[24]

341 42 2
                                    

Welcome!

Happy Reading:)

Lara datang ke dalam kehidupan
Menciptakan seberkas embun penuh luka tanpa tahu kapan hilang dan kembali membentuk tawa
~FIGA~

Gadis ini mengeram kesal! Siapa yang menaruh tulisan beserta foto yang seakan memfitnah dirinya. Dengan sekali tarikan kertas HVS beserta foto yang menunjukkan dirinya tengah berpelukan dengan Indra di sobek lalu diremasnya. Semuanya berteriak seakan tak terima akan perilaku Fiola.

"Kegatelan selingkuh sama temen pacar sendiri!"

"Yah, sekarang kita udah liat tingkah bicth nya yang udah kebangetan!"

"Serakah amat mbak sampe 1 cogan gak cukup!"

"Lo ngomong gitu kayak gak tahu dia kan emang play girl dari dulu! Tapi ini kan yang paling kejam!"

Fiola mencoba menulikan telinganya saat di sekeliling ia berjalan menuju kelasnya selalu saja para siswi melemparkan hinaan padanya. Cukup! Masalah Garel dan mading sudah membuat kepalanya seakan mau meledak, Fiola tak ingin menambah masalah baru dengan bertengkar.

Tas ranselnya ia lempar ke meja dan setelahnya ia menelungkupkan kepalanya di atas lipatan tangan.

"kita putus."

Kalimat itu bagaikan belati yang menusuk hati Fiola. Tak pernah ia sangka hubungan yang ia jalin hampir mencapai tiga bulan kandas padahal Fiola telah menempatkan sepenuh hatinya pada hubungan itu. Sebulir air mengalir bebas terjun ke bawah. Segera Fiola menghapus jejak air mata itu.

"Fiola!"

Merasa namanya diserukan gadis itu mendongak. Fiola memandang kedua sahabatnya yang tergesa-gesa menghampiri dirinya.

"Jelasin ke kita tentang foto ini dan tulisannya!" Aqila menyodorkan ponselnya ke hadapan Fiola.

Kembali matanya membulat penuh. Fiola bingung siapa yang sebenarnya menyebar berita bohong ini. Bukan hanya di mading sosmed pun menjadi alat untuk memfitnah Fiola.

"Semuanya gak bener kan Fi!" Sania menyentuh pundak gadis itu, sehingga sepersekian detiknya ia tersadar.

"Semuanya emang gak bener. Gue di fitnah," kata Fiola frustasi.

"Lo gak ada hubungan apapun kan sama Indra?" tanya Aqila masih sedikit meragukan.

"Qil, mana mungkin Fiola ngelakuin itu sementara dia tahu lo suka sama dia," ucap Sania berusaha memperkokoh dinding kepercayaan Aqila.

"Gue sebenernya juga pingin percaya," Aqila menghembuskan nafas gusar, "Tapi ngeliat foto itu gue jadi ragu," lirihnya.

"Itu semua pasti cuma editan."

"Iya kan Fi?"

Fiola terdiam. Dirinya tak mungkin berbohong kalau foto tersebut hanya editan semata secara foto tersebut real tak ada rekayasa. Sania mengguncang bahu Fiola meminta kepastian. Sorot mata Aqila kembali memancarkan keraguan yang mendalam, Aqila lebih mendekat ke Fiola memegang erat pundak sahabatnya tersebut.

"Foto itu cuma editan kan Fi?" ini bukannya pertanyaan tapi desakan untuk mengatakan 'Iya' sebagai jawaban.

"Fi jawab!" suruh Aqila dengan suara meninggi.

"Foto itu memang bener. Tapi gue berani sum-"

Plak

Telapak tangan Aqila mendarat sempurna di pipi mulus Fiola memberi bekas kemerahan yang kasat mata. Mata Fiola memerah sedangkan pipinya merasakan perih yang mendalam. Ini tamparan sahabat terbaiknya.

FIGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang