BAB 05 (Derin)

1.4K 185 42
                                    

"Silahkan duduk di bangku yang kosong, Derin," ucap Bu Reni mempersilahkan murid barunya untuk duduk seusai perkenalan singkatnya.

Ada beberapa bangku yang kosong di kelas ini. Mata Derin langsung tertuju pada bangku barisan ketiga dekat jendela. Dimana Arka sedang menyembunyikan wajahnya di antara lipatan tangannya.

"Saya boleh duduk di samping Arka, Bu?" celetuk Derin membuat Arka seketika mengangkat wajahnya. Cowok itu menelan ludahnya susah payah ketika Bu Reni mengiyakan pertanyaan Derin.

Derin menghampiri bangku Arka dengan senyum sumringah. Ia sebenarnya tidak terlalu berharap bisa satu kelas dengan Arka. Cukup satu sekolahan saja sudah membuatnya senang. Apalagi jika satu kelas? Satu bangku pula.

Sementara Arka tidak bisa tersenyum di tempatnya. Di saat perhatian teman-temanya sepenuhnya teralihkan kepada mereka. Dengan bertanya-tanya mengapa Derin bisa mengenal Arka yang notabenenya sulit untuk didekati.

Berbeda dengan Arya dan Nino yang menyambut Derin hangat, Arka justru melemparkan tatapan dingin pada cewek itu. Arka hanya menghembuskan napas ketika Derin akhirnya duduk di sampingnya.

"Kita belom kenalan dengan layak nih tadi," ucap Arya sedikit berbisik karena pelajaran sudah dimulai. "Gue Arya, dan ini Nino, temen gue paling lemot,"

"Sembarang ngatain gue lemot," protes Nino seraya menoyor Arya yang kini menahan tawanya.

Derin menjabat tangan mereka bergantian. Merasa lega karena mendapat sambutan hangat dari mereka.

"Oh iya, kalo lo bosen duduk sama patung, ngomong sama kita aja," pesan Arya sambil terkekeh melihat Arka yang kini menatapnya seolah-olah akan menelannya saat ini juga.

"Nggak usah khawatir. Biar gue bantu dia supaya berubah jadi manusia," balas Derin, ikut meledek Arka yang kini hanya bisa menghembuskan napas kasar.

"Balik depan sana lo berdua!" perintah Arka geram. Ia sedang dalam mode tidak ingin diganggu, bahkan oleh kedua temannya.

"Siap, komandan!" jawab mereka serempak.

Arya dan Nino langsung menghadap depan sesuai perintah Arka. Memberi kesempatan untuk Arka menyambut Derin dengan caranya.

"Lo beneran stalker, ya?" tanya Arka sepelan mungkin. Menahan dirinya agar tidak melewati batas karena tidak ingin mengganggu yang lainnya. Bisa-bisa penghapus di tangan Bu Reni melayang ke arahnya jika ia bersuara terlalu keras.

Derin menghela napas menerima tuduhan itu untuk kesekian kalinya. "Sensi amat sih lo ketemu gue?" balas Derin ikut memelankan suaranya.

"Ya terus kenapa lo bisa di sini? Kalau bukan ngikutin gue?"

"Jodoh kali," jawab Derin santai. Berusaha berpaling dari tatapan Arka yang terasa begitu mengintimidasi.

"Nyesel gue nanya," gerutu Arka yang akhirnya memutuskan untuk memerhatikan Bu Reni yang sedang menjelaskan materi. Daripada harus adu mulut dengan Derin yang tidak kunjung usai.

"Jangan galak-galak, nanti suka sama gue baru tau rasa lo," goda Derin untuk kesekian kalinya.

"Dalam mimpi lo," balas Arka sarkas.

Sabar. Menghadapi makhluk macam Arka memang memerlukan kesabaran ekstra.

 Menghadapi makhluk macam Arka memang memerlukan kesabaran ekstra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TWISTY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang