[45]

359 28 9
                                    

Happy Reading!

Untuk Saat Ini, Mungkin Mengalah
Menjadi Pilihan Utama
~FIGA~

Satu persatu kaki jenjang yang berbalut sepatu bertali itu, dibiarkan menaiki tiap anak tangga yang membentuk melengkung. Titahan Renata sama sekali tak bisa Fiola abaikan mengingat betapa baiknya wanita tersebut dalam menyambut kedatangannya ke rumah mewah ini. Mulai dari sikap ramahnya hingga Fiola tak pernah sedikitpun  merasa diperlakukan layaknya orang asing.

Perasaan ragu sekaligus bimbang membelenggu hati Fiola sedari menata langkah dari lantai satu rumah ini. Gadis dengan seragam putih kebesaran itu mulai mengetuk pintu sebanyak tiga kali. Jangan pikirkan jika Fiola sendiri yang memutuskan untuk memakai seragam itu, ini semua karena usulan ayahnya yang terlihat tak mau jika seragam sempit layaknya baju anak SD itu membalut tubuh putrinya.

Ketukannya sama sekali tak mendapatkan respon, membuat mata Fiola sontak berkeliling. Terlalu bingung harus melakukan apa, tante Renata menyuruhnya memanggil Garel untuk bergabung dalam sarapan pagi ini. Entah asumsi yang bersumber dari mana hingga Fiola merasa jika Garel tengah mencoba untuk menghindarinya.

Dengan keberanian tingkat tinggi seperti wataknya, Fiola menyelinap ke dalam kamar lelaki itu. Melangkah pelan sembari menyebutkan nama Garel berulang-ulang. Bola matanya menyapu ruangan yang berbalut cat berwarna coklat juga rak buku yang di dominasi oleh genre fantasi dan fiksi ilmiah hingga buku pelajaran sekolah.

Bibir yang terbalut lipstik merah muda itu mengeluarkan desahan berat sembari berkacak pinggang. Entah kemana perginya lelaki itu pagi-pagi seperti ini tanpa memberi tahu yang lainnya. Menganggap mengunjungi kamar Garel adalah hal sia-sia membuat Fiola akan memutar tubuhnya 180° namun mendadak tertahan mendengar sebuah suara pintu yang terbuka.

Nafasnya mulai terasa memberat menyaksikan betapa indahnya ciptaan Tuhan  di hadapannya ini. Matanya serasa tak ingin lepas dari penampakan Garel yang tengah mengusap rambutnya yang sehabis keramas menggunakan handuk kecil. Bergerak pun terasa sulit bagi Fiola, tubuhnya serasa menolak untuk berbalik dari Garel yang hanya mengenakan handuk putih sebatas pinggang.

Tanpa menyadari bahwa ada orang lain yang tengah bersusah payah meneguk ludah melihat pahatan sempurna pada tubuhnya.
Mendadak iris keduanya saling bertubrukan dengan bola mata kecoklatan milik Garel yang membulat. Pupil matanya pun kian melebar.

"Fiola ...."

Dengan gaya canggung Fiola menggaruk pipinya yang tak gatal sembari meringis pelan. Segera tubuhnya berbalik setelah sebelumnya mengucapkan kata maaf sebanyak dua kali. Tujuan mengajaknya makan bersama malah kedapatan mengagumi tubuh cowok itu.

Sial! sangat memalukan!

~FIGA~

"Garel!"

Secara mendadak tangan yang menonjolkan urat itu berhenti menggapai pintu mobil akibat panggilan gadis di sampingnya. Lantas, ia menoleh kepada Fiola yang duduk dengan posisi miring ke arahnya. Tampaknya gadis itu akan kembali menyinggung sesuatu yang bersifat sensitif.

"Aku mau bicara sesuatu." Meskipun tak menanggapi dengan sepatah dua kata, Fiola tahu Garel siap mendengarkan setiap ucapannya walau tak bersuara.

"Kenapa aku ngerasa interaksi kita kayak orang asing yang gak saling kenal?" Mendadak kemampuan berbicara Fiola terasa menghilang, kelopak matanya terpejam setelahnya kembali beradu tatapan dengan Garel yang terlihat menunggu kelanjutan ucapannya. "Maksud aku, semenjak hari itu, hubungan kita serasa kayak orang asing. Gak pernah saling kenal, dan aku gak mau kayak gini."

"Lo, yang buat keadaan jadi begini."

Kalimat yang disertai penekanan itu membuat Fiola terasa tertampar. Sulit rasanya menyangkal. Di mata Garel sendiri, rasanya begitu sulit mempercayai bahwa dirinya dan Fiola sebentar lagi akan memiliki ikatan keluarga. Bahkan untuk pertama kalinya ia bisa melihat seorang gadis egois yang kini tengah mengalah terlalu besar dengan perasaannya. Keputusan itulah yang paling dibenci Garel.

FIGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang