Selamat Membaca!
~FIGA~
"MIPA 3, MIPA 3!"
Teriakan penyemangat tersebut berasal dari tiga orang yang sempat bersitegang. Awalnya banyak yang tak menyangka ketika ketiganya datang bersamaan. Mengisi kembali koridor sekolah dengan tawa melengking ketiganya. Tetapi lambat laun semuanya mulai terbiasa akan kebersamaan mereka.
Tiga orang tersebut, Fiola, Aqila, dan Sania menyemangati kelas mereka menggunakan pom-pom cheleders. Keseluruhan badan ketiganya bergoyang heboh hingga mengundang mata untuk ikut memperhatikan.
"MIPA 3 pasti menang!"
Kembali, mereka meneriakkan kalimat penyemangat. Toni yang ikut serta menjadi perwakilan kelas dalam cabang lomba yang ditemukan oleh William G. Morgan tersebut merasakan telinganya mulai panas.
"Eh dodol! ribut tahu gak?!" pekik Toni yang berada pada barisan belakang bersama dua orang lainnya.
"Ton! Fokusss!!!" tegur Arkan. Cowok itu berada dalam barisan depan tepat di bagian sudut kiri.
Fiola, Aqila, dan Sania sontak mengeluarkan tawa membahana hingga Toni melotot marah ke arah ketiganya.
Benda bulat dengan penggabungan dua warna itu melambung cepat melewati net setelah sebelumnya di servis oleh Willy. Untuk kali ini kembaran beda bapak dari Willy, tak ikut berpartisipasi. Dikarenakan Charlie tak cukup menguasai beberapa teknik dalam permainan ini. Baginya basket lebih mudah dari pada permainan voli. Cukup pantul-pantulkan tanpa harus membuat tangan kebas karna menyervis.
Selanjutnya bola tersebut mengarah pada Arkan, dengan sigap lelaki itu mem-passing atas hingga kembali melewati jaring.
Bola yang kembali pada lapangan kelas 12 MIPA 1 langsung mendapat passing bawah dari Garel yang berada pada barisan akhir di bagian tengah. Passingan Garel nyatanya teroper pada Denis yang terletak di sudut kanan. Kembali, benda itu merasakan umpanan bawah.
Pendukung 11 MIPA 3 melemaskan bahu mereka saat bola tak berhasil dipassing dan telah menyentuh tanah.
"12, 8," itu suara Eros, panitia lomba voli yang memantau lomba dari kursi di sisi lapangan bersama Jalal. Kali ini antara kelas Garel dan Fiola hanya berselisih empat angka. Poin 12 untuk 12 MIPA 1 dan 8 untuk 11 MIPA 3.
Bola mulai kembali di servis oleh Willy. Buku-buku jemari Toni mulai mendorong benda bulat itu dengan teknik passing atas ketika arahnya tepat di tengah-tengah atas wajahnya. Felix (11 MIPA 3) yang membelakangi net siap siaga mengumpan bawah bola itu sampai kembali melewati jaring. Menyadari tujuan arahnya pada dirinya yang berdiri pada barisan utama bagian sisi tengah.
"MIPA 3," lengkingan suara tersebut berasal dari bibir Fiola. Secara tak sadar suara itu berhasil mengalihkan sejenak perhatian Garel. Matanya tak lepas memperhatikan gerak-gerik Fiola yang terus menyerukan kalimat penyemangat hingga tak sadar hal tersebut membuat bola yang melambung ke arahnya terbengkalai dan berakhir mengenai dadanya yang mengenakan kaos putih kemudian terjatuh ke tanah yang berlapis semen.
Willy berkacak pinggang dan memutar malas bola matanya. Sedikit kesal melihat sikap ceroboh Garel yang membuat kelas mereka kehilangan satu poin.
"Garel! Fokus! Jangan perhatiin mantan mulu!" pekik Willy. Cowok itu menyadari betul alasan Garel hingga bersikap ceroboh.
Teriakan itu mengundang siulan menggoda hingga teriakan tak terima dari para penggemar Garel. Fiola terdiam kaku di tempatnya. Acara move-on nya bisa gagal total jika seperti ini! Lain hal dengan Garel yang hanya tersenyum tipis sembari mengaruk belakang lehernya yang tak gatal.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGA
Teen FictionKetika takdir berlainan dengan apa yang diinginkan. Saat cinta datang di waktu yang salah, apakah semuanya akan tetap seperti sedia kala? ••• Garel Geonanda. Nama yang paling melekat dalam ingatan para siswi. D...