Fllw IG Clsi_Adlia
Koreksi Typo*
~FIGA~
Fiola tengah berada di depan lokernya. Ia membuka loker tersebut mencari benda yang sedari tadi membuatnya takut setengah mati. Matanya memandang dengan cermat mencari dasinya di atas tumpukan buku-buku yang dengan sengaja ia tinggalkan. Malas membawa pulang ke rumah. Berat itulah keluh kesah Fiola.
Gurat kecemasan kian terpancar di wajah Fiola. Aqila pun ikut memperhatikan dan mencari. "Gak ada Fi?"tanyanya.
Fiola menggigit bibirnya takut. "Gimana dong! masa gue harus dihukum sih!" keluhnya.
"Lagian lo naruh dasi lo dimana sih?" Fiola berusaha mengingat tapi tak kunjung mengingat. Dirinya benar-benar lupa menyimpan benda berwarna abu-abu itu dimana. Ia tak ingin di hukum dibarisan orang-orang dengan atribut tidak lengkap serta mendapatkan hukuman. Tapi sepertinya dewi fortuna tak ada dipihaknya dasinya hilang entah kemana.
"Lebih baik lo sembunyi dibarisan tengah," Aqila mengusulkan.
"Percuma tahu gak. Bu Halimah pasti bakalan dapetin gue dan narik gue ke belakang," Fiola mendesah frustrasi. Selain dikarenakan matahari yang bersinar terang dan dapat mengganti warna kulitnya, malu bukan kepalang saat dihukum menjadi alasan utama mengapa Fiola tak rela dirinya diseret langsung oleh bu Halimah menuju barisan murid dengan atribut tak lengkap.
"Ya terus gimana dong?" kini Aqila benar-benar kehabisan akal untuk menemukan jalan keluar dari masalah Fiola.
"Udah gue mah pasrah aja," Fiola menarik Aqila pergi menuju Sania yang telah berbaris di lapangan dengan rapi bahkan sebelum bel tanda upacara di mulai Sania sudah berdiri disini. Ia adalah contoh siswa yang patuh saat mengikuti upacara. Jika ditanya apa alasannya ia akan langsung menjawab semuanya adalah ajaran ayahnya yang merupakan seorang tentara.
Sania langsung mendekati Fiola begitu melihat kedatangannya. "Gimana? Dapat dasinya?" tanyanya.
Fiola menggeleng pelan dengan wajah lesu. "Gue pasrah aja kalau nanti bakalan dihukum," ujar Fiola.
"Lo juga sembarangan sih naruh peralatan sekolah lo."
"Yaudah lah Qil," gadis itu mengangkat bahunya cuek.
"Kepada seluruh murid diharapkan agar segera berbaris di lapangan karna upacara akan segera dimulai," suara bu Halimah terdengar melalui pengeras suara. Membuat semua siswa bergegas mencari barisan masing-masing tak ingin mendapatkan amukan amarah dari bu Halimah yang pastinya akan berjalan ke tengah lapangan untuk memperhatikan kerapian barisan mereka.
Namun Kericuhan terdengar dari arah belakang membuat Fiola sontak menoleh memperhatikan keributan itu dengan tatapan penasaran. Tak lama sosok tinggi berpakaian rapi keluar dari desakan para siswa melewati semua orang dengan tatapan datar. Fiola terkejut saat Garel tengah berjalan ke arahnya. Ia bingung untuk apa Garel datang ke barisan kelas 11 dan menghampirinya.
"Kenapa disini?" Fiola bertanya saat Garel telah berdiri dihadapannya. Kini dirinya tengah menjadi pusat perhatian. Tapi semua itu tak penting yang penting sekarang adalah alasan mengapa Garel menghampirinya.
Garel mengeluarkan sebuah benda dari saku celananya memberikannya kepada Fiola. "Dasi?" dahi Fiola mengerut.
Bukannya merespon pertanyaan gadis dihadapannya ini justru Garel melakukan hal lain. Tanpa meminta persetujuan, Garel dengan telaten memakaikan dasi abu-abu itu di sela-sela lipatan kerah putih Fiola. Dan yah! Kini benda berbahan kain itu sudah bertengger rapi di leher Fiola.

KAMU SEDANG MEMBACA
FIGA
Fiksi RemajaKetika takdir berlainan dengan apa yang diinginkan. Saat cinta datang di waktu yang salah, apakah semuanya akan tetap seperti sedia kala? ••• Garel Geonanda. Nama yang paling melekat dalam ingatan para siswi. D...