BAB 18 (Arka)

844 94 8
                                    

"Sejak kapan kamu kenal Derin?" tanya Nara, begitu Derin menghilang dari balik pintu.

Arka membuang napas pelan. "Sejak kapan juga kamu punya saudara tiri? Kenapa nggak pernah cerita?"

"Kamu marah gara-gara itu?" tanya Nara, diikuti oleh tawa hambar yang keluar bibirnya. Seolah apa yang dikatakan Arka tidak pantas untuk dipertanyakan.

"Kita hampir kenal setahun lebih, Ra, dan kamu masih menyembunyikan hal-hal semacam itu dari aku?"

"Ar, nggak semua masalah yang ada di hidup aku bisa aku ceritain ke kamu. Bahkan bukannya harusnya aku yang marah? Kenapa kamu bisa jalan sama cewek lain? Sampai nganter pulang segala?" balas Nara mengalihkan pembicaraan.

Arka menatap Nara dengan tatapan yang sulit diartikan. Baginya pertanyaan Nara itu tidak pantas untuk dijawab. Namun, kalimat dibibirnya saat ini begitu memberontak ingin dilontarkan.

"Derin? Dia itu nggak lebih dari temen, Ra. Aku baru kenal dia karena kita sekelas. Dia juga yang udah bantuin aku hari ini, padahal seharusnya kamu. Jadi, apa aku salah cuma sekedar nganterin dia pulang?"

Melihat Nara yang tidak kunjung merespon, Arka membuang napas kasar sekali lagi. "Oke, aku yang salah. Maaf," lanjutnya seraya menyalakan mesin motor. Lantas pergi meninggalkan Nara yang masih bergeming di tempat.

 Lantas pergi meninggalkan Nara yang masih bergeming di tempat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arka merasa harinya lebih suntuk dari biasanya. Sepanjang pelajaran ia lebih memilih terdiam. Memang biasanya Arka hanya berbicara sekedarnya. Namun, kali ini ia seperti patung mati yang tidak berbicara sepatah kata pun.

Derin yang paling sadar akan kejanggalan ini, serta merasa khawatir akan sosok disampingnya itu akhirnya memilih untuk menyentil bahu Nino yang duduk di depannya.

"Apaan, Der?" bisik Nino memalingkan wajahnya ke arah Derin.

Derin memberi gestur mata untuk memanggil Arya, Nino yang paham pun menepuk bahu Arya kasar, membuat cowok itu mencak-mencak. "Apaan sih, woi!"

Derin melotot kecil, lalu matanya beberapa kali melirik ke arah Arka seolah ingin memberitahu jika ada yang tidak beres dengan jiwa cowok itu.

"Apaan, sih?" tanya Arya, menatap bingung Nino.

Nino pun menggeleng pelan, pertanda tidak paham juga. "Mulut lo bisulan, Der?"

Astaga.

Derin menjewer kuping Nino seketika, membuat yang dijewer memekik kesakitan. "Ih, sakit, tempe!"

"Kenapa sih, Der? Mata lo bintitan, ya?" celetuk Arya.

Derin menghela napas, seraya melepas jeweran Nino, lalu mulutnya membisikan sesuatu ke telinga cowok itu yang selanjutnya diteruskan ke telinga Arya. "Arka kenapa? Dari tadi nggak ngomong sama sekali."

Keduanya yang telah mengerti maksud Derin pun langsung menatap Arka seketika. Dilihatnya cowok itu tengah fokus memainkan rubik yang ada ditangannya.

TWISTY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang