"Lo kemarin malem ke mana, Ar?" tanya Arya menepuk bahu Arka pelan. Arka diam tak menjawab. Matanya menatap lurus, kosong, entah apa yang tengah ditatapnya saat ini.
"Padahal kita dateng niatnya mau mabar. Eh, lo malah nggak ada," timpal Nino sambil mengaduk kuah mienya dengan saus dan kecap. Memang rutinitas sebelum masuk kelas bagi Arya dan Nino adalah mengisi perut, sedangkan Arka, ia terpaksa mengikuti mereka.
"Gue," Arka membuka suara.
"Ketemu cewek aneh," lanjutnya membuat kedua sahabatnya melongo bingung. Pasalnya sejak dulu Arka jarang membicarakan masalah cewek di depan mereka. Apalagi setelah berpacaran dengan Nara. Diantara mereka bertiga, hanya Arka yang cenderung tertutup.
"Sekarang si Nara jadi cewek aneh?" celetuk Nino asal, membuatnya mendapatkan satu toyoran kecil dari Arya.
"Maksud lo?" tanya Arya kemudian. Menuntut penjelasan dari Arka.
"Cewek aneh, ya cewek aneh," jawab Arka malas.
"La iya, anehnya gimana, Bambang?"
"Sok kenal, sok akrab."
"Cantik nggak?" tanya Nino tiba-tiba.
"Namanya siapa?" timpal Arya, membuat Nino menekuk muka karena tahu pertanyaannya pasti tidak akan terjawab.
Kemudian, mata Arka menyipit, mulai menerawang, nampak mengingat sesuatu, entah apa yang membuat otaknya jadi memikirkan nama cewek itu.
"De, De---" Arka masih berusaha mengingatnya.
"Derin."
"Nah, itu," ucap Arka spontan, membuat Arya dan Nino menatap bingung.
"De, De siapa, njir?" tanya Arya, membuat Arka terdiam seketika.
Tadi suara siapa, hah? Batin Arka bingung. Matanya memutar mengitari seluruh penjuru kantin ini. Lalu maniknya beku menatap seorang cewek yang kini tengah berdiri di depan bilik Bi Inah yang berjualan di kantin.
"Inget-inget ya, Bi, D-E-R-I-N," ulang cewek itu, yang langung direspon anggukan kecil oleh Bi Inah.
"Okay, Bi. Saya pergi dulu. Jangan lupa siomay pedes saya waktu istirahat nanti, ya?" ucap cewek itu seraya berbalik meninggalkan bilik Bi Inah. Namun, sepertinya kesialan akan menimpa Arka sekarang. Tiga detik berikutnya tatapannya bertemu tepat dengan cewek itu.
Sial.
Umpat Arka begitu melihat cewek itu tersenyum lebar, sembari melangkah pelan menghampirinya. Arka berdecak kesal, dalam hitungan detik ia mengambil langkah seribu meninggalkan kantin. Sungguh ia tidak ingin berurusan lagi dengan cewek itu.
Mendapati Arka yang pergi begitu saja Nino menatap Arya penuh tanya. Sedangkan Arya menjawab dengan gerakan bahu, pertanda tidak tau. Hingga mereka dikejutkan oleh kedatangan seorang cewek bermata coklat dengan raut percaya dirinya, berdiri, sembari tersenyum ramah di depan mereka.
"Nino? Arya?" gumam cewek itu membaca nametag Nino dan Arya secara bergantian.
"Yang tadi itu Arka 'kan?" tanyanya lagi membuat Arya dan Nino semakin bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWISTY ✓
Teen FictionMemilih atau dipilih? Dengan cepat Derin mengarahkan jari telunjuknya pada opsi pertama. Dalam hidup ini dialah yang harus menentukan. Tidak perlu saran, tidak peduli komentar. Karena prinsip Derin; garis hidupnya terletak pada garis telapak tangan...