Happy Reading!
Koreksi Typo*
Jangan jadikan sebuah
kesalahan Menjadi Alasan Putusnya
Sebuah Hubungan
~FIGA~Fiola, Aqila, dan Sania sedang berjalan melewati beberapa lorong menuju ke kantin. Berbagai tatapan diperlihatkan berbagai pasang orang yang melihat mereka. Namun tiga insan itu nampak tak acuh dan tak menghiraukan, tetap berjalan untuk sampai ke tempat tujuan. Perut mereka seakan mendemo di dalam sana meminta untuk cepat-cepat di isi.
"Si Garel mau-maunya ya sama model kayak gitu. Mantan aja udah kayak barisan TNI. Masih perawan gak tuh mbak," ujar salah satu siswi yang menatap Fiola sinis.
Langkah Fiola terhenti mendengar komentar yang lebih mengarah pada tindakan pencemaran nama baik. Ia berbalik badan untuk melihat siapa orang yang berani mengatainya itu. Fiola menyunggingkan senyum di bibirnya saat mengetahui siapa yang bicara, Rina sang senior.
"Lo ngomongin gue?" tanya Fiola sambil melangkah mendekat ke Rina yang di temani dua temannya di samping kiri dan kanan. Geng Halda kerap kali membuat darahnya mendidih akibat ucapan mereka yang selayaknya orang tak berpendidikan.
Feeling Aqila mengatakan bahwa sebentar lagi akan terjadi perang di antara dua orang itu, langsung ia menarik bahu Fiola. "Fi, udah enggak usah hirauin anggap aja angin lalu," ucap Aqila menenangkan.
"Nih, anak di rumahnya kagak ada saringan. Jadi gue pingin kasi dia saringan supaya mulutnya enggak asal bicara," Fiola menatap Rina remeh.
"Fi udah enggak usah di lanjutin mending ke kantin." Kalimat tersebut berasal dari Sania yang berusaha meredamkan api kemarahan yang mengobar.
Kelewat kesal dengan kalimat yang dilontarkan Fiola, tatapan lebih sinis Rina layangkan untuk Fiola. Seutuhnya ia tak terima jika dirinya dicibir oleh orang lain. "Lo tuh kalo ngomong dijaganya" Telunjuk Rina mengarah tepat dihadapan wajah gadis berambut gelombang itu.
Tawa renyah Fiola luruh, "Gue enggak salah denger nih." Gadis itu menunjuk ke arah alat pendengarnya,"Lo nyuruh gue jaga omongan sedangkan lo sendiri gak bisa jaga omongan lo sendiri. Aneh lo ya," sarkastik Fiola.
Kejadian tersebut layaknya magnet yang memiliki daya tarik kuat. Membuat sebagian murid berhenti sesaat sekedar menoleh sekejap kejadian yang berlangsung hingga mengundang orang lain untuk ikut memperhatikan.
"Lo yang aneh bicth!"
Lengkingan tawa Fiola terdengar, "lo kapan sih ulang tahun? Gue jadi pingin kasi lo hadiah kaca paling besar. Biar lo bisa ngaca siapa yang bicth disini!" sahutnya sambil menunjuk wajah Rina.
"Soal perawan, tiap orang disini pun udah tahu siapa sebenarnya yang masih tersegel." Smirk andalannya Fiola pasang sambil memasang pose angkuh, kedua tangan tersilang di depan dada.
Sepersekian semuanya dilanda syok. Sesuatu yang tak mereka sangka terjadi, Rina melayangkan satu tamparan keras di pipi kanan Fiola menyebabkan bekas kemerahan di bagian sana.
"Lo berani-beraninya, tampar gue?!"
"Ya gue berani. Kenapa, lo mau marah?!"
"Lagi pula gue gak perlu takut sama cewek yang kegatelan kayak lo. Gue yakin Garel pun gak mungkin mau sama lo kalau aja lo nya gak kasi tubuh lo ke dia!" tambah Rina dengan senyuman penuh kemenangan. Menyaksikan orang yang paling dibencinya tengah menahan rasa perih yang menjalar adalah bagian favorit dari Rina.
Rasa amarah mulai menguasai jiwa Fiola terlihat dari matanya yang menggambarkan hal itu. Detik selanjutnya tangan Fiola telah ada di kepala Rina menjambak keras rambut gadis itu yang langsung mendapat ringisan sakit dari si empu.

KAMU SEDANG MEMBACA
FIGA
Fiksi RemajaKetika takdir berlainan dengan apa yang diinginkan. Saat cinta datang di waktu yang salah, apakah semuanya akan tetap seperti sedia kala? ••• Garel Geonanda. Nama yang paling melekat dalam ingatan para siswi. D...