Ketemu sama Adel! Yuhu!!!
Jangan lupa koreksi typo*
Happy Reading!!!
~FIGA~
Libur sekolah telah usai masanya. Sekiranya dua minggu para murid-murid dipusingkan untuk mencoba gaya rebahan baru hingga mengunjungi tempat-tempat yang dikiranya dapat menghilangkan jenuh berada di rumah bersama telepon genggam.
Selama dua minggu pula, Fiola menghabiskan waktu liburannya di rumah sang nenek. Mama dari Ibunya. Satu hal yang paling ia kesali adalah saat hendak pergi, Romlah merengek terus untuk ikut bersama Ayahnya. Cibiran juga dumelan kesal Fiola mengiring rengekan manja Romlah terhadap Ayahnya. Untung saja Ayahnya tak terpengaruh sedikit pun. Langsung saja Fiola memasang wajah meledek saat akan masuk ke dalam mobil.
Di rumah sang nenek, Fiola seakan merasakan kehadiran langsung Ibunya disana. Memori kenangan sang Ibu pun begitu banyak disana, mulai dari kanak-kanak hingga menjadi gadis dewasa sampai akhirnya dipinang oleh Ayahnya.
Kemudian, melewati semua masa-masa liburan sekarang telah menjadi hari kedua pasca kegiatan pembelajaran dimulai. Teriknya matahari tak kunjung memudar walau hari telah menjelang sore. Tetapi kelihatannya hal itu tak juga menyurutkan niat gadis berparas cantik itu untuk terus menembakkan bola ke ring basket. Walau sedari tadi bola tak juga berlabuh pada keranjang.
Fiola heran dibuatnya, mengapa bola yang ia tembakkan tak juga masuk ke dalam ring. Bahkan saat pagi tadi dalam pembelajaran olahraga basket diantara beberapa temannya hanya Fiola yang tak bisa memasukkan bola ke dalam ring. Ia sampai menjadi bahan olokan teman sekelasnya. Itu sebabnya walau sekolah telah usai ia tetap berada di lapangan basket outdoor SMA Antariksa berusaha membuat bola masuk ke dalam keranjang.
Erangan frustasi lolos begitu saja dari bibir Fiola. Kakinya ia hentakkan berulang kali. "Bola, sialan!" umpatnya seraya melempar bola jauh-jauh. Ia beralih mendudukkan diri dengan raut wajah murung. Ternyata basket tak semudah yang ia banyangkan, tinggi badannya tak berguna sama sekali tuk menolongnya. Tembakannya selalu meleset.
"Bola jelek! Kenapa gak mau masuk sih!" Dengan posisi bertopang dagu, ia menatap nyalang pada benda bulat yang tergeletak begitu saja.
Tak disangka seorang lelaki jangkung mengambil alih bola membuat dahi Fiola mengerut. "Ngapain kamu disini?"
"Kalau main itu pakai hati." Bukannya memberi jawaban atas pertanyaan justru Garel melontarkan nasihat sambil memantulkan bola di hadapan ring dengan santai. Lantas ia langsung mendribling bola dan melakukan jump shoot, dapat ditebak bola langsung masuk ke dalam keranjang.
"Lihatkan?"
"Kamu juaranya basket sedangkan aku dari tadi berulang kali gak masuk-masuk," gerutu Fiola. Ia masih menatap bola dalam pegangan Garel penuh kebencian,"Benci kali tuh bola sama aku," asal gadis dengan rambut dicepol ke atas.
Kepala Garel tergeleng lirih, senyuman geli pun tak luput dari wajah Garel. Cowok dengan kemeja putih yang tak lagi terkancing sepenuhnya hingga memperlihatkan kaos hitam sebagai dalamannya itu kembali berucap, "Bolanya gak salah tapi teknik lo."
Bola mata Fiola terputar malas, kalimat Garel sama halnya dengan guru olahraganya. Padahal menurut Fiola ia sudah melakukan sesuai arahan.
"Coba, mainnya tenang. Posisikan bola yang lo pegang di depan dahi, kaki dirapetin dan lutut di tekuk. Lakuin lompatan dengan tolakan kaki sekuat tenaga." Garel memperagakan semua yang ia ucapakan, hingga bola kembali masuk ke dalam keranjang. Tungkainya terayun untuk mengambil bola lalu menghampiri Fiola yang hanya memperhatikannya sedari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGA
Teen FictionKetika takdir berlainan dengan apa yang diinginkan. Saat cinta datang di waktu yang salah, apakah semuanya akan tetap seperti sedia kala? ••• Garel Geonanda. Nama yang paling melekat dalam ingatan para siswi. D...