[2]

1.1K 113 0
                                    

Selamat Membaca!

~FIGA~

Lorong sekolah dipenuhi siswa-siswi yang sibuk berdesak-desakan demi cepat sampai ke parkiran. Inilah perbedaan nyata antara datang ke sekolah dan pulang sekolah. Saat datang para murid seakan sengaja memperlambat langkah dan sampai pada waktu yang tidak tepat. Namun begitu bel menyatakan pulang sekolah semuanya seakan diberi tenaga ekstra. Hingga rela bertabrakan dengan yang lain demi sampai dimana kendaraan terparkir. Seakan-akan rumah akan hilang jikalau mereka pulang terlambat.

Fiola menikmati tiap langkah yang ia tempuh bersama gadis berbaju ketat di sampingnya. Kali ini ia tak mencoba untuk membolos dan menyogok satpam sekolah agar mau membuka pintu gerbangnya. Satu kali terpergok oleh Devan membuatnya dimarahi habis-habisan. Karna itu ia mencoba mengikuti peraturan sekolah dengan pulang pada waktunya.

Langkah Sania, teman terdekatnya terhenti membuat Fiola bingung. Ia lantas mengikuti arah pandang Sania yang tertuju pada seorang lelaki yang berjalan beriringan bersama seorang gadis.

"Fito. Itu, bukannya pacar lo?"

Sania menoleh lalu mengangguk membenarkan. Kembali memperhatikan interaksi dekat dua orang yang asik bercengkerama.

"Mau gue bantuin untuk kasi pelajaran si Fito pake kuku jari gue karna udah berani selingkuh, gak?"

"Enggak usah! Lagian dia gak selingkuh kok!" tolak Sania. Cewek itu menarik Fiola untuk menerobos kumpulan siswa-siswi menjauhi pemandangan yang membuat dadanya terasa sesak sampai berhenti di depan lobby sekolah.

"Cowok kayak gitu buat apa sih dipertahanin?" geram Fiola.

"Kadang mempertahankan seseorang gak perlu alasan asalkan dia layak," balas Sania.

"Dan bagi lo, dia layak, gitu?"

"Layak atau enggaknya cuman sikap dia yang bisa jawab," Sania berujar.

Pertemanan keduanya telah terjalin cukup lama, bahkan sedari masa putih biru. Sesungguhnya pertemanan keduanya diisi oleh satu orang lagi, namanya Aqila. Gadis cerewet dengan tingkah kekanakan yang terkadang bisa berubah menjadi gadis dengan pemikiran dewasa diwaktu yang tepat.

"Lo sendiri, kenapa Garel lo pertahanin sampai sekarang. Ini udah hampir dua bulan loh, Fi. Apa lo udah jatuh cinta sama dia?"

"Jatuh cinta? Lo tahu gue lah San. Gak pernah sekalipun gue nempatin perasaan pas lagi pacaran."

"Awas aja nanti jilat ludah sendiri!" ancam Sania.

Fiola menyunggingkan sudut bibirnya merasa geli dengan ancaman Sania. Keduanya larut dalam keheningan, masing-masing tengah menunggu seseorang datang. Untuk Sania ia menunggu sang sopir lain hal untuk Fiola yang menunggu Garel.

Klakson motor, membuat Fiola menyapu pandangannya hingga menangkap Garel yang duduk di atas motornya lengkap dengan helm full face yang menutupi keseluruhan wajahnya.

"Gue duluan, ya!" pamit Fiola seraya dengan tangannya yang menepuk dua kali bahu Sania. Fiola langsung berusaha menaiki motor besar Garel. Sodoran jaket Garel membuat keningnya mengerut.

"Pake."

Dia pun segera meraih jaket itu. Langit yang menggelap membuat Fiola tak ingin terus menunda-nunda perjalanan mereka. Segera saja ia menaiki motor berwarna putih milik Garel.

~FIGA~

Rintik hujan yang turun tanpa permisi menghambat perjalanan Garel dalam mengantar Fiola pulang. Terpaksa keduanya berhenti di sebuah halte yang kosong. Fiola meniupi telapak tangannya yang menangkup guna menghilangkan rasa teramat dingin yang menjalar. Tubuhnya yang basah tak sebanding dengan Garel. Cowok itu benar-benar basah kuyup saat ini.

FIGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang