[40]

368 33 0
                                    

Happy reading!

Hal Yang Paling Sulit Ditentang Adalah Takdir, Sesuatu Yang Telah ditentukan Oleh Sang Pencipta Sendiri
~FIGA~

Fiola mengemasi beberapa alat tulis juga satu buku tulis panjang yang tergeletak di atas meja. Ini adalah waktunya pulang sekolah tiba. Aqila dan Sania telah pergi mendahului dengannya dengan alasan adanya keperluan mendadak. Aneh sebenarnya, mengapa mereka memiliki keperluan di waktu bersamaan.

Menggantungkan tas ranselnya di punggung, segera Fiola melangkahkan kaki keluar dari kelas. Mimik wajah Fiola berubah terkejut saat akan keluar kelas, mendapati Garel dengan posisi tangan tersilang di depan dada dan punggung yang menyender di permukaan dinding. Kaki kanannya tertekuk dan kepalanya dalam kondisi menunduk.

"Garel?"

Saat namanya disebut secepatnya Garel menoleh pada gadis yang sedari tadi ia tunggu. Bibir cowok dengan seragam sekolah yang terbilang masih rapi itu membentuk senyum tipis sebagai bentuk sapaan.

"Kamu ngapain disini?"

Jujur saja semenjak kepergian mereka ke villa Willy, hubungannya bersama Garel begitu dekat selayaknya tak bisa dipisahkan. Gadis itu hanya berharap tak akan ada lagi hal yang akan membuatnya dan Garel terpisah.

"Mau nganterin lo balik." Rasanya seperti ada ribuan bunga yang tumbuh di hati Fiola mendengar pernyataan Garel. Tetapi ada janji yang harus ia tepati. Pagi tadi Ayahnya sudah memberitahu bahwa beliau sendiri yang akan menjemput Fiola pulang dari sekolah.

Pipi kanan Fiola ia garuk sendiri tak enak rasanya mengutarakan penolakan, "Sebenarnya aku mau tapi udah ada Ayah yang mau jemput," tolaknya.

"Setidaknya gue bisa anter lo sampai parkiran, kan?"

Sebuah senyum simpul terukir di wajah cantik Fiola. Lantas kepalanya mengangguk tak lagi melontarkan kalimat penolakan. Dengan satu tali tas ransel yang tersampir di bahunya, Garel melangkah pelan bersama Fiola. Kebersamaan keduanya kembali menimbulkan opini-opini tersembunyi di kepala banyaknya siswa-siswi setelah berita putusnya hubungan keduanya terkuak.

Apakah mereka kembali menjalin hubungan setelah Fiola kembali berkhianat? Tak ada yang tahu, cukup hanya keduanya yang perlu mengetahui. Sebuah hubungan tak harus selalu diumbar-umbar dari satu bibir ke bibir lainnya.

"Kalau gitu aku duluan!"

Sampai di parkiran Fiola mengucapkan kalimat pamit. Garel mengangguk masih dengan senyum tipis yang terpatri di wajah tampannya. Arah keduanya berlawanan, dari Fiola yang akan menuju halte juga Garel yang melenggang menuju motornya terparkir.

~FIGA~

Menjelang pukul delapan malam, Devan mengajak Fiola yang telah siap dengan dress berwarna marron mengunjungi salah satu restoran. Katanya salah satu rekan bisnis di perusahaannya mengundang Devan dan Fiola secara langsung untuk menghadiri acara makan malam yang telah di persiapkan rekan bisnis Ayahnya.

Sebelum menuju tempat itu, mobil yang dikendarai Ayah Fiola terhenti di pom bensin. Banyaknya antrian mobil di depan sana membuat Fiola memutuskan untuk keluar. Bosan rasanya berlama-lama untuk terus mengantri terlebih mobil Ayahnya berada di urutan terakhir dari enam mobil.

Matanya menyipit kala melihat seorang cewek yang akan menyebrang jalan. Dengan tangan tersilang di depan dada, Fiola mendengus. Rupanya Rina. Sesaat Fiola merasa ada yang menjanggal melihat gadis itu yang terlihat lesu tak bertenaga. Sepersekian detik matanya membulat penuh saat menyaksikan cewek dengan rambut di cepol tak teratur itu menyebrang tanpa melihat kanan dan kiri.

FIGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang