Derin dengan santai menghampiri ketiga temannya di dapur. Berhubung ia tidak punya rencana apapun setelah belanja, ia akhirnya mengiyakan ajakan Nino untuk ke rumah Arka. Sementara Arka hanya menatap Derin malas. Mungkin Arka menganggap dirinya tamu tak diundang—atau memang begitu nyatanya.
"Ar, muka lo biasa aja dong. Gue berasa nggak diharapkan di sini," tegur Derin melihat Arka masih menatapnya dengan tatapan yang malas. Seperti ingin mengusir tetapi enggan.
"Lo, kalo cuma bikin repot mendingan duduk diem di situ," kata Arka seraya menunjuk kursi di ruang makan. Ia bersiap mencuci sayuran sebelum memotongnya.
Derin hendak protes karena diremehkan. Tetapi pertanyaan Arya membuat kalimat yang ingin ia lontarkan tertahan.
"Emang lo bisa masak, Ar?" tanya Arya sangsi.
Arka sendiri ragu jika ia bisa memasak. Selama ini ada asisten rumah tangga yang selalu memasakkan makanan untuknya. Tetapi hari ini Arka memintanya untuk libur karena ingin menyiapkan kejutan untuk ayahnya. Ternyata acara masak-memasak ini tidak semudah seperti yang ia rencanakan.
Arya beralih kepada Derin yang terdiam karena tak kunjung mendapat jawaban dari Arka. "Der, lo bisa masak?"
Derin tersenyum dengan bangga. "Gini-gini gue juga bisa masak, tau?" Ia memberi gestur kepada ketiga cowok itu untuk menyingkir dan memberinya jalan ke dapur. Lalu meraih celemek di bar dapur.
Kemudian cewek itu mulai mengupas bawang merah dan bawang putih. Arya yang pertama berinisiatif membantu. Cowok itu tersenyum kecil, lalu mengambil alih pekerjaan Derin.
"Pedes banget mata gue," keluh Arya sambil tetap mengupas bawang merah dan bawang putih.
"Ketauan banget deh lo nggak pernah masak," sindir Derin dengan tertawa geli. Lalu ia meraih pisau lainnya dan talenan. Tangannya dengan lihai mengiris bawang merah dan bawang putih yang telah dikupas Arya.
"Ar, bisa minta tolong, itu ayamnya dicuci sekalian dipotong jadi beberapa bagian, ya? Terus, Nino, tolong berasnya dicuci dulu," ujar Derin memerintah. "Bisa kan lo berdua?"
"Siap, Der," balas Nino.
Sementara Arka langsung menuruti perintah cewek itu tanpa membalas sepatah kata pun. Mungkin hari ini ia harus sedikit percaya dengannya.
Menu yang mereka masak hari ini adalah nasi kuning. Sederhana memang. Lagi pula kebahagiaan tidak harus melulu tentang kemewahan. Derin mengangkat nasi kuning yang baru saja matang. Tidak lupa lauk pauk pun juga sudah siap. Tinggal satu tahap lagi, yaitu membentuk tumpeng dan menghiasinya dengan lauk pauknya.
Arka yang paling tidak menyangka bahwa Derin bisa memasak. Hampir semuanya Derin yang mengerjakan. Arka dan yang lain hanya membantu sekadarnya.
"Gue nggak tau ternyata lo bisa masak," kata Arya yang juga masih setengah percaya dengan kemampuan masak Derin.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWISTY ✓
Teen FictionMemilih atau dipilih? Dengan cepat Derin mengarahkan jari telunjuknya pada opsi pertama. Dalam hidup ini dialah yang harus menentukan. Tidak perlu saran, tidak peduli komentar. Karena prinsip Derin; garis hidupnya terletak pada garis telapak tangan...