EPILOG

882 71 16
                                    

Semua telah kembali ke tempat semula, di mana seharusnya mereka berada.

Arka memilih untuk berdamai dengan dirinya sendiri juga orang-orang yang tanpa sengaja pernah melukainya. Tidak ada yang pernah mau berbuat kesalahan, seperti apa yang dikatakan Arya kepadanya. Hal itu membuat pikirannya semakin terbuka. Mencoba melihat dari sudut pandang lain agar tidak menilai apa pun itu dari satu sisi. Setidaknya itu adalah cara ia untuk menyembuhkan diri setelah dihujam ribuan duri tajam.

Dengan begitu Arka bisa mengakhiri tahun keduanya di masa putih abu-abu dengan damai. Tanpa ada lagi keributan. Kecuali, keributan kecil yang sering dibuat Arya, Nino, dan Derin yang selalu berujung tawa. Dibanding rasa benci yang sempat menguasainya dulu, kini ia dipenuhi oleh rasa syukur tiada tara karena kehadiran mereka.

Tepat jam setengah sebelas siang, kini mereka sudah berkumpul di pintu masuk Dufan. Ujian akhir semester baru berakhir kemarin, membuat mereka akhirnya sepakat untuk menghabiskan akhir pekan bersama. Melepas penat setelah otaknya lelah diajak untuk berpikir keras. Membuang sejenak kekhawatiran tentang berapa hasil yang mereka dapatkan. Intinya, mereka hanya akan bersenang-senang hari ini.

Pengunjung di akhir pekan tidak bisa diragukan lagi banyaknya. Tempat ini sudah dipenuhi oleh lautan manusia. Sejujurnya Arka sendiri tidak terlalu suka berada di keramaian seperti ini, tetapi ajakan mereka lebih sulit untuk ditolak. Di antara mereka, Derin lah yang paling antusias. Tentu saja, karena ini adalah ide cewek itu.

"Mau naik apa dulu nih?" tanya Derin dengan semangat empat lima seraya mengedarkan pandangan ke semua wahana yang memacu adrenalin.

"Emm," Nino tampak berpikir. "Kora-kora?"

"Boleh, ayo ke sana," ajak Derin cepat..

Arka sedikit kaget ketika tiba-tiba Derin menarik lengannya beserta lengan Arya di sebelah kanannya. Sepertinya Derin pun tidak sadar akan itu. Tetapi Arka tidak mempermasalahkan itu. Dengan mudah ia menyejajarkan langkahnya dengan Derin.

Arka pikir ia tidak bisa berjalan beriringan seperti ini lagi dengan Derin. Nyatanya, ia masih memiliki kesempatan untuk itu.

"Wah, gila, teriakan lo tadi paling kenceng," seru Nino langsung terbahak mengingat bagaimana teriakan Arya paling keras di antara mereka ketika naik Kora-kora

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wah, gila, teriakan lo tadi paling kenceng," seru Nino langsung terbahak mengingat bagaimana teriakan Arya paling keras di antara mereka ketika naik Kora-kora.

"Nggak. Bukan gue," sangkal Arya.

Arka menahan tawanya melihat dua makhluk itu yang tidak bisa benar-benar damai. Selalu saja ada alasan untuk mengolok satu sama lain. Tetapi itu bukanlah sesuatu yang bisa menimbulkan benci. Itu hanya bentuk dari candaan biasa di antara sahabat.

"Derin tuh yang paling anteng," ujar Arya spontan menengok ke belakang. Tetapi ia hanya mendapati Arka di belakangnya.

Sontak Arka celingukan. Derin tidak ada di sampingnya. Padahal jelas-jelas tadi mereka berjalan beriringan begitu turun dari Kora-kora. Seketika panik menyerang mereka.

TWISTY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang