi, kenapa Milea datang ke sini?" tanya Nino, menyebut nama belakang cewek itu, Metaris Galena Mileanti.

TWISTY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang