Matahari di kota Bogor sore ini begitu terik. Arka dengan segelas air mineral di tangannya, keluar dari minimarket dengan keringat yang hampir membasahi seluruh pelipisnya.
Jangan tanya kenapa ia bisa berakhir di kota dengan curah hujan tinggi ini. Semua itu karena Derin yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar sejak kecelakaan kemarin. Jejaknya seolah tidak terlihat membuat siapapun tidak berhasil menemukannya. Hingga akhirnya terbesit pikiran untuk mencari ke kota asal cewek itu.
Awalnya pun Nara meminta agar Arka membantu mencari Derin di Jakarta bersama Arya dan juga Nino. Namun, Arka menolaknya dengan cepat. Ia tidak akan membiarkan Nara mencari Derin seorang diri. Meskipun di sana ada Hardana yang menemani. Tetap saja ia tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya ini.
Mereka pun tiba di kota Bogor siang tadi. Arka berserta Nara dan Hardana langsung bergegas berpencar mencari Derin. Hampir empat jam penuh mereka mencari. Namun, sampai sore ini keberadaan cewek itu belum bisa ditemukan.
Melihat Nara yang terlihat cukup kelelahan, Arka pun memutuskan untuk melanjutkan pencarian Derin seorang diri. Namun, kembali pada realitanya, cewek itu seperti jarum yang bersembunyi di tumpukan jerami.
Arka melirik arloji di tangannya sekilas. Setelah mendapat pesan dari Hardana yang memintanya untuk segera kembali, dengan lesu Arka kembali melanjutkan langkahnya menuju ninja hitamnya yang terparkir rapi di halaman minimarket.
Rasanya pencariannya begitu sia-sia.
Hingga sedetik sebelum Arka menunggangi motornya. Matanya menangkap figur seorang cewek yang tengah berjongkok di bawah pohon trembesi yang tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang.
Arka menajamkan penglihatannya. Rasanya postur tubuh cewek itu begitu familiar di matanya. Sedetik kemudian otaknya berhasil mencerna sesuatu dengan baik.
Derin!
Dengan langkah panjang, Arka bergegas menghampiri cewek itu. Ia tidak sabar ingin membombardir cewek itu dengan berbagai macam pertanyaan.
Namun, sesampainya di sana, Arka tidak lantas menegur Derin. Entah mengapa ia lebih ingin memperhatikan cewek itu.
"Laper ya?" tanya Derin tiba-tiba, mata coklatnya menatap gemas kucing yang berada di depannya saat ini.
"Mungkin kata-kata ini sedikit mainstream sih. Tapi, gapapa, kalian kan bangsa kucing, jadi mana ngerti."
Hening sesaat.
"Makan yang banyak ya, sabar juga butuh tenaga," lanjut Derin, sembari mengelus punggung induk kucing berwana orange gelap itu.
Arka menggeleng kepala kecil. Lantas berdehem pelan, membuat cewek itu tersentak kaget sesaat.
"Nyari lo juga butuh tenaga kali," ujar Arka, membuat Derin dengan spontan bangun dari jongkoknya.
Derin terkejut menatap Arka yang tiba-tiba berada di belakangnya. Hanya sepersekian detik, sebelum akhirnya ia mendengus. Lantas berbalik badan, hendak pergi meninggalkan cowok itu.
"Der,"
Derin menghentikan langkahnya. "Apa?"
"Pulang," pinta Arka.
Namun, Derin menghiraukannya.
"Der!"
Kini Arka mencengkram pergelangan tangan Derin. "Gue minta dengan sangat ya,""Nggak mau," elak Derin, berusaha melepaskan cengkraman tangan Arka.
Tidak semudah itu, karena Arka justru menarik paksa Derin menuju ke tempat motornya berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWISTY ✓
Teen FictionMemilih atau dipilih? Dengan cepat Derin mengarahkan jari telunjuknya pada opsi pertama. Dalam hidup ini dialah yang harus menentukan. Tidak perlu saran, tidak peduli komentar. Karena prinsip Derin; garis hidupnya terletak pada garis telapak tangan...