[48]

342 34 11
                                    

Happy Reading!

~FIGA~

"Eh, ada neng Nessa! cari neng Zayna, ya?"

Dengan senyuman yang terpatri di wajahnya, Nessa mengangguk dengan sopan. Langsung, wanita berusia empat puluh tahun ke atas itu menggiring Nessa masuk ke dalam area dalam rumah yang senantiasa tampak bersih dan terjaga. Zayna adalah anak ketiga dari empat bersaudara, keluarga besarnya lebih banyak menetap di negara kincir angin termasuk kedua orang tuanya.

Selain dikarenakan peluang pekerjaan untuk ayahnya, ingin berkumpul dengan seluruh keluarga juga menjadi alasan kepindahan Zayna saat kecil. Dan, diumurnya yang menginjak enam belas tahun ini ia memutuskan mengunjungi tanah kelahirannya seorang diri atas izin ibu dan ayahnya.

"Neng Zayna, dari tadi pagi Bibi bangunin dia gak mau nyahut, pintu kamarnya juga dikunci." Perkataan wanita yang berstatus sebagai asisten rumah tangga disini itu sukses membuat pikiran Nessa melayang dan menebak-nebak apa yang terjadi pada gadis itu.

Apakah, Zayna marah karena kemarin saat ia telah bercerita, Nessa langsung menudingnya tak waras dengan gurat wajah tak habis pikir? tetapi tanggapan apalagi yang harus diberikan saat tahu temannya telah melakukan tindakan gila dengan mengecup bibir lelaki tanpa permisi? Nessa menarik napas pelan kemudian menghembuskannya.

Zayna bahkan tak mengunjungi rumahnya setelah sekolahnya telah selesai di rabu sore ini. Tampaknya gadis itu memang sedang dalam fase merajuk.

"Neng Zayna juga belum makan dari pagi, neng. Bibi udah berkali-kali ngetok pintunya tapi tetap gak ditanggapi," terang wanita berdaster tersebut.

"Bibi ambilin kunci cadangan kamar ini, bujuk dia hanya buang-buang waktu." Wanita itu mengangguk setuju kemudian berlalu ke arah sebuah meja yang terdapat di sudut rumah. Dengan cepat, kunci yang diberikan oleh asisten rumah tangga itu Nessa tancapkan hingga pintu berhasil terbuka.

Tungkai keduanya mulai menata langkah memasuki kamar Zayna sembari menyerukan nama sang pemilik kamar berulang kali. Kening Nessa mulai menampakkan kerutan dalam, saat tak mendapati jejak keberadaan Zayna.

"Bibi yakin Zayna memang di kamarnya dari pagi?"

"Iya neng."

Bola mata Nessa mulai menjelajah ke seisi ruangan, tiba-tiba pandangannya jatuh pada sebuah nakas yang beralih fungsi menjadi tempat peletakkan kepingan vas. Perlahan, kaki jenjang Nessa terayun menghampiri nakas tersebut. Namun, pemandangan di bawah nakas tepat di sisi kanan kasur membuat jiwa Nessa serasa terguncang.

Ia terduduk lemas di lantai tanpa bisa berkata-kata. Pelupuk matanya mulai tergenang oleh air mata, tangannya dipakai sebagai penutup bibirnya yang membulat akibat syok berlebih.

"Neng Nessa kena-" Wanita itu tak dapat merampungkan kalimatnya saat mendapati sesuatu yang membuat matanya berkaca-kaca. Zayna terbaring di lantai dalam kondisi mengenaskan. Nessa bangkit dan duduk di samping kepala Zayna. Kondisi wajah Zayna mampu membuat Nessa menggeleng tak percaya, begitu banyak bekas sayatan dengan darah yang telah mengering.

"Zayna ..." Lirihan Nessa membuat air matanya turun, mengaliri pipinya. Hatinya serasa retak mendapati kondisi sahabatnya dalam kondisi semacam ini. Begitu pun asisten rumah tangga Zayna yang seolah kehilangan kemampuan berbicaranya.

Dalam benak keduanya bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi?

~FIGA~

Langkah kaki berbalut sepatu bertali putih itu membuat perhatian beberapa orang yang masih setia berada kantin teralihkan. Beberapa dari mereka menyambut cowok yang tengah melangkah tersebut dengan senyuman hingga seruan.

FIGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang