[6]

648 59 0
                                    

Happy Reading!

Koreksi Typo*

Gue Jomblo bukan karna
Enggak ada yang mau tapi lagi
Nentuin siapa yang gue mau
~FIGA~

Tiap langkah yang dibuat Fiola tak luput dari perhatian tiap siswa-siswi. Banyaknya cibiran dan pujian yang terlontar sama sekali tak dihiraukan oleh gadis berkaki jenjang tersebut. Satu sudut bibirnya tertarik, memangnya mereka siapa? Berhak mencibirnya.

Fiola memahami bahwa tiap tindakan yang dilakukan setiap orang memiliki pro dan kontra di mata orang lain. Yang kita anggap baik tak tentu seperti itu pula di mata orang lain. Manusia memang seperti itu, dapat melihat kotoran orang lain walau sekecil amuba namun tak bisa melihat kotoran yang mereka yang terpampang nyata walaupun sebesar dinosaurus.

Konsep kehidupan selayaknya begitu, tak perlu terlalu menanggapi hujatan orang lain. Be your self, mereka tak berhak untuk mencampuri tiap urusan kita. Tanggapi komentar yang membangun dan hempaskan hujatan yang mengganggu.

Kaki Fiola yang terayun bebas mendadak berhenti. Seorang lelaki dengan baju yang tak lagi dimasukkan ke dalam celana beserta gerombolan temannya menghadang Fiola. Tak perlu terlalu jauh berpikir karena Fiola tahu niat cowok yang memasang smirk tersebut.

Tangan kanan Hard terjurul ke belakang mengambil barang yang telah ia persiapkan, sebuah buket bunga yang besar. Dengan gaya menunduk Hard mempersembahkannya di hadapan Fiola yang bersedekap dada. Akibat Hard tujuan utama gadis itu buyar dan lebih memilih menikmati jatuhnya sang pemimpin geng besar di SMA Antariksa ke dalam jurang pesonanya.

"Ini gue khususkan untuk lo seorang Fiola." Secara sukarela Fiola menerimanya membuat kebahagiaan Hard sudah tak dapat dicegah lagi. Senyum merekahnya tampil menjadi ekspresi kali ini. Jika saja lorong ramai pasti ini akan menjadi topik utama tiap pembicaraan. Tetapi jangan remehkan kekuatan menyebarkan gosip dari mulut ke mulut untuk siswa-siswi SMA Antariksa.

"Makasih Hard."

"Gue boleh minta nomor lo?"

Tanpa mengulurkan waktu untuk membuat pertimbangan, Fiola mengiyakan keinginan lelaki dengan jam tangan hitam yang melingkar pada tangan kirinya. Teman-teman Hard menimbulkan sorak-sorai menggoda mengiringi tiap angka yang Fiola katakan. Keadaan mendadak berbalik kondisi menjadi sunyi dalam satu adegan saat Hard terdorong ke belakang. Beruntung tubuh cowok itu tak terjungkal karena berhasil menguasai tingkat keseimbangan.

"Mau nomor gue aja, Hard?" Santai namun menusuk itulah cara Garel mematikan gaya lawan. Netranya melirik ke samping dimana Fiola tengah menggenggam sebuah buket bunga. Tanpa cara lembut Garel menyambarnya kemudian membuang ke bawah dari koridor lantai dua.

Hard termasuk teman-temanya melebarkan mata namun sang pemimpin hanya bisa memandang tanpa berkutik atau pun berkeinginan beradu otot dengan Garel. Banyak hal yang harus dipikirkan, termasuk alasan jika Garel salah satu anak kesayangan para guru. Apa kabar dengan nasibnya nanti jika ketahuan menghajar Garel habis-habisan karena masalah perempuan.

Sementara Fiola tak bisa menyangkal bahwa hatinya tengah gelisah memikirkan dampak dari kejadian ini yang kemungkinan akan merujuk pada kata putus. Di lain sisi Hard mengomandoi para temannya untuk berlalu dari sana ketimbang membuat ribut.

"Garel aku-"

Tak terduga Garel justru menggenggam tangannya kemudian mengajaknya berbalik arah.

FIGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang