BAB 10 (Arka)

1K 119 5
                                    

Hari ini kesialan kembali menimpa Arka. Biasanya kesialannya datang dari Arya atau Nino. Namun, sejak kehadiran Derin entah mengapa hidupnya terasa jauh lebih sial dari biasanya.

Seperti sekarang, ia dan ketiga makhluk tak kasat mata di sampingnya ini tengah dihukum berdiri di depan tiang bendera selama dua jam. Hanya karena Derin tidak membawa buku tugasnya, ia harus berakhir na'as seperti ini.

"Panas banget, anjir!" seru Derin, sesekali mengelap keringat yang mulai mengucur deras di pelipisnya.

Nino mengangguk lesu, "Kayaknya matahari lagi pms deh, makanya panas banget."

Arya terdiam sesaat, lalu sedetik kemudian tawanya meledak. Wajah dungu Nino benar-benar minta ditonjok saat ini, "Goblok, banget si!" gerutunya heran.

Derin pun ikut tertawa kecil, hingga tawanya terhenti begitu menatap sosok di sampingnya yang terus diam menatap datar seperti patung.

"Ar, diem mulu sih, marah sama gue, ya?" tanya Derin, melirik Arka yang tengah fokus menatap tiang bendera di depannya.

Arka tak menjawab. Matanya menatap lurus, tanpa ada niat sedikit pun untuk menatap cewek itu. Tentunya Arka masih kesal dengan Derin, jika bukan karenanya mungkin ia tidak akan berakhir di lapangan ini lagi.

"Yaelah, Der, kaya nggak tau Arka aja. Hormon-nya lagi naik tuh paling," celetuk Arya, membuat Derin manggut-manggut paham.

"Lo baru sekali dihukum lapangan kayak gini, Der?" tanya Nino memecah keheningan sesaat.

"Emm, nggak sih. Dulu gue juga sering dihukum di sekolah lama. Mana pernah tuh gue dihukum tidur telentang di bawah sinar matahari!"

"Wahgelaseh, lo dijemur kek ikan teri gitu?" tanya Arya melongo heran.

"Iya, lo bayangin aja tuh, rasanya kayak digoreng di atas lapangan," jawab Derin menggebu. Ia masih ingat dengan jelas hukuman yang sering guru BK-nya berikan saat itu.

"Wah, enakan cowok-cowoknya dong," gumam Nino tiba-tiba.

Arya menatap was-was, "Maksud lo?"

"Dapet pemandangan paha gratis," jawab Nino lesu, yang langsung mendapat toyoran kecil di kepalanya.

"Pikiran lo, bangke!"

Nino mengusap tengkunya kasar, lalu mengarahkan tatapan kesalnya ke arah Arya, "Masih untung gue punya pikiran," gerutunya memanyunkan bibir.

Gelak tawa kembali menggema di telinga Arka. Ia melirik malas sekilas, lalu memutuskan untuk tetap bersahabat dengan diamnya. Tidak ada niat sedikitpun untuk ikut menimbrung ke dalam percakapan mereka.

Hingga teriakan Nino berhasil mengalihkan fokusnya dalam sekejap.

"Der, lo mimisan?!" teriak Nino panik.

"Hah?" Derin masih belum sadar. Hingga darah yang meluncur pelan dari hidungnya, membuatnya melotot panik seketika.

Arka menatap Derin yang nampak gelagapan, cewek itu melepas kasar dasinya, lalu dengan cepat ia jadikan penyumbat hidungnya yang terus mengucurkan darah segar saat ini. Arka terdiam sepersekian detik, hingga tamparan keras di bahunya membuatnya tersentak kaget.

"Woy, Ar, cepet cari tissu!" seru Arya, namun Arka masih mematung di tempat. Entah apa yang membuatnya menjadi kikuk seperti ini.

Melihat Arka yang tidak kunjung bereaksi, Nino menatapnya kesal, "Elah, kelamaan, njir!" gerutu Nino, seraya bergegas mencari tissu yang ada di kelas.

Kejadian selanjutnya begitu cepat. Hingga tanpa Arka sadari ia telah berdiri di tempatnya seorang diri. Begitu kesadarannya pulih, Arka mengerjap sesaat. Matanya menatap nanar punggung Arya, Nino dan juga Derin yang semakin menjauh dari lapangan ini.

TWISTY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang