BAB 23 (Derin)

773 88 3
                                    

Nara meraih lengan Derin ketika cewek itu sudah menginjakkan kaki di anak tangga pertama. Dengan helaan napas panjang, Derin berbalik menatap Nara malas. "Apa? Gue males debat sama lo," ujar Derin ketus.

Nara melepas genggamannya di lengan Derin. Lalu bersidekap, balas menatap Derin penuh selidik. "Lo ya yang bilang ke Arka kalau gue pulang sama cowok lain?"

Derin berdecak. Rupanya Arka mengadu kepada pacarnya. "Atas dasar apa ya lo nuduh gue?" balas Derin dengan menatap Nara sengit. Enggan untuk mengakui bahwa memang dirinya yang memberi tahu cowok itu.

"Karena cuma lo yang tahu, Der,"

"Arka percaya?" Derin tetap bertanya meskipun ia sudah tahu jawabannya.

Nara pun bergeming.

Derin tersenyum miring untuk seperkian detik. Lalu menyilangkan kedua tangannya di dada. "Reaksi lo itu udah mirip sama orang yang ketangkap basah lagi selingkuh, tau nggak?" ujar Derin membuat Nara membeliak seketika.

Melihat reaksi Nara, Derin semakin ingin mengintimidasi cewek itu. Jelas sudah bahwa ada sesuatu yang Nara coba sembunyikan. Biarkan ia membantu untuk mengulik apa yang tersembunyi di balik wajah innocent itu.

"Apa jangan-jangan yang gue bilang ini bener?" Derin menutup mulutnya dengan kedua tangan, seolah terkejut. Kemudian menggeleng-gelengkan kepala. "Ups! Kasian gue sama Arka,"

Wajah Nara terlihat merah padam. Ada amarah yang ia tahan. Matanya menatap Derin setajam pedang yang mungkin bisa menusuk Derin kapan pun. "Kalau ngomong, jangan sembarangan!" tegasnya.

"Kalau nuduh juga jangan sembarangan!" balas Derin sarkas. Ia langsung beranjak begitu saja dari hadapan Nara. Tidak ingin berhadapan dengan cewek itu lebih lama lagi.

Derin melangkah ke luar kantin dengan sebotol air mineral dan sebuah roti di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Derin melangkah ke luar kantin dengan sebotol air mineral dan sebuah roti di tangannya. Langkah panjangnya menyusuri koridor yang mulai sepi, menyisakan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler. Bel pulang memang telah berbunyi sejak setengah jam yang lalu. Tetapi Derin masih belum beranjak pulang.

Ada satu hal yang ingin ia lakukan.

Kini cewek itu duduk di bangku kayu yang berada di pinggir lapangan basket. Matanya dengan setia mengikuti pergerakan seseorang yang cukup lincah menggiring bola di tangannya menuju ring basket. Di bawah sinar matahari yang sudah tidak terlalu terik, cowok itu seakan memancarkan cahayanya sendiri. Seperti sudah suatu kebiasaan, Derin selalu menyempatkan diri untuk menonton Arka latihan basket. Sekalipun Arka tidak peduli akan hal itu.

Sejenak Derin menatap air mineral dan roti di pangkuannya. Ia berniat memberikan itu kepada Arka sebagai tanda permintaan maaf  yang entah sudah keberapa kalinya. Ia meyakinkan dirinya bahwa ini adalah yang terakhir. Ia sudah menyerah. Arka tidak akan bisa memberikan kepercayaan kepadanya. Cowok itu sedikit pun tidak akan memberi ia kesempatan selayaknya ia memberi kesempatan untuk Nara.

TWISTY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang