Ketika takdir berlainan dengan apa yang diinginkan. Saat cinta datang di waktu yang salah, apakah semuanya akan tetap seperti sedia kala?
•••
Garel Geonanda. Nama yang paling melekat dalam ingatan para siswi. D...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
~FIGA~
Hari-hari berlalu begitu cepat bahkan tidak terasa. Ulangan semester ganjil pun telah berlalu begitu saja. Soal-soal rumit yang membuat kepala seakan pening dan akan meledak akhirnya berlalu menyisakan rasa penasaran akan nilai yang di dapat.
Terkadang di masa yang tengah modern ini murid-murid tidak terlalu memusingkan mengenai nilai sebab bagi mereka yang terpenting hanyalah lulus. Tetapi tak semuanya sama ada juga yang memperhatikan namun dengan mengandalkan teman. Bahkan saat ulangan solidaritas selalu dipertanyakan! Katanya jangan terlalu memusingkan peringkat, mari bagi contekan dan lulus bersama-sama. Benar-benar motto yang konyol. Nilai adalah sesuatu yang berfungsi sebagai pengukur kemampuan, solidaritas tidak tersangkut di dalamnya.
Tetapi namanya era milenial, nilai kini seakan hanyalah dijadikan patokan untuk menunjukkan mana yang pintar dan mana yang bodoh dan hal itu seakan menjadi jurang pemisah. Kemudian yang cerdas akan semakin teristimewakan dan yang terlihat bodoh akan semakin terabaikan. Dunia pendidikan terkadang memang sebercanda itu.
Lain dari itu, ulangan merupakan masa-masa yang sulit apalagi ketika mendapatkan pengawas yang begitu ketat, gerak sedikit kertas ulangan melayang. Bagi mereka yang tak pernah belajar garuk-garuk kepala dan memasang wajah dongkol ataupun melas adalah aktivitas yang dilakukan ketika mendapat situasi seperti itu. Namun bagi mereka murid rajin, wajah serius akan selalu menjadi ekspresi mereka. Tangan pastinya tak berhenti bergerak di atas sebuah kertas. Benar-benar ciri khas masa-masa ulangan.
Di lantai dua gedung SMA Antariksa, seorang gadis dengan rambut dibiarkan menjuntai ke bawah tengah menghirup udara sekitaran dengan nikmat. Fiola rasanya seakan baru saja terbebas dari sebuah tali yang menjeratnya. Empat hari berlalu setelah ulangan namun kebahagiaan karna berhasil menjawab soal tanpa meniru masih saja membekas. Rasanya begitu bangga sebab selama ini Fiola jarang sekali meluangkan waktu untuk membuka lembaran buku. Terbiasa mendapat jawaban dari kawannya Sania dan Aqila. Namun mengingat keadaan Fiola tak bisa lagi mengandalkan keduanya. Awalnya ia sempat ragu, Hello! Si bad girl SMA Antariksa belajar. Benar-benar aneh ditelinga namun sepertinya kini tidak lagi.
Tungkai Fiola melangkah pergi dari tempatnya tadi berdiri. Tetapi belum sempat kaki jenjangnya melakukan langkah ke-empat tangannya langsung saja di tarik oleh orang di belakangnya.
"Lo mau kemana?"
Wajah Fiola memerah menahan amarah, ia mendengus lalu memandang Arsen, ketua kelas 11 Mipa 3 yang tengah membawa sekiranya sepuluh kertas HVS.
"Ih, lo ngapain pake tarik-tarik tangan gue. Gue laper tahu pengen ke kantin!" gerutu Fiola.
"Yaelah gue cuma mau kasi tahu anak OSIS diminta ngumpul di ruang OSIS. Kalau bukan karna itu gak mungkin gue mau pegang tangan lo. Bisa di tonjok Garel gue!" menyadari kalimat terakhirnya buru-buru Arsen menutup mulutnya.