[23]

342 34 2
                                    

Ost. Pernah-Chintya Gabriella

Happy Reading:)

Berpuluh hari telah kita lewati
Dan sesingkat itu kau memutuskan Untuk pergi
~FIGA~

Cafe yang sedari tadi menjadi tempat tongkrongan ketiganya. Makin ramai dengan sekumpulan khalayak berbagai usia. Berhubung perkumpulan mereka telah usai Garel memutuskan akan pulang ke rumah tapi sebelumnya ia harus berdesakan dulu dengan para pengunjung.

Segera setelah menemukan motornya, Garel menjajal helm full face miliknya dan memakainya. Ponselnya berbunyi dan sebuah pesan masuk. Decakan sebalnya muncul tat kala mengetahui kalau nomor tak dikenal itu lagi yang mengirimnya pesan. Instingnya tak membiarkan dirinya tuk mengabaikan sehingga dengan kekesalan ia membaca empat pesan yang terkirim dengan selisih waktu.

Nafasnya terasa memberat saat membaca dan melihat kiriman foto. Tangannya terkepal penuh, seolah emosi mulai menguasai. Tidak! Ia menggelengkan kepalanya berusaha agar setiap pesan itu tak merasuki pikirannya. Mencoba menanamkan kepercayaan lebih tapi gagal. Dengan gesit ia menaiki motor sport nya. Memacu motor tersebut keluar dari lingkup parkir.

Berkali-kali ia coba menghentikan setiap pikiran negatif yang menggerayangi dirinya. Berhilir-mudik di otaknya. Kenyakinan sudah ia tanamkan tapi masih saja terkalahkan oleh negatif thinking nya yang 99% seolah sudah melekat di otaknya.

Ia matikan mesin motor itu sesaat telah sampai di tempat yang tak seharusnya ia kunjungi. Dilepasnya helm tersebut. Terkejut! Yah Garel terkejut tapi tertutupi dengan ekspresi wajahnya. Lelaki ini menghela nafas dan tersenyum miring. Dua pengkhianat tengah breaksi dihadapannya.

Memilih tak merusak suasana dua orang di hadapannya. Garel memilih bersedekap dada menikmati hal ini dengan sedikit luka. Aktivitas menontonnya tertangkap begitu irisnya dan Fiola saling menumbuk. Ia dapat melihat raut keterkejutan tapi dengan cepat digantikan dengan raut bahagia. Saat Fiola menghampirinya satu kalimatnya langsung saja muncul. Ia rasa keputusannya ini sudah benar.

"Lo kenapa bisa ada disini Rel?"

Indra ikut menghampiri Garel. Masih tetap setia mempertahankan ekspresi terkejutnya.

"Kenapa gue ganggu?" sinis Garel.

"Ganggu? Maksud kamu?" sebelah alis Fiola terangkat seolah tidak mengerti. Dan Indra merasa ada sesuatu yang aneh dengan Garel.

Di tengah kebingungan yang lain Garel masih sempat-sempatnya tertawa hambar. "Gue gak tahu Fiola kalau lo segatel ini!" Garel memandangnya jijik.

Fiola terkejut! Kenapa tiba-tiba lelaki dihadapannya ini memakai bahasa gue-lo padanya.

"Lo kenapa Rel?"

"Diem. Gue gak suruh lo bicara!" tegas Garel. Emosinya memuncak tapi ia tak akan membiarkan sampai meledak. Apalagi kesetanan hanya karna gadis dihadapannya ini. Akal sehatnya masih ada.

"Gue bingung disini guenya yang bodoh atau gimana? Sampai setiap kali lo selingkuh gue masih aja pertahanin lo!" biarkan kali ini Garel berbicara panjang lebar walau jauh dari sifat dingin dan irit bicaranya.

"Gatel? Selingkuh? Kamu ngomong apa?"

"Gak usah sok bego. Gak cocok sama lo yang licik!" bentak Garel.

Gadis itu tersentak. Ia tak menyangka Garel membentaknya. Sepanjang hubungan mereka Fiola tak pernah mendapat bentakan apapun. Indra yang telah lama menyandang status sebagai sahabat lelaki ini sadar temannya telah dikuasai amarah ada sesuatu yang membuat emosinya memuncak dan ia tahu Garel telah salah paham.

FIGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang